Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #133

Lambang Keadilan

Tebasan energi dari Yudi melayang ke berbagai tempat, memotong benda apapun yang dilewatinya dan merobek-robek ruang angkasa. Melihat keadaan itu Alim segera bermanuver dengan cepat bersama garudanya menghindari tebasan Yudi yang mengikutinya dengan membentuk sayap pada avatarnya. "Aku harus pastikan semuanya aman, bagaimana caranya agar dia menjauh dan aku masih bisa melindungi yang lain," pikir Alim yang terus bergerak menghindari setiap tebasan Yudi yang memotong-motong pegunungan dengan rapi. "Mau kemana kau Alim!?, apa permainanmu sudah selesai!?, jangan lari dari pamanmu ini, aku masih ingin bermain denganmu," ucap Yudi sambil tertawa mengejar Alim yang bergerak memutari medan tempur. "Aku harus cepat, ah mungkin itu caranya, aku harus masuk ke istana, dia mungkin akan tidak menggunakan kekuatannya secara destruktif disana, itu cara menyelamatkan semua orang, kalau begitu maka hanya diriku yang berada dalam bahaya," pikir Alim sembari mengubah arah garudanya untuk menuju istana Ashokavatika. Melihat hal itu Yudi segera mengikuti Alim menuju istana, seperti dugaan Alim, tebasan Yudi berhenti namun dia justru memacu kecepatannya untuk menangkap Alim dan garudanya sebelum menembus jendela istana namun Yudi tak cukup cepat untuk menangkap kepak sayap garuda, Alim menghancurkan jendela istana dan masuk kedalamnya, disaat yang sama garudanya melesat menjauh, kembali menuju medan tempur.

Begitu memasuki istana, Alim segera berlari menuju lorong-lorong saat Yudi masuk dan mengejarnya dengan pedang terhunus di tangannya. "Hmm dia membawa pertarungan ini kedalam istana, apa dia ingin memanfaatkan ruangan tertutup, inilah strateginya, toh dia punya pengendalian elemental yang sangat baik, tapi sayang sekali, istana ini tidak pernah dimaksudkan untuk terus berdiri, ini istana yang juga menjadi barak militer bagu penghuninya, lagipula apa gunanya istana negara kalau bukan untuk mengurus negara itu sendiri," pikir Yudi sembari menghembuskan napas panas yang kemudian semakin dia panaskan dan dia kendalikan untuk memenuhi lorong istana. Menyadari bahwa dia sedang dimonitor menggunakan rambatan api, Alim segera membalas dengan bola apinya sendiri dan menimbulkan ledakan keras tepat ditengah benturan mereka yang menghancurkan lorong istana sekaligus menghancurkan pijakan Alim.

Alim yang terjatuh berusaha menguasai dirinya dan kemudian bisa kembali terbang saat tiba-tiba tongkat Yudi memanjang mengenai tubuhnya. "Tongkat apa ini, rasanya sakit sekali," pikir Alim yang memuntahkan banyak darah saat terdorong oleh tongkat Yudi. "Nampaknya dirimu belum sepenuhnya bisa menguasai diri sendiri Alim, kankalam yang kupegang saat ini memiliki properti racun di ujungnya, begitu terkena maka kau akan merasa terbakar, tapi itu tidak akan lama, viraroopa akan membuatmu sembuh dalam waktu singkat dan karena itulah aku bisa terus menghajarmu," ucap Yudi sambil menghujani Alim dengan serangan dengan tongkatnya. "Aku tidak bisa menyerah sekarang, semuanya sudah terlanjur berjalan terlalu jauh, aku harus terus melangkah atau mati," pikir Alim sembari mengaktivasi kerangka avatarnya untuk melindunginya dari berbagai serangan yang diluncurkan oleh Yudi meski serangan Yudi masih berhasil meretakkan avatar Alim tapi dengan itu Alim bisa leluasa bergerak kabur untuk menghindari lebih banyak luka.

Untuk kabur Alim mengaktivasi avatarnya dan membuat sayap dengannya, dia dengan sengaja menghantam berbagai macam objek, tiang, jembatan, balkon dan lain sebagainya hanya untuk mengacaukan pandangan Yudi namun Yudi bukannya melambat malah membakar semua penghalang dan memperbesar avatarnya yang kemudian meraih avatar Alim dan meninjunya ketanah. Untuk merespon serangan itu, Alim memanifestasikan avatarnya dalam versi penuh dan segera menghantam Yudi dengan pukulan uap air yang sangat kuat namun segera setelah itu Yudi menggunakan api hitam untuk membakar uap air itu lalu melapisi pedang ashi dengan panas api yang dia ayunkan sekuat tenaga kearah avatar Alim dan berhasil membelah avatar Alim sekaligus istana menjadi dua.

