Setelah pertempuran, Alim segera meniupkan shanka yang didengarkan oleh seluruh orang disana lalu mengikat dan menahan Yudi sebagai tahanan. "Pertempuran ini selesai juga rupanya, negeri Ashoka sekarang akan bisa kumasuki dengan mudah, posisi Vishnu akan segera bisa jadi milikku dan perdamaian bisa diwujudkan," pikir Alim sambil mengistirahatkan badannya yang sudah lelah karena pertempuran tanpa henti melawan Yudi. "Kemarin hari kita memulai sore dan sekarang sudah pagi lagi, lebih dari sehari Alim bertempur habis-habisan tanpa jeda, aku harus sedikit bisa memulihkannya," pikir Shifa sembari membopong Alim pergi dari sana sambil membawa Yudi sebagai tahanan.
Begitu Alim dan Shifa keluar dengan membawa Yudi yang tak sadarkan diri, orang-orang segera menjatuhkan senjata mereka. "Hhh sudah kuduga kau akan bisa melakukan ini Narayana!!!," teriak Sakra pada Alim yang hanya tersenyum untuk membalasnya. "Anak itu tak pernah berhenti untuk mengejutkanku, Narendra bukanlah lawan yang mudah, tapi dia bisa menundukkan orang itu," pikir Dio saat menyaksikan pasukan asramasena mengangkat tangan tanda menyerah pada sang Narayana.
Sementara itu di Jonggring Saloka. "Invasi ke negeri Ashoka sudah berhasil ya, sekarang perdagangan mereka akan dibuka secara penuh oleh para pedagang kita yang sudah masuk, hmm sekarang pak Reda, kenapa engkau membawa tiga orang terhormat ini ke hadapanku," ucap Ihsan sembari melihat tiga orang tahanan yang sudah dirantai. "Mereka menyetujui kerjasama Prabhu, jadi eksekusi mereka ditangguhkan, kalau engkau setuju mereka akan bebas," balas Reda. "Mereka masih khawatir akan kematian rupanya, hmm mengingatkanku dengan masa lalu, benar gak pak Anas," ucap Ihsan dengan senyuman manisnya. "Hahaha, masa-masa yang indah," balas Anas. "Jangan samakan kami dengan para penjahat yang kau rekrut sebelumnya, kami itu Ishvara yang dipilih oleh rakyat kami untuk melindungi mereka dan yang kami lakukan ini semata-mata untuk melindungi mereka, aku sudah dengar kabar tentang beberapa genosida yang kau lakukan pada warga wahai Bhairava," teriak salah satu dari ketiga Ishvara itu. "Owh, mereka warga yng tidak menurut dan malah membuat kerusuhan, kami hanya melawan balik saja, semua perbuatan ada akibatnya, baik itu langsung di Dunia atau di akhirat kelak, itulah keadilan, oiya tolong bawakan jamuan untuk tamu-tamu kita ini," ucap Ihsan dengan santai saat para pelayannya menyuguhkan makanan pada ketiga tahanan itu. "Apa ini!?, kau berusaha meracuni kami ya!!, kenapa tiba-tiba membawakan roti dan kopi kesini," tanya salah seorang dari mereka. "Sudahlah pak Irham, buat apa aku meracuni kalian, kita disini untuk berbisnis, kau punya bisnis kayu kan, apa saja kayu yang kau punya," tanya Ihsan. "Itu kayu milik rakyat, hutan milik rakyat, takkan kuberikan padamu hanya karena upeti, itu untuk penghasilan kami bodoh," ucap Irham yang sedari tadi bicara meski badannya penuh luka. "Heehhh, sudah kubilang ini bisnis, kau akan menjualnya padaku dengan harga yang kita setujui berdua, pemeliharaan alam di wilayahmu sangat bagus, aku ingin beli produk kalian, kenapa sih semua orang berpikir kami datang untuk berperang, sudah berapa wilayah yang harus kami ratakan karena salah paham ini, sekarang aku mau tanya, kenapa kalian berpikir kami ingin berperang!?, tuan Irham, tuan Ardi, tuan Kurnia," tanya Ihsan sembari menyeruput kopinya lalu memakan rotinya dengan wajah sedikit kesal. "Jangan kau coba sembunyikan niatmu, lalu buat apa kau membawa pasukanmu yang mengerikan itu setiap kali kunjungan," balas seseorang disamping Irham yang bernama Ardi. "Alamak pak Ardi, namanya aja kunjungan negara, ya bawa pengawal lah, aneh," balas Ihsan. "Pembohong, rombongan sebesar itu mau apa ke wilayah kami, bawa senjata pula," balas Ardi. "Namanya orang dagang pak, hhh ini sebenarnya kalian serius gak sih mau kerjasama," ucap Ihsan. "Sekarang semuanya masuk akal, gaya bertarung dan akshauhini mereka terlalu serampangan untuk menjadi