Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #167

Mrityunjayaaya

"Aku perlu lebih serius, anak ini sudah menjatuhkan tiga dari enam satelitku, tapi apakah ada celah, anak ini punya kemampuan tempur dan akurasi gerakan yang luar biasa, gerakan beladirinya itu hanya gaya bertarung anak jalanan, tapi dia memolesnya jauh diatas normal, variasi gerakan dan improvisasi yang dia lakukan tak bisa kuprediksi, jurus-jurus yang dia pakai juga membingungkan, tak ada pola yang bisa kubaca, sungguh membingungkan, apa memang tidak ada pilihan selain memusnahkan negeri Jonggring Saloka secara total, tapi memusnahkan episentrum ekonomi Dunia akan membuat semua hal kolaps, grrrh itulah yang menyebalkan, anak ini adalah manusia paling berpengaruh di jagat raya, pemegang kendali pasar, membunuhnya sama saja dengan mematikan poros ekonomi, mau tidak mau aku harus menangkapnya," pikir Gifar yang mengendalikan satelitnya dari jarak yang sangat jauh.

Sementara itu di medan tempur hanya tiga satelit Gifar yang tersisa, Veera, Ashura dan Deva. "Tinggal tiga lagi, setelah itu baru wujud aslinya akan keluar atau mungkin tidak, Veera ini adalah wujud yang waktu itu kulihat sebagai Ishvara tapi bukan yang asli, hanya satelit terkuatnya saja," pikir Ihsan yang dengan serius menatap tajam ketiga monster dihadapannya sambil mengepalkan tangan kuat-kuat ditenagai oleh kekuatan besar dari bholenath. Kedua kaisar itu akhirnya kembali saling menyerang, pukulan Ihsan kembali beradu dengan Veera dan menimbulkan getaran yang merembet di angkasa. Hal ini diikuti dengan mulainya mereka bertukar tendangan, bukan hanya sanggup mengimbangi, Ihsan mulai bisa membaca pergerakan Veera dan memanfaatkan celah untuk memberikan beberapa pukulan dan tendangan ke tubuh sang satelit utama. "Gila, insting anak ini semakin tajam, gimana caranya dia bisa melakukan hal ini," pikir Veera sembari membuat beberapa tembakan energi dari jemarinya namun hal ini bisa dihindari dengan cepat oleh Ihsan sambil meluncurkan beberapa tebasan angin yang membuat Veera harus menghindari serangan tadi. Hal ini disambut oleh Ashura dengan langsung melesat kearah Ihsan dan meninjunya yang bahkan saat Ihsan berhasil menahannya kedua tangannya masih harus hancur karena itu dan dirinya harus terpental cukup jauh kebelakang. Deva melanjutkan dengan membuat agneyastra yang dengan cepat ditembakkan kearah Ihsan dan membuat jalur ledakan api disekitar jalannya dan berhasil menghantam Ihsan sampai tangannya benar-benar hancur.

"Apa daritadi mereka belum serius atau aku yang melemah, bagaimana caranya mereka bisa meremukkan tanganku seketika," pikir Ihsan sambil meregenerasi tangannya dan mulai mengubah bentuk tubuhnya untuk mengakses empat tangan untuk mulai menyerang namun Ihsan sekali lagi dihentikan oleh beberapa batangan hitam yang dimunculkan oleh Veera. "Huh!?, darimana batangan ini berasal, kenapa tiba-tiba muncul," gumam Ihsan. "Tak sadarkah dirimu bahwa yang kau lawan itu mendapatkan berkah dari Tuhan itu sendiri, aku akan menang," ucap Veera saat Ihsan mencabuti batangan hitam dari tubuhnya. "Tuhan selalu memberikan berkahnya pada semua makhluknya, jangan kau pikir hanya dirimu yang mendapatkannya, Tuhan punya jauh lebih banyak berkah dari apapun yang ada di Dunia, lebih banyak dari seluruh imajinasi seluruh makhluk, sejak awal penciptaan sampai akhir penciptaan, tak ada satupun makhluk yang akan sanggup menggambarkannya, bahkan jika dia hidup selamanya dan menyaksikan alam semesta hancur dan diciptakan lagi berkali-kali dia tetap takkan sanggup menghitungnya," teriak Ihsan yang membuat Gifar geram dengan peringai sang kaisar Jonggring Saloka. "Kau tak usah mengajariku anak kecil, kau yang bahkan tak tau caranya menghindari batangan hitam milikku lebih baik diam, Dunia ini sudah cukup kacau sebelum kelahiranmu dan semakin kacau karena keberadaanmu, kasta dibuat untuk mengatur manusia menjadi lebih baik dan kau mengacaukannya, kau hanyalah seorang sudra, tugasmu hanya membantu orang lain, tak usah engkau mengumpulkan harta dan mengatur ekonomi sebagai vaishya karena kau hanya akan membuat kekacauan, kau tak perlu bertakhta bagai seorang ksatria karena kau tak mengerti apa itu konflik dan cara mengatasinya dan kau jangan sesekali mengajari brahmana seperti diriku apa itu berkah karena akulah yang diberkahi untuk lahir sebagai brahmana bukan dirimu," balas Gifar dengan sangat geram pada Ihsan. "Tenang saja prajapati, membantu orang lain dalam kebaikan adalah sebuah kewajiban, harta adalah salah satu alatnya dan aku memang tak terlahir dengan itu tapi kebetulan dia datang padaku karena aku membuka pintu untuknya dengan berbisnis, takhta itu adalah pemberian dari orang-orang untuk seseorang yang mereka percaya untuk mengembannya, kalau bagi orang-orang aku pantas mendapatkannya maka akan kulaksanakan sebaik mungkin meski nantinya akan sedikit tertatih-tatih lalu ilmu adalah hak setiap orang dan wajib untuk diamalkan untuk kebaikan, bukan maksudku untuk menggurui brahmana, tapi itulah peraturannya, ilmu yang terbaik adalah yang bermanfaat bukan hanya sebuah teori," ucap Ihsan yang seketika membuat kesabaran Gifar habis.

Lihat selengkapnya