Semburat panas dari dalam istana merambat keluar melelehkan tanah dan membuat udara menjadi menyesakkan dada. "Apa yang terjadi sebenarnya, kenapa pertarungannya jadi seperti ini, padahal aku sedang mengkonsentrasikan energiku untuk membangkitkan jeevamani, tapi dampak pertempuran sudah seganas ini dalam waktu singkat, kurasa diriku perlu untuk mengalihkan konsentrasiku kepada pemulihan orang-orang disini," gumam Shifa sembari mencoba untuk menghembuskan napas pemulihannya kepada orang-orang disana, jeevanetra terlihat sangat jelas dimatanya yang juga menunjukkan sorot wajah yang cemas karena mulai banyak orang-orang yang berguguran. "Kapten tim medis dari dharmasena, putri Shifa Jayawardhana, senang bisa melihatmu disini, kau memang sangat cantik seperti yang diceritakan banyak orang," ucap seseorang yang tiba-tiba berada dibelakang Shifa dan menusukkan pedang ke jantung Shifa dari punggungnya dan menembus dadanya. "Grhhh, siapa kau, bagaimana caranya dirimu datang kesini tanpa ketahuan," tanya Shifa, "ohoho, itu wajar saja, perkenalkan nama saya Paul, saya punya shandilya mantra, hal ini membuat saya bisa membaur dengan lingkungan dan alam semesta itu sendiri, baik dalam level kemiripan energi ataupun level benar-benar menyatu dengan jagat raya," ucap Paul memperkenalkan dirinya sembari membanting Shifa keluar dari tenda medis. "Apa yang terjadi sebenarnya, energiku seperti dikuras olehnya," pikir Shifa saat tiba-tiba Paul mengeluarkan indrastra dari tangannya dan menembakkannya tepat kemuka Shifa dan membuat Shifa terkena sengatan listrik yang merusak fungsi tubuhnya dan membuat Shifa sekarat. "Heissh membosankan, kukira akan ada perlawanan lebih dari seorang yang katanya pewaris dari Suryanisukma, expektasiku terlalu tinggi, ah bukan waktunya untuk memikirkan itu, sekarang saatnya diriku melenyapkan tenaga medis disini, mereka sangat mengganggu," pikir Paul yang kemudian memfokuskan perhatiannya pada para tenaga medis disana namun begitu Paul membalikkan badannya dia menyadari kalau Shifa masih hidup dan berdiri memegang kapaknya. "Nampaknya dirimu masih mampu berdiri ya, wajar sih, untuk orang dengan kemampuan medis seperti dirimu memang seharusnya bisa pulih dengan cepat," ucap Paul sambil kembali membalikkan tubuhnya untuk menghadapi Shifa yang dengan kesal mengayunkan kapaknya kearah Paul berusaha untuk memotongnya dalam sekali tebasan namun betapa terkejutnya Shifa saat tiba-tiba menyaksikan Paul mengeluarkan kapak perang yang sama dengan yang Shifa miliki dari tangannya dan menahan serangan Shifa dengan itu. "Maaf tuan putri, aku belum selesai dengan penjelasan shandilya mantra, kemampuan ini juga memungkinkan diriku untuk melumat zat apapun beserta properti mistisnya lalu mengeluarkan seperseribu dari senjata itu tiap detiknya, termasuk ruang dan waktu itu sendiri, sayang sekali mantra ini tidak bisa mengkopi jiwa juga hahaha," ucap Paul sembari memanifestasikan suryakavacha dari tubuhnya lalu memunculkan gada dari tangannya yang kosong dan menghantam Shifa dengan sangat keras sampai mementalkannya. "Apa sebenarnya orang ini, dia bisa merubah tubuhnya menjadi apapun dan memanifestasikannya, bagaimana caraku untuk menghadapinya, mantra itu membuatnya bisa menggunakan semua astra, shastra dan wujud alam, bahkan mengubahnya menjadi bagian dari semesta itu sendiri, bagaimana cara mengalahkannya," pikir Shifa sembari mengantisipasi serangan Paul yang saat itu menyatu dengan udara. "Aku harus menyerangnya saat tubuhnya memadat, itulah satu-satunya opsi," pikir Shifa saat kemudian Paul muncul dihadapannya membawa tombak untuk menikamnya lalu kembali menghilang di udara.

Sementara itu di istana, Alim dan Yudi masih beradu serangan. Kedua pimpinan pasukan itu saling serang sampai suara dentuman pukulan mereka bergema diluar istana namun kondisi mereka sungguh berbeda, Alim sudah dipenuhi luka sementara Yudi masih segar dengan sedikit luka yang berarti dan sudah dia regenerasi. "Menyerahlah Alim, bergabunglah dengan kami, aku masih bisa mengampuni dirimu, bergabunglah sebelum terlambat, kami sudah punya banyak rencana untuk memenangkan dharmayudha, hanya pemenang yang menentukan keadilan, hanya pemenang yang bisa menjadi lambang keadilan, pihak yang kalah selalu adalah penjahat dimata sejarah, bukan karena mereka tidak bisa menjalankan kebenaran, tapi karena mereka tak mampu melukiskan sendiri keadilan mereka, karena itu bergabunglah, aku tau jalan dharmamu cukup murni, kau tetap bisa menegakkannya dibawah panji kami, panji orang-orang yang menang," ucap Yudi pada Alim yang sudah dipenuhi darah, "hahaha hentikan saja omong kosongmu paman, kau bukanlah pemimpin sebenarnya dari kelompokmu, kau tak berhak memutuskan apapun, andai saja Prajapati yang menawarkan posisi itu padaku maka aku mungkin akan menerimanya tapi aku tidak akan menerimanya dari cecunguk sepertimu, ketahuilah paman bahwa sekalipun dirimu berada di pihak yang menang, keputusan tetap tidak berada di tanganmu, kau berbeda denganku yang punya hak untuk mengambil keputusan atas keadilan yang akan ditegakkan, maka tumbanglah Narendra, jangan halangi kami untuk menyuarakan keadilan kami," ucap Alim sembari kembali berdiri dan kemudian berusaha menyerang Yudi kembali, hanya untuk ditendang oleh Yudi keluar dari istana, "hhh dasar anak aneh, apa dia tidak sadar kalau pemimpin tertingginya adalah Ihsan, yasudahlah, kalau tidak dengan kata-kata aku akan menyelesaikannya dengan pukulan," gumam Yudi sembari berjalan mengikuti Alim.

Lihat selengkapnya