Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #174

Prajapati

"Jadi Prajapati, apa yang bisa engkau berikan sebagai bayaran atas kehancuran yang kau lakukan, hmm mungkin lebih baik kalau ada permainan disini," tanya Ihsan sembari menjulurkan tangannya lalu membuat sebuah papan catur lengkap dengan bidaknya dari elemen kayu. "Aku tidak yakin dengan hal ini tapi aku punya sebuah proyek pembuatan Mahadwipa, tapi masih kurang satu hal, kesembilan navagraha, silahkan jalan tuan Shangkara," ucap Gifar. "Kau boleh panggil aku Bhairava seperti biasa, hmm sebuah Mahadwipa ya, itu akan rumit, lalu kenapa kau tidak segera memulainya wahai yang terkuat," ucap Ihsan sembari melangkahkan pion miliknya maju untuk memulai permainan. "Perlu banyak persiapan dan langkah untuk membuat sebuah gebrakan besar, Mahadwipa adalah pusat kehidupan, keanekaragaman hayati di masing-masing Mahadwipa sangatlah berbeda, sebagai contoh Jambudwipa adalah wilayah yang dikuasai oleh berbagai macam kucing sebagai puncak rantai makanan sedangkan wilayah seperti Plaksadwipa adalah wilayah yang dipenuhi oleh anjing sebagai pengontrol ekosistem, padahal lokasi mereka bersebelahan," ucap Gifar sembari menjalankan langkahnya untuk membuat formasi bertahan. "Ahh konsep yang menarik, tapi kau harus lebih sering mengambil langkah proaktif untuk membuat sebuah proyek sebesar itu, langkah yang kau ambil terlalu aman sehingga tidak sanggup mengeksekusi rencana dengan baik, semua rencana yang dilakukan terlalu lama hanya akan menjadi angan-angan saja, mulailah melangkah dan capai tujuanmu, coba lihat apa yang kulakukan, apa kau pikir aku merencanakan semua detail mimpiku!?, tidak tuan, aku memang punya mimpi besar untuk menjadi yang terbaik tapi untuk mencapai itu aku harus mulai melangkah, seiring dengan waktu aku akan sanggup berlari dan suatu saat meskipun aku tak pernah mencapai tujuanku setidaknya aku sudah melangkah cukup jauh untuk berusaha meraihnya, memangnya apa yang ingin engkau lakukan dengan membuat sebuah Mahadwipa," tanya Ihsan sambil memulai formasi menyerangnya dan mulai menukar bidaknya dengan bidak Gifar satu persatu. "Tapi dengan begitu kau akan mengorbankan banyak hal, coba perhatikan bidakmu, kau mulai kehilangan banyak perwira penting," ucap Gifar yang mulai kesulitan melangkah meski masih memiliki banyak bidak besar. "Memang begitu caranya, memang akan ada banyak hal yang harus dikorbankan, tapi lihatlah, langkahku terbuka lebar dan siap untuk mengeksekusi rencana untuk menang, lagipula perwiramu juga banyak yang mati karena itu," ucap Ihsan sembari terus mengorbankan banyak bidaknya hanya untuk mengambil posisi. "Perwira pentingku masih banyak, kemungkinan menangmu semakin kecil, mempersiapkan segala hal itu penting," ucap Gifar sembari menyambut semua serangan Ihsan dengan menumbangkan bidaknya. "Sayangnya kau lupa bahwa di Dunia nyata jumlah bidakmu tidak sama dengan jumlah bidak orang lain, ketika dirimu hanya fokus dengan bidak terkuatmu dan menganggap poin mereka penting maka aku membuat lebih banyak pion karena mereka akan bisa melakukan promosi menjadi bidak yang lebih penting, dengan begitu kemenangan hampir bisa dipastikan akan terjadi, jangan melupakan tujuan akhir hanya untuk menyelamatkan perwiramu," ucap Ihsan yang mulai kehabisan perwira. "Itu tidak masuk akal, bagaimana caranya mencapai tujuan jika semua hal kau korbankan," ucap Gifar. "Itulah yang disebut pengorbanan, tak ada yang sia-sia, semua itu hanya demi mencapai tujuan, karena setelah semuanya selesai maka bidak-bidak yang kau miliki, mau sekuat apapun itu takkan berarti lagi, karena kalau lawanmu sudah menang maka takkan ada kesempatan bagimu untuk kembali dan mengulang segalanya dan akan selalu ada celah terkecil dimana kau bisa menang asalkan pengorbanan yang kau lakukan bisa memperjelas langkahmu selanjutnya, dan dengan ini aku menang," ucap Ihsan sembari melangkahkan pion miliknya untuk memenangkan pertandingan. "Apa!?, bagaimana caramu bisa menang hanya dengan pion kecil itu," ucap Gifar. "Aku tidak menang hanya dengan ini, semua perwiraku sebelumnya juga adalah bagian dari kemenanganku, mereka yang berkorban untuk sebuah kemenangan bersama, jadi apa kita mulai lagi permainannya," ucap Ihsan sembari menata kembali papan caturnya. "Boleh saja, senang bisa bermain denganmu Shangkara," ucap Gifar yang juga mulai menata bidaknya.

