Gerbang matahari sudah berada didepan mata Alim dan pasukannya. Setelah sekian lama mereka melayang mengarungi angkasa mereka akhirnya mendarat, menjejerkan saubha vimana didepan gerbang matahari lalu turunlah Alim dengan atribut perang lengkap menuju gerbang matahari, melihat hal itu para penjaga segera waspada terhadap Alim, mereka menodongkan persenjataan mereka kearah Alim, namun tak sedikitpun ada rasa gentar di wajah Alim, justru dia menatap mereka penuh percaya diri. "Aku sudah menaruh kecurigaan sebelumnya padamu wahai nona penjaga gerbang, tapi aku selalu berdoa agar kecurigaan yang kutaruh padamu itu tidak jadi kenyataan," ucap Alim saat kemudian salah seorang penjaga membuka topengnya memperlihatkan bahwa dirinya adalah Angel, wanita yang melakukan pengecekan saat Alim pertama kali masuk dahulu. "Sayang sekali tuan, aku juga tidak berharap untuk melawan kalian, tapi ini adalah kewajiban saya sebagai warga negara untuk melindunginya," ucap Angel, "kau wanita yang baik," ucap Alim sembari mengaktifkan manunetranya untuk memberikan ilusi yang membuat para penjaga itu pingsan. "Jadi dia mata-mata, hhh gagal maning," keluh Amra, "tenang saja, dia hanya perwira bagi negaranya, setia pada negara adalah wajib, dia wanita baik, aku tau kau suka, selamatkan saja," balas Alim sembari tersenyum pada Amra, "owh, begitu ya, baiklah, akan kulakukan," balas Amra yang pipinya sedikit memerah saat kemudian dirinya dan pasukan Alim lainnya mengamankan para penjaga lalu mereka segera melangkah dengan perlengkapan perang mereka melewati gerbang matahari menuju taman Ashokavatika.
Sementara itu di istana taman Ashokavatika, "nampaknya mereka sudah akan datang, kau sudah siap untuk menyergap mereka Yudi," tanya Jack saat mendapatkan informasi dilumpuhkannya para penjaga di gerbang matahari, "kita harus siap apapun yang terjadi, tugas kita adalah menjaga tempat ini, fakta bahwa mereka sudah menembus negeri ini saja adalah kesalahan bagi kita, jangan mengeluh, kita sudah terlambat untuk melindungi tempat ini sebenarnya, tapi berhubung kita masih ada dan tempat ini masih berdiri maka kita perlu tegak melawan," ucap Yudi yang diikuti anggukan oleh orang-orang disekitarnya.
Tak berapa lama, pasukan Alim tiba dengan semua persenjataannya, meriam-meriam besar miliknya sudah terarah kedepan, pasukannya sudah bersenjata lengkap dan sorot mata mereka dengan tajam mengarah kehadapan pasukan maharsi beserta antek-anteknya yang dipimpin oleh Yudi. "Mereka sudah tiba, pasukan sang Narayana, dharmasena yang kabarnya lebih kuat dari swargasena yang dipimpin swargapati, sungguh rumor yang mengerikan, aku tak menyangka bahwa mereka akan dipimpin oleh seorang anak berusia dua belas tahun dan dia adalah keponakanku sendiri," pikir Yudi sembari menatap pasukan Alim dengan serius. Sementara itu dari pihak Alim, sang Narayana menatap lawan-lawannya dengan wajah serius dan juga sedikit sedih.