Rombongan Alim segera berangkat menuju lokasi keraton Suralaya, Alim membawa Shifa, Bagas, para maharsi dan para pembantu setianya untuk menenangkan keadaan. "Aku harus bisa menenangkan Prajapati, kalau sampai Ihsan mati sekarang maka akan timbul banyak sekali kekacauan, mau bagaimanapun dialah pemegang kekuatan ekonomi terbesar saat ini, mungkin sepanjang sejarah," pikir Alim yang terlihat khawatir dengan keadaan Ihsan yang sudah dia anggap adik sendiri.
Sementara itu di wilayah keraton Suralaya. "Kau sudah terpojok nak, menyerah saja agar tidak terjadi lebih banyak masalah, keberadaanmu adalah kutukan bagi Dunia ini tapi kau juga sudah mengakar terlalu dalam sehingga mencabut nyawamu harus dilakukan perlahan-lahan dan hati-hati," ucap Veera sembari membuat batangan hitam ditangannya lalu menusukkannya kepada Ihsan perlahan-lahan. "Hehehe percuma saja menyiksaku, aku masih bisa menahan semua ini dan kau juga mengatakan bahwa engkau tak bisa membunuhku, terlalu banyak informasi yang kau berikan tanpa harus aku meminta," ejek Ihsan yang badannya sudah berlumuran darah dan berusaha bangkit meski raganya sudah hancur. "Anantaraga imitasi milikmu itu takkan membantumu kalau sistem energimu rusak, kau sudah kalah Bhairava, ikutlah denganku dan berhentilah menggeliat seperti binatang," ucap Veera. "Tidak, mengapa aku harus menyerah, aku belum mau melakukannya," ucap Ihsan sambil membuat sepasang tangan lagi untuk mencabut batangan hitam ditangannya lalu berdiri. "Usaha yang sia-sia, kau tau kalau aku akan terus tumbuh seiring waktu," ucap Veera. "Kalau itu aku juga sama, jangan berlagak seperti kau sendiri yang merasakannya," ucap Ihsan yang mulai memulihkan dirinya. "Cih, dia benar juga, semua pejuang pasti seperti itu, apalagi anak ini, pertumbuhan kekuatannya sedikit tidak masuk akal, apa ini karena jumlah artagunanya yang sangat besar sehingga saat terluka maka tubuhnya akan merespon dengan lebih extrem, aku tidak paham tapi kemungkinannya seperti itu, dulu saat aku belum mapan aku juga tidak bertumbuh secepat ini, mungkin memang ada korelasinya," pikir Veera sembari mulai mendorong Ihsan kedepan menggunakan gelombang kejut miliknya sampai melesat cukup jauh membuat Ihsan semakin tak berdaya.
"Kupikir melawan Prajapati adalah hal yang masuk akal, seharusnya aku lebih bersiap untuk ini, latihanku masih kurang, aku masih terlalu lemah untuk melindungi rakyatku, pemimpin macam apa aku ini, apa aku akan mengorbankan pasukanku hanya untuk hal yang sia-sia, apa aku perlu mengorbankan nyawaku, ah tapi nanti takkan ada pelindung lagi disini, aku harus menang, dulu aku pernah belajar bersama cak Alim cara menggunakan narasimha mantra tapi aku terlalu ceroboh untuk menggunakannya, apa yang harus kulakukan saat ini, kalau aku menyerah saat ini maka negeriku akan diserang dari berbagai sisi, aku belum siap melihat orang-orang tak bersalah mati, aku belum siap, aku harus berjuang, sampai titik darah penghabisan," pikir Ihsan di tengah-tengah kehampaan sambil kembali berusaha bangkit.