"Kalian pikir bisa mengalahkan diriku meski aku sedang sendiri!!!," teriak Tiryaka menggema diseluruh medan tempur diikuti dengan tubuhnya yang tiba-tiba berubah menjadi ratusan serangga yang menyerbu Ihsan dan kawan-kawan. "Jadi begitu cara kerja Tiryaka, dia tidak memanggil binatang seperti yang biasa dilakukan tapi mengubah selnya sendiri menjadi organisme hidup dengan kesadaran berbeda, kemampuan yang cukup mengerikan tapi dengan data yang kudapatkan dari cak Alim kurasa peningkatan yang diberikan oleh Tiryaka sesuai dengan cara kerjanya," pikir Ihsan sembari melesat kebelakang lalu membentuk dinding udara untuk menghalau binatang-binatang buatan Tiryaka, hal ini juga dimanfaatkan oleh Rafi untuk menembakkan asap untuk mengaburkan pengelihatan Tiryaka dan diikuti dengan tembakan bholenath yang melubangi perut Tiryaka. "Ahh aku lupa, yang ini akan sulit sekali untuk mati, hmm namanya aja binatang," pikir Ihsan sembari menyerang Tiryaka dari jarak dekat diikuti oleh Rafi. "Oi Rafi, kau punya kemampuan apa untuk manunetramu," tanya Ihsan. "Aku tidak membangkitkannya Ihsan, tapi aku punya ini," ucap Rafi sembari menyemburkan api yang sangat dahsyat kearah Tiryaka. "Hmm kukira karena kalian kembar jalan kekuatan kalian akan sama," ucap Ihsan sembari memanfaatkan panas api Rafi untuk menembakkan tebasan angin kearah Tiryaka.
Tebasan dimensi itu melesat dari tangan Ihsan melaju tepat kedepan membelah Tiryaka menjadi dua disertai robekan ruang yang terlihat jelas di sekitarnya. "Akhirnya kita bisa mengalahkan satu dari mereka, ini akan mengubah keadaan bukan Ihsan," tanya Rafi. "Kurasa kita perlu menggunakan serangan yang benar-benar memusnahkannya sampai menjadi abu," ucap Ihsan saat melihat kedua potong tubuh Tiryaka itu bergerak dan menumbuhkan setengah bagian tubuh lainnya, membuat jumlah mereka menjadi dua. "Hahahaha!!!!, sekarang apa yang akan kau lakukan untuk mengalahkanku," teriak Tiryaka sembari melesat menyerang Ihsan dan Rafi.
"Apa yang terjadi sebenarnya, apakah Ihsan baru saja kesini, aku terus saja menjadi bebannya, apa yang harus kulakukan agar tak lagi membebanimu sayangku," pikir Shafa yang berusaha bangkit dari tempatnya dan menyaksikan Ihsan dan Rafi sedang bertarung melawan Tiryaka. "Aku harus membantu, aku harus membantu," pikir Shafa sembari memulihkan dirinya lalu berdiri tegak dan berjalan dengan mantap menuju sang pujaan hati.
"Nampaknya atmasena sebanyak apapun takkan berguna kalau kita tak mampu memberikan dampak serangan permanen pada orang itu," ucap Rafi. "Aku tau itu, tapi aku bisa mengumpulkan lebih banyak energi dengan menambah jumlahku," balas Ihsan sembari membuat jutaan bholenath dari masing-masing jemarinya. "Mekanisme kekuatan yang cukup aneh," pikir Rafi sembari menembakkan puluhan bola api untuk memberikan sedikit bantuan pada Ihsan namun bukannya membuat progres mereka justru membuat Tiryaka semakin menjadi sampai akhirnya sebuah api hitam meraup salah satu dari binatang buatan Tiryaka sampai terbakar habis. "Selamat datang juga Shafa, aku sangat merindukanmu bertarung disampingku," ucap Ihsan dengan senyuman indah diwajahnya. "Aku akan selalu datang untukmu wahai Mahadewa," balas Shafa sembari membentuk api hitam ditangannya. "Panggil aku dengan namaku Shafa," balas Ihsan sembari membuat beberapa tornado saat Shafa mulai menyerang diikuti dengan Rafi yang membakar tornado Ihsan sampai membara untuk menghabisi banyak binatang yang dibuat oleh Tiryaka sementara Ihsan dan Shafa melesat menembus pertahanan Tiryaka.