Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #180

Nareshwara

Keesokan harinya beberapa vimana sudah disiapkan untuk berangkat, beberapa armada dagang milik Ihsan akan segera menuju Madyadwipa seperti biasa disaat shubuh itu saat satu vimana terlihat masih berhenti untuk menunggu seseorang. "Hmmmh sudah kuduga dia akan sedikit terlambat, Firaaaa, yang cepat, nanti telat masuk sekolah hey," panggil Ihsan. "Udahlah jangan terlalu buru-buru mas Ihsan, toh hari pertama gak langsung masuk kelas," ucap Rio. "Gak gitu konsepnya, aku juga ada kerjaan buat monitoring kegiatan," ucap Ihsan. "Aku aja yang mengantar adikmu Ihsan," ucap Shafa. "Gak perlu Shafa, aku mau mengantarkannya sendiri, aku juga kangen ke sekolah," ucap Ihsan, "semoga nanti negosiasi untuk mendapatkan surya lancar, kalau sampai harus berkonfrontasi dengan negara asalku sendiri bisa agak repot, mungkin aku harus mengurus pemindahan sekolah Fira biar gak bahaya," pikir Ihsan yang menunggu Fira sembari memakan salak yang disediakan disebelahnya.

Tak berapa lama Fira akhirnya selesai bersiap. "Ayo berangkat mas, jangan sampai terlambat," teriak Fira sambil berlari menuju kakaknya. "Iya ayo cepat," ucap Ihsan sembari naik ke vimana miliknya diikuti oleh Fira yang berlari dibelakangnya. "Hati-hati Ihsan," ucap Shafa. "Iya, tolong jaga rumahku dulu Shafa," ucap Ihsan dengan senyumannya yang dibalas dengan anggukan ringan dari Shafa sebelum akhirnya Ihsan dan Fira masuk kedalam vimana dan pintu vimana tertutup.

"Jonggring Saloka sudah berkembang lagi, mungkin jauh lebih cepat dari sebelumnya, dipotongnya perusahaan besar karena kehancuran ibukota menjadi alasan bagi banyak usaha kecil untuk mengisi kekosongan dan menjadikannya malah beroperasi lebih cepat," gumam Shafa. "Bagiku itu wajar, mau bagaimanapun pusat dari Jonggring Saloka bukanlah wilayah ibukota lama yang sudah dihancurkan, tapi Ihsan itu sendiri," balas Rio. "Mungkin terlalu berlebihan untuk mengatakan Ihsan sebagai pusat dari Jonggring Saloka tapi memang harus diakui kalau dialah yang membuat semua sistem yang sangat menguntungkan ini, keuangan di negara asalku saja sekarang jadi sangat maju hanya dalam waktu sesingkat ini," ucap Alan. "Armada militermu sudah disiapkan wahai Sarvatomukham, tolong jangan sia-siakan kekuatan pasukan khusus kami," ucap Heru yang diikuti oleh ribuan pasukan bertopeng milik Ihsan. "Jadi ini para Hara Gana, pasukan yang terlihat jauh lebih profesional," ucap Alan. "Tentu saja, berbeda dengan para Kalasena yang sangat destruktif, mereka adalah pasukan yang terlatih dalam eksekusi senyap, penyusupan dan pencarian informasi, pasukan yang kami kembangkan untuk banyak tugas internal yang kejelasannya sangat pelik," ucap Heru. "Nampaknya pasukan kalian memang pasukan paling haus darah," ucap Alan. "Ini lebih kearah profesional dalam bekerja, seorang prajurit memang seharusnya didesain untuk memberantas orang-orang yang tidak taat aturan dengan kekerasan, membuat para penjahat mengerti rasanya ketakutan ketika mereka berbuat onar," ucap Heru sembari mengirim pasukan itu kepada Alan. "Bisa dimengerti, ini akan jadi perjalanan yang sedikit berdarah," balas Alan sembari memakai topeng yang diberikan oleh Ihsan sebelum memasuki vimana dan berangkat bersama pasukan khusus milik Ihsan.

Sementara itu di negeri Ashoka. "Aku tidak menyangka kalau perubahan yang terjadi karena kerjasama kita dengan Shangkara akan terjadi secepat ini, keuntungan kita benar-benar melonjak meski datang dengan beberapa kekacauan disana-sini tapi mengatur warga dengan penghasilan sebanyak ini mungkin akan lebih mudah," ucap Gifar sembari menatap wilayahnya yang mulai menunjukkan riuh pasar. "Adikku itu memang seperti ini, bagaimana rencana kita untuk membuat Mahadwipa baru," tanya Alim yang kebetulan sedang berada disana. "Kemampuannya membimbing manusia menuju kemajuan memang agak diluar kebiasaan tapi berhasil, seperti katamu oh Narayana, dialah seorang Nareshwara yang luar biasa, semoga dia tidak banyak berulah lagi agar aku tak harus melawannya lagi," ucap Gifar. "Sampai kami, kelima bersaudara kembali berkumpul maka dia tetap tidak akan bisa diprediksi, semoga saja do'amu terkabul wahai Prajapati, aku juga punya ketakutan jika harus melawan saudaraku sendiri," ucap Alim yang mulai mengkhawatirkan Ihsan.

Beberapa saat kemudian didepan gerbang Manasasagara vimana Ihsan turun dan memukau semua orang disana. Sesaat setelah itu pintu vimananya terbuka memperlihatkan sang penguasa Jonggring Saloka yang mengantar adiknya. "Mampir juga kau kesini Ihsan," ucap