"Apa yang sebenarnya mereka lakukan, kenapa mereka malah bermain catur, ini seharusnya jadi negosiasi yang serius, kenapa malah jadi terlihat santai begini, mana amarah Ihsan tadi," pikir Alim yang menatap Ihsan dan Gifar yang sedang melakukan negosiasi tapi dengan sebuah papan catur ditengah pembicaraan. "Jadi tuan Prajapati, rencanamu untuk membuat Mahadwipa sebenarnya untuk apa!?, kenapa sampai harus membuatnya, apa yang akan kau lakukan untuk mewujudkannya, oiya kau boleh melangkah," tanya Ihsan. "Terimakasih, hmm Mahadwipa ya, seperti yang kau tau, ketujuh Mahadwipa yang ada sekarang adalah penentu dari peradaban dan keteraturan, masing-masing punya kultur dan sumberdaya tersendiri, kupikir kau sudah tau itu karena jangkauan perdagangan yang kau miliki sangatlah luas, coba terangkan padaku bagaimana caramu membangun sebuah wilayah yang mungkin sebentar lagi akan menjadi Mahadwipa." ucap Gifar sembari membuka langkahnya. "Ada beberapa syarat untuk membuka wilayah baru, Tuhan memanglah yang menentukan segalanya tapi kita tak bisa memasukkannya dalam sebuah teori jadi mendiskusikan faktor pertolongan Tuhan itu bukanlah hal yang bisa diajarkan tapi harus diharapkan, secara eksplisit untuk membuka wilayah baru maka akan perlu tiga hal, besaran wilayahnya itu sendiri, rakyat yang akan menghuninya dan juga sistem yang akan mengaturnya, lalu akan ada faktor capaian dimana isinya akan mencakup beberapa hal, pertama ada sumberdaya dasar baik pangan, sandang dan papan, inilah alasan utama bagi orang-orang untuk datang dan tinggal disebuah wilayah, ketersediaannya harus cukup untuk mendorong semua faktor lainnya untuk naik, tanpa sumberdaya uang takkan ada artinya, kedua ada faktor kesehatan, dalam kasus ini kita harus mempertahankan kesehatan warga untuk mendorong semua capaian individual, mempertahankan kesehatan mulai dari sosialisasi gaya hidup sehat, menjaga kebersihan lingkungan, ketersediaan obat-obatan dan tenaga medis adalah syarat utama untuk mempertahankan wilayah agar berdaulat, ketiga ada faktor informasi, setelah pondasi pangan dan kesehatan selesai maka informasi adalah arah selanjutnya, baik informasi tentang pengetahuan dasar yang akan disampaikan di sekolah dan instansi pendidikan terkait, informasi terkini yang akan ada di pemberitaan maupun informasi mengenai teknologi terkini yang harus terus ditingkatkan serta banyak lagi informasi lain yang memang harus disebar dengan jujur dan terbuka, namun memang ada beberapa informasi yang tidak boleh disebar pada semua pihak dan bersifat rahasia, karena informasi ini memang bisa membuat kekacauan kalau disebar seperti keamanan negara dan kondisi perang, berbicara tentang keamanan itulah faktor keempat yang harus dicapai, sebuah wilayah harus aman dari berbagai ancaman, baik dari dalam maupun dari luar, karena itu harus ada lembaga yang bertugas untuk menghukum tindak kejahatan dan ancaman, kepolisian adalah yang bertugas menjaga keamanan dari dalam dan tentara adalah yang melindungi dari ancaman dari luar, rincian tambahan lainnya tak perlu dijelaskan karena akan menyesuaikan masing-masing orang, kelima ada faktor mobilisasi, sebuah wilayah harus aktif dalam menggerakkan warganya kemanapun, infrastruktur seperti jalan raya, terminal, stasiun, dermaga dan bandara harus terus dibenahi mulai saja dari hal yang kecil seperti transportasi roda dua untuk