Om Triyambakam yajaamahe sugandhim pushtivardhanam urvaarukamika bhandanaan-mrityormuksheeya maamritaat.
"Suara apa itu," pikir Gifar yang mulai kebingungan dengan keadaan di Jonggring Saloka, hingga akhirnya dia melihat sendiri orang-orang membawakan banyak sekali upeti menuju ibukota sembari menyanyikan pujian untuk sang Ishvara. "Arak-arakan apa itu, meriah sekali," tanya Malvin. "Kayaknya arak-arakan hari raya, mereka sangat antusias untuk ini padahal sedang berpuasa," ucap Alan. "Kalau begitu berarti mereka akan lengah dengan pertahanan mereka," ucap Zuhri. "Kurasa tidak begitu, kita harus bergegas menuju ibukota, kalau sampai hari raya tiba, kita hampir bisa dipastikan akan kalah," ucap Gifar yang segera mempersiapkan persenjataannya dan vimananya. "Hah, bagaimana caranya bisa begitu," tanya Alan dengan bingung. "Kau masih tidak sadar Alan, wilayah ini sedang menghimpun kekuatan dengan melakukan perayaan, hari raya adalah momentum mereka untuk menarik zakat, kalau sampai semuanya berhasil masuk ke kas Bhairava, kita akan selesai, sumber daya yang ada dipusat pemerintahan akan terlalu besar untuk kita lawan dan kita hanya akan dipermainkan oleh mereka, ingatlah bahwa Mahadewa sangat ahli dalam berbisnis dan meregulasi sumberdaya, kalau sampai modal sebesar itu masuk padanya kita hanya akan diinjak-injak olehnya," ucap Gifar dengan panik sembari menuju vimananya diikuti oleh para Maharsi yang mulai menyadari bahaya dari sang Bhairava.
Sementara itu di keraton Suralaya. "Oi Ihsan, nampaknya ada pergerakan misterius yang mengarah kesini, kau tidak mencoba mengantisipasinya," tanya Rio. "Ya ada jalur dimana ekonomi tiba-tiba naik, pasti ada purusha dan prakriti baru yang melewatinya, kurasa ini para Maharsi itu, dari polanya mereka sedang menuju ibukota, kita harus menghentikan mereka disini," ucap Ihsan dengan tegas. "Tapi kita belum mempersiapkan apapun, bagaimana caranya kita menang melawan Prajapati, manusia terkuat saat ini," tanya Rio dengan panik. "Aku akan tarik pasukan ke ibukota, oiya Rio, ajari aku cara membangkitkan rsinetra," ucap Ihsan. "Hah!?, ngapain!?, bukannya dirimu udah punya naranetra, sudah evolusi sampai manunetra loh, sedikit lagi bisa buka samsaranetra kayaknya, ngapain mau melenceng dan malah mempelajari rsinetra," tanya Rio. "Itu tidak mustahil kan, aku hanya ingin mengukir jalan baru untuk evolusi boon, lagipula apa salahnya mencoba," ucap Ihsan. "Tidak ada yang salah dengan itu, tapi coba pertimbangkan lagi Ihsan, hasilnya mungkin takkan semaksimal itu dan menggabungkannya juga akan sangat sulit," ucap Rio. "Tidak masalah, ayo kita mulai saja," ucap Ihsan yang mengajak Rio ke lapangan latihan dengan senyuman lebar.
Sesampainya di lapangan latihan, Ihsan menatap tajam Rio yang saat itu segera mengaktifkan moksanetra miliknya. "Kau memang cocok untuk mengajariku, rsinetra milikmu bahkan sudah berevolusi sempurna menjadi moksanetra, unik sekali," ucap Ihsan dengan senyuman lebar. "Hhh aku kan punya warisan energi rsinetra dari keluargaku yang memang praktisi turun-temurun, wajarlah kalau aku bisa memprosesnya sejauh ini, untukmu kau harus bisa membentuk energi unik dari rsinetra dulu baru bisa membangkitkannya dan memprosesnya," ucap Rio sembari memasang kuda-kuda. "Aku juga membangkitkan naranetra dengan cara yang sama, formulasinya memanglah rumit, tapi tidak mustahil untuk dilakukan," ucap Ihsan yang kemudian langsung melesat kearah Rio.
