Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #151

Mesem

"Heleh ada apalagi aku diundang kesini, urusan keluarga Ihsan kah," gerutu Rio yang baru saja tiba di gerbang keraton. "Hooooiii Rio, datang juga akhirnya," seru Ihsan dari langit, terjun bebas kehadapan Rio. "Heh ada apa lagi sih, sampek ngundang aku kesini ini, aku sibuk nih," ucap Rio. "Maaf lah kalau dirimu sibuk Rio, eh gimana proyekmu untuk membuat olahan ubur-ubur," tanya Ihsan. "Hmm sebentar, produk olahan ubur-ubur ya, sudah mulai ada produk sih, ada olahan pangan dan produk kosmetik sih sejauh ini, racunnya untuk senjata juga boleh," ucap Rio sembari menunjukkan produk olahan ubur-ubur mulai dari yang sudah jadi sampai yang masih dalam tahap experimen. "Hmm menarik, banyak juga produknya," kata Ihsan sembari mengecek produk olahan ubur-ubur satu-persatu. "Iya nih, ada sekitar 23 produk sejauh ini, masih sedikit sih, cuma ya semuanya belum kuberi label karena katamu kan aku boleh membantu pengelolaan alam tapi harus memberikan edukasi, ya nanti aja lah labelnya, toh untung juga, eh kenapa kau mengundangku kemari," tanya Rio. "Ini sih, aku mau survey ke wilayahmu sekalian ajak jalan-jalan keluarga, boleh kan," tanya Ihsan. "Boleh ajasih, kapan," tanya Rio. "Sekarang," jawab Ihsan. "Ghhh selalu aja mendadak, yaudahlah ayo, lumayan juga kalau ngajak kau, promosi gratis," ucap Rio. "Hehe makasih ya," balas Ihsan sembari berjalan memasuki aula istana diikuti oleh Rio. "Apa karena itu juga dia menjadi sekuat sekarang, tujuan tak berhingga yang terus berusaha dia daki itu," tanya Rafi. "Entahlah, ini hanya spekulasi dariku tapi kupikir dia jadi kuat karena tanggung jawab besar dihatinya yang dia coba pikul

Sesampainya didalam keluarga Ihsan dan keluarga Shafa sudah terlihat menunggu untuk jalan-jalan. "Kita berangkat sekarang,yang punya tempat sudah datang," ucap Ihsan dengan lantang di aula keraton. "Yeaay jalan-jalan, kita kemana mas," tanya Fira. "Hmm kita wisata bahari, nanti kita akan menyelam dan membuat kerajinan tangan sendiri," ucap Ihsan. "Wuhuuu, ayooo, terimakasih mas," ucap Fira dengan riang gembira sambil melompat kearah Ihsan untuk memeluknya."Sama-sama adekku, maaf ya kemarin mase kasar," ucap Ihsan sembari menggendong adiknya itu yang hanya mengangguk senang. "Nampaknya usahamu berhasil Ihsan," ucap Shafa. "Alhamdulillah," balas Ihsan sembari berjalan menuju vimana bersama keluarganya, Shafa sekeluarga dan Rio, tak lupa Ihsan meninggalkan banyak atmasena dibelakang untk mengerjakan tugas-tugasnya disana.

Sementara itu di wilayah lain Gifar dan rombongannya terlihat sedang bersantai di sebuah restoran dekat dengan negara Ihsan. "Kudengar wilayah ini diperintah oleh seorang Ishvara bernama Irham," tanya Alan sambil bermain catur dengan Gifar. "Kau benar, wilayah ini baru-baru saja dikolonisasi oleh Bhairava," ucap Gifar sembari memainkan bidak kuda caturnya. "Ahh orang itu gerakannya cepat sekali sih, jadi wilayah ini sudah dikolonisasi juga, padahal hasil hutannya banyak loh," ucap Zuhri. "Kenapa tidak kita koloni saja tempat ini, lumayan kan tuan Prajapati," sahut Malvin sambil memakan puding susu miliknya. "Mulai lagi bodohnya, kalau kita asal kolonisasi disini maka pergerakan kita akan ketahuan dan serangan kita ke ibukota aliansi Shmashana akan diantisipasi," ucap Zuhri dengan kesal. "Lah, kalau begitu tuan Prajapati tinggal musnahkan mereka saja, apa susahnya sih," bantah Malvin. "Grrrh orang ini kok bisa sih gabung ke grup kita," gumam Zuhri sembari mengambil sup kuah kuning untuk dimakan dengan papeda yang dijual disana. "Itu akan kontras dengan tujuan kita untuk menyebarkan perdamaian, fokus kita adalah merapikan Dunia ini, bukan memusnahkan semua orang didalamnya dan memulainya dari awal lagi yang mungkin akan berulang lagi seperti sekarang atau bahkan lebih buruk dari sekarang," balas Gifar sembari membuat langkah untuk memojokkan Alan. "Arrghh kau menang lagi pak, hhh gimana sih kok aku jarang menang melawanmu," keluh Alan saat mengetahui langkah permainan caturnya sudah mati. "Aku bisa menang karena pengalamanku, aku terhitung cukup sering memainkan permainan catur ini sehingga bisa menyusun serangan dengan rapi, langkah yang berkesinambungan, melakukan pengorbanan seperlunya untuk meraih tujuan yang jelas," ucap Gifar sambil memegangi bidak raja. "Menurutmu bagaimana cara kita akan menyerang Bhairava ini," tanya Feni sembari berdiri untuk merapikan piring makan dan membayar. "Aku tidak tau, yang jelas kita tidak boleh bermain dalam satu papan dengan Bhairava, kalau dia bisa menyiapkan bidak-bidaknya dan memainkan strateginya kita mungkin akan bisa dipojokkan dan pertempuran nantinya hanya akan menelan banyak korban," ucap Gifar. "Apa maksudmu, bukannya dirimu bisa memenangkan banyak perang dan penyusunan strategimu juga yang terbaik yang pernah kulihat," ucap Alan. "Masalahnya adalah orang ini sangat sering bertempur, kurasa tidaklah bijak untuk memulai konfrontasi langsung dengan Bhairava," ucap Gifar. "Tapi sejauh ini kuperhatikan strategi yang dilakukannya sangat serampangan dan tidak rapi, lalu kenapa kau pikir bahwa kita akan kalah jika melakukan konfrontasi langsung," tanya Alan dengan kebingungan. "Datamu itu memang benar tapi kenyataanya adalah dia seringkali bisa memenangkan pertempuran dalam waktu yang sangat cepat, dia berbeda denganku, dia adalah tipe orang yang akan membuat banyak peluang untuk menang tak peduli apa yang akan dia korbankan untuk itu, ditambah lagi pengalamannya dalam berperang sangatlah banyak," ucap Gifar dengan khawatir. "Kau benar sih, lalu langkah apa yang harus kita lakukan sekarang," tanya Alan. "Kita lucuti dulu kekuatan aliansinya, setelah hari raya kita akan melakukan serangan besar-besaran ke keraton Suralaya, ingat kita harus membuat kekosongan," ucap Gifar sembari berjalan keluar begitu Feni terlihat selesai membayar. "Jadi kita akan berjalan kemana sekarang," tanya Alan. "Kita akan ke pusat pemerintahan masing-masing aliansi ini dan membuat mereka tak turut bertempur bersama tuan mereka lalu kita fokuskan meluluhlantakkan keraton Suralaya." ucap Gifar sembari berjalan keluar menuju vimananya kembali diikuti oleh rekan-rekannya itu.

Sementara itu ditaman hiburan, Ihsan sedang bermain dengan keluarganya dan keluarga Shafa, mencoba saling mengakrabkan diri sementara Rio duduk dibelakang bersama kakak dan kembaran Shafa. "Eh Rio, kau sudah lama kenal dengan Ihsan kan,seperti apasih orangnya," tanya Rafa. "Bagaimana ya menjelaskannya, mungkin begini, Ihsan itu orang baik yang ingin melihat Dunia ini jadi lebih baik, segala macam jalan akan dia tempuh untuk itu, dia bukan tipe orang yang akan memastikan semua rencananya berhasil dan lebih suka berimprovisasi ditempat, dia juga tak masalah untuk gagal dalam beberapa hal, yang penting dia berhasil di hal-hal lainnya, baginya hidup ini adala proses menempa diri untuk menjadi lebih baik, karena itu dia akan terus mencoba sampai berjaya," ucap Rio sembari menyeruput kopi luwaknya. "Apa karena itu juga dia bisa sekuat sekarang," tanya Rafi. "Itu mungkin saja, karena dia terus mencoba menjadi kuat maka dia jadi lebih kuat dari sebelumnya, mungkin saja ditambah dengan tanggungjawabnya yang dia coba pikul sendiri," ucap Rio. "Pria yang bertanggungjawab ya, pantas saja Shafa tergila-gila padanya, dibalik senyuman itu dia menyimpan banyak sekali penderitaan, kesusahan dan rasa lelah yang sangat banyak, kupikir aku bisa paham dengan keputusan adikku untuk mencintainya, dia pria yang tepat untuk seorang Prajnaparamita, bagaimana menurutmu Rafi," tanya Rafa. "Aku tak terlalu meributkan urusan percintaan Shafa, tapi memang kalau bajingan akan kuhajar dan kurasa Ihsan bukanlah bajingan seperti yang kukira sebelumnya, mungkin disekitar Ihsan adalah preman tapi tetap saja dia yang mengendalikan mereka menuju kebajikan, aku bisa menerimanya sepenuhnya kok kakak," ucap Rafi yang diikuti anggukan Rafa dan Rio saat melihat Ihsan bermain dengan riang ditepi pantai.

Lihat selengkapnya