dibeli untuk mobilisasi pribadi, mobil untuk keluarga, truck dan pickup untuk barang-barang, bus dan minibus untuk mobilisasi darat jarak dekat, agak jauh maksimalkan di penggunaan kereta api, kapal untuk transportasi laut, dermaga kecil untuk para nelayan dan dermaga besar untuk penyebrangan dan pengiriman barang, lalu pesawat untuk transportasi udara yang cepat, terakhir untuk antar planet bisa pakai vimana tapi itu preferensi pribadi dan tak perlu terlalu diatur, jumlahnya juga akan sangat sedikit dibandingkan moda transportasi lain, lalu untuk bahan bakar usahakan pakai yang bebas polusi, lalu terakhir ada faktor diplomasi, hal ini penting untuk dicapai tapi bukan prioritas utama, ini berguna untuk menyingkirkan hambatan dan membangun kerjasama dengan negeri lain untuk memperkuat pertahanan, usahakan fokus ke negeri-negeri tetangga, penaklukan boleh dilakukan tapi jangan sering-sering karena akan memakan banyak sumberdaya, selain itu akan ada banyak faktor capaian yang tak bisa disebutkan satu-satu, tapi enam itu adalah yang kupikir agak lebih penting dari yang lain," ucap Ihsan sembari terus memberikan tekanan pada Gifar dengan menghabiskan semua perwiranya. "Kali ini permainanmu lebih rapi, bidakku habis, aku menyerah, hmm kalau begitu bagaimana menurutmu dengan membuat Mahadwipa, apakah engkau sanggup melakukannya," ucap Gifar sembari menumbangkan rajanya. "Aku tak bisa melakukannya sendiri, seperti yang kukatakan tadi perlu banyak orang untuk membangunnya, tapi asalkan semuanya berusaha membangun wilayah maka Mahadwipa akan terwujud dengan sendirinya, sayangnya poros utamanya kau hancurkan sehingga aku harus memulai dari memperbaiki kehancuran yang disebabkan seranganmu, bagaimana menurutmu, apa yang bisa kau bayarkan pada kami untuk kehancuran yang kau lakukan Prajapati," tanya Ihsan. "Aku bisa membantumu memperbaiki keadaan, aku sedang mengembangkan cara untuk membangkitkan kekuatan yang sangat besar yang bisa kami gunakan untuk membangun Mahadwipa, masalahnya akan perlu kesembilan navagraha untuk mewujudkannya," ucap Gifar. "Begitu ya, aku bisa membantumu untuk itu, bukankah dua dari sembilan navagraha sudah kau dapatkan sebelumnya, tujuh lagi takkan sulit, kumpulkan saja negara-negara pemilik navagraha dan rampas itu dari mereka, itu jika kamu mau, kalau boleh tau apa rencanamu dengan kesembilan navagraha," tanya Ihsan. "Sebuah senjata tempur mahadahsyat yang bisa digunakan untuk membuat dan menghancurkan Mahadwipa, gabungan kekuatan kesembilan navagraha yang akan memiliki kekuatan setara dengan prabhu Dharmakusuma itu sendiri, orang yang sanggup membangun Mahadwipa berdua bersama tuan Bhataramuni," ucap Gifar. "Bukankah kau ingin mengontrol seluruh Dunia dengan itu!?, sayang sekali, kau lambat dalam mengeksekusinya karena lama sekali bersiap, seratus tahun lalu Dharmakusuma dan Bhataramuni adalah dua orang pria yang sangat proaktif dalam mencapai tujuannya, itulah alasan kenapa mereka begitu kuat, percuma saja berencana tanpa mencoba," ucap Ihsan dengan senyum tipis, tapi masih terlihat jelas bahwa amarah masih menguasai dirinya. "Anak ini mengatakan semua logika dan pemikiran semaju itu dalam keadaan dipenuhi amarah padaku dan temannya itu, aku tidak heran kenapa banyak orang menghormatinya, apa sebenarnya rencananya," pikir Gifar dengan penuh curiga dengan gelagat Ihsan.

Lihat selengkapnya