komandan terlatih, jadi mereka hanya kabilah dagang bersenjata ya, maafkan kami kalau begitu," ucap orang dipinggir kiri yang bernama Kurnia. "Analisis yang bagus pak Kurnia, hmm maafkan aku juga karena menghancurkan kekuatan militer kalian, aku akan mengirimkan bantuan pasukan dari negeri kami untuk membantu perkaderan militer di negeri kalian, selain itu kami akan turut membantu mengembangkan ekonomi kalian dengan merevitalisasi perdagangan disana," ucap Ihsan. "Bagaimana engkau melakukannya bersamaan dan kenapa kami perlu mempercayaimu," tanya Irham. "Para pedagang disini rata-rata juga bisa bertarung, kami hanya perlu mengirim beberapa rombongan dagang kesana dan mereka akan turut merevitalisasi perdagangan dan militer kalian dan ohiya kami tak perlu persetujuan kalian untuk ini, kalian adalah orang-orang yang kalah berperang dan kamilah pemenangnya, inilah kebijakan dari kami para pemenang," ucap Ihsan dengan senyuman lebar sambil menghabiskan makanannya, "dengan ini aku sudah menambah anggota aliansiku, apa kira-kira namanya ya, hmm Shmashana nampaknya cocok, negeri-negeri yang bangkit dari kuburan keterpurukan, para Ishvara disini juga sebagian besar pilihan dari sini karena terpaksa kuganti sebab dari pemimpin sebelumnya yang kueksekusi, kudengar Alim sudah menyerang negeri Ashoka, apa kabar dia disana ya, apakah invasinya berhasil, belum ada berita ya, aku jadi khawatir, mungkin akan ada kabar sebentar lagi, aku harus fokus menyatukan aliansiku untuk nanti menyelesaikan upaya perdamaian," pikir Ihsan sembari berjalan pergi dari ruang rapat dan melepaskan kembali ketiga tahanannya saat itu.
Sementara itu di istana Ashokavatika, Alim terlihat sedang duduk di barak bersama pasukannya mengikat para Maharsi yang sudah kalah disana. "Maafkan aku sebelumnya, aku masih belum percaya pada kalian, jadi disini kita akan membahas mengenai kerjasama untuk membawa aliansi Vaikunta menjadi lebih baik, harus kuakui militer dari negeri Ashoka saat ini adalah yang terbaik dari semua negeri yang ada, dalam keadaan militer yang kekuatannya berkurang lebih dari setengah kalian masih sanggup menahan pasukanku dan pasukan Devaloka sekaligus, sayangnya faktor yang lain kurang berkembang, kami bisa membantu kalian untuk itu," ucap Alim. "Kerjasama ya, kau masih mau bekerjasama dengan pihak yang kalah seperti kami," tanya Yudi. "Aku tidak menang disini paman, kalau aku macam-macam dengan negeri ini lebih jauh aku bisa diburu oleh manusia terkuat saat ini, Prajapati Gifar yang sangat tangguh," ucap Alim dengan wajah serius. "Apa kau takut dengan tuan Prajapati," tanya Yudi. "Aku menghindari konflik yang tidak perlu dan belum bisa kumenangkan, aku tentunya harus melihat semua resiko sebelum menyerang kalian, bahkan sekarang pun aku belum yakin akan menang melawan kalian, tapi lagi-lagi Tuhan memberiku kemenangan, lagipula aku melakukan ini untuk membuka pikiran kalian, sebagian saja sudah cukup bagiku, tak perlu semuanya, dengarkan aku, terpilihnya Brahma menjadi kabar yang sangat menggembirakan bagi sebagian orang dan mengerikan bagi sebagian yang lain, aliansi Brahmanda siap untuk melumat siapapun, dan kita masih belum punya kekuatan yang cukup besar untuk mengimbangi mereka, aku tidak mau perjanjian damai dilakukan dengan cara meratakan orang-orang dari aliansi Vaikunta, kita harus mengimbangi mereka untuk bisa mendiskusikan perdamaian, jadi kita perlu seorang Vishnu yang akan membimbing seluruh aliansi menjadi lebih baik," jelas Alim. "Vishnu katamu!?, jangan mengarang kau anak kecil, memangnya siapa yang mau menjadi Vishnu, siapa yang mau memikul amanah seberat itu!?," tanya Jack. "Hmm sebenarnya kami punya orang seperti tuan Prajapati, tapi dia takkan pernah mau posisi itu, dia selalu bilang agar mencari kandidat lain yang lebih cocok, orang yang mau mengemban posisi itu," ucap Yudi. "Karena itulah kita berdiskusi hari ini," balas Alim yang mulai tersenyum lebar dengan semua rancangan yang ada di kepalanya.