Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #148

Lord of Annihilation

Minggu, 21 juli 2013, dini hari di keraton Suralaya. "Aku pergi dulu Ihsan, jaga dirimu ya," ucap Steve sambil melambaikan tangannya dan berjalan memasuki vimananya. "Yow, hati-hati mas Steve, sampai jumpa lagi," balas Ihsan dengan riang gembira saat pintu vimana Steve tertutup dan akhirnya terbang menjauh. "Apalagi sekarang yang harus kita lakukan," tanya Shafa. "Kalian disini sampai kapan," tanya Ihsan. "Sampai seminggu hari raya Ihsan, aku sendiri akan menunggu sampai hari ulang tahunmu," ucap Shafa. "Hmm masih lama sampai kepulanganmu rupanya, maaf ya, aku belum boleh memilikimu disini, kau belum boleh tinggal bersamaku saat ini Shafa," ucap Ihsan sembari meninggalkan bandara. "Aku tau itu Ihsan, semoga kau segera bisa melakukannya, hanya tinggal menunggu waktu saja sampai kau bisa memilikiku, aku juga harus memantaskan diri untuk semua pencapaianmu ini wahai Mahadewa," pikir Shafa yang berlinang air mata saat Ihsan berjalan pergi darinya sebelum akhirnya juga mengikutinya.

Sementara itu di pendopo keraton, Fira terlihat berkeliling diikuti beberapa abdi keraton yang dipimpin sendiri oleh Aldi. "Roro putri, mau kemana lagi," tanya Aldi sembari berjalan cepat mengikuti Fira yang berlarian di lorong. "Mau ke bandara pak, main sama mas e," balas Fira sambil celingukan melihat binatang-binatang disekitar taman keraton dan juga ikan yang berenang dibawah kakinya dan hanya dibatasi lantai kaca yang sangat jernih. "Ei roro, udah dibilang jangan ganggu Prabhu dulu, dia kan sedang berdua dengan Rani Shafa," ucap Aldi yang berusaha menghentikan Fira, tapi Fira mempercepat langkahnya menuju sang kakak. "Justru itu yang bikin seru," jawab Fira dengan riang sembari terus mempercepat langkahnya. "Alamak, keluarga Prabhu memang banyak tingkah semua, tunggu roro putri," ucap Aldi sembari berlari mengikuti Fira.

Tak berselang lama, Fira menabrak seseorang di lorong keraton. "Akhh, siapa yang bangun dinding ditengah lorong sih, padahal aku sudah keliling disini kemarin, cepat sekali membangunnya," keluh Fira yang kesakitan. "Maaf dek, kau gak apa kan," sapa orang yang baru saja ditabrak Fira. "Heh mas Ihsan!?, udah selesai!?," tanya Fira. "Hhh nganter orang pulang tok kok, mana ada lama," balas Ihsan sementara Shafa tertawa dibelakangnya. "Hfft keluarga kalian kok gini semua sih, kukira cuma dirimu yang banyak tingkah Ihsan," ledek Shafa. "Kayak kau gak banyak tingkah aja," balas Ihsan sinis. "Iya-iya maaf, eh dek Fira sakit nggak, ada yang luka," tanya Shafa sembari mendekati Fira dan berusaha menyembuhkan adik Ihsan itu. "Santai mbak, aku bisa menyembuhkan diriku sendiri," ucap Fira sembari mulai mencoba menyembuhkan lukanya sendiri mengetahui bahwa lukanya cukup ringannya, "grrrrhhh kenapa masih sakit aja sih, padahal cuma nabrak mas Ihsan," gumam Fira sebelum akhirnya Fira merasakan energinya tiba-tiba naik dan akhirnya bisa menyembuhkan dirinya sendiri dengan cepat. "Haha, tuh kan aku bisa," ucap Fira dengan bangga. "Haha bagus-bagus, pantas saja kau pamer bisa melakukannya, ternyata kau memang berbakat," puji Ihsan dengan riang. "Kau memberinya energi kan Ihsan!?, aku merasakannya tadi," bisik Shafa lewat telepati. "Iya, tapi gausah ngomong, biarin aja, biar dia lebih semangat belajar," balas Ihsan lewat telepati. "Eh mas, katanya setelah mas Steve pulang kau mau menunjukkan pasukanmu padaku, ayo cepat biar aku bisa belajar melakukannya juga," pinta Fira sambil menarik lengan baju kakaknya itu. "Kau ingin melihat kalasena ya, baiklah, tapi jangan disini Fira, kita akan ketempat lain," ucap Ihsan sembari menggendong adiknya menuju suatu tempat diikuti oleh Shafa dan para abdinya. "Ihsan, apa engkau yakin akan menunjukkan kalasena pada adikmu, bukankah ini terlalu dini," tanya Shafa sembari mengikuti Ihsan. "Belajar itu tidak mengenal waktu Shafa, apalagi ini hanya masalah mengendalikan rasa takut," ucap Ihsan sembari terus berjalan menggendong adiknya.

Lihat selengkapnya