Melihat Ihsan melesat kearahnya, Rio langsung memfokuskan energinya ditangan untuk menahan serangan Ihsan yang secepat kilat. "Matane!!, aku lupa gaya bertarungnya itu spontan, wajar sih, namanya otodidak dari jalanan ya kayak gitu," pikir Rio sembari menangkis serangan Ihsan dengan kedua tangannya kemudian menggunakannya untuk mementalkan Ihsan. "Heh, kau meremehkanku ya, kenapa hanya menggunakan kekuatan dasar saja," tanya Rio. "Hehehe namanya aja belajar hal baru, harus bisa merasakan dulu kekuatannya dong, selain itu meski aku hanya berada di wujud dasar bukan berarti aku tidak serius," ucap Ihsan sembari menyalakan energinya yang meluap kemana-mana membanjiri arena dengan energinya. "Wow, tahan dulu, energimu meluber kemana-mana, kontrol adalah kunci dari membangkitkan rsinetra," ucap Rio sembari membuat perisai energi untuk menahan luapan energi Ihsan. "Heh!?, bukannya rsinetra akan membantu meningkatkan efektivitas penggunaan energiku," tanya Ihsan sembari memberikan beberapa tebasan angin pembelah ruang miliknya yang dengan cepat dihindari oleh Rio sembari membalas dengan tembakan bholenath yang menuju Ihsan dengan kecepatan tinggi namun Ihsan berhasil menahannya dengan kedua tangannya meski masih harus terluka. "Gak gitu konsepnya Ihsan, mata itu ekspresi dari energimu, rsinetra adalah bukti dari adanya sistem energi tertentu yang terus memperbaiki kualitas energimu, kalau aku sudah punya sistem itu secara keturunan, sedangkan dirimu harus menyusunnya sendiri dengan energimu sendiri," ucap Rio. "Heh, agak berbeda dengan naranetra yang berfokus ke jumlah energi, kupikir sama metode aktivasinya," ucap Ihsan. "Nggak Ihsan, karena itu ada latihan tertentu untuk mendapatkan boon tertentu, semuanya punya syarat yang harus dipenuhi," ucap Rio sembari melepaskan beberapa tembakan petir kearah Ihsan yang hanya bisa menangkalnya dengan perisai tanah. "Heeeh begitu ya, tapi bukannya kualitas energiku sudah bagus, lalu apa yang kurang," ucap Ihsan. "Kau benar, kualitas energimu sangat bagus, bahkan lebih bagus dariku, masalahnya adalah sistem yang kau pakai belum sama dengan yang bisa membangkitkan rsinetra, kuncinya adalah sistem kerjanya Ihsan," ucap Rio sembari melemparkan beberapa tinju angin pada Ihsan yang membalasnya dengan serangan yang sama. "Hoo begitu ya, perbedaan di sistem ya," pikir Ihsan sembari menenangkan ulang pikirannya lalu menembakkan sebuah bholenath tepat kearah Rio yang untungnya berhasil menghindarinya. "Woe, kontrol energi cok, malah tiba-tiba melepaskan tembakan sekuat itu," bentak Rio. "Heh bagaimana sih, kok salah lagi," tanya Ihsan. "Eee aku gak tau sih benar atau salah, tapi dulu latihanku membangkitkan rsinetra gak gitu deh," ucap Rio. "Lah terus gimana, kau paham gak sih sama cara pelatihannya," tanya Ihsan. "Nah itu, aku gak tau, mungkin sebenarnya gaada format pastinya tapi dulu aku melatih fisikku dan mengendalikan energi dalam tubuh saja dan dengan begitu kualitas energiku naik perlahan, mungkin caramu bisa tapi menurut keluargaku kurang efektif, kecuali kalau dirimu memang punya gaya bertarung tersendiri," ucap Rio. "Owh metode yang efektif dengan latihan fisik, hmm aku mulai paham, pantas saja kau dan mbak Rasha tubuhnya kuat banget, hmm akan kucoba sekalian melatih kemampuan pertarungan jarak dekatku," kata Ihsan sembari kembali memfokuskan tenaganya dan melesat kearah Rio kali ini dengan pukulan yang menggetarkan arena latihan. "Bagus, kau cepat paham rupanya Ihsan, beginilah kondisi yang diperlukan untuk mengaktivasi rsinetra," ucap Rio. "Baguslah," ucap Ihsan sembari mempercepat gerakannya dan melanjutkan latihannya untuk membangkitkan rsinetra.
Sementara itu rombongan Maharsi sudah mencapai gerbang ibukota. "Jadi ini ibukota Jonggring Saloka, wilayah kahyangan Suralaya," ucap Alan. "Ramai sekali tempat ini, aku masih belum percaya ini negeri yang baru berdiri," ucap Gifar. "Yasudah tuan, kita akan segera menghancurkan tempat ini, aku penasaran akan sekuat apa Bhairava jika Brahma saja bilang dia kuat," ucap Zuhri. "Hmm mungkin kita harus menghindari konfrontasi langsung dengan Bhairava," balas Malvin. "Negeri seindah ini yang akan kita serang, kurasa agak kurang bijak, tapi mungkin ini untuk yang terbaik, semoga keputusanmu ini tidak salah Prajapati," pikir Feni sembari menatap Gifar yang bersiap untuk menyerang bersama dirinya dan para Maharsi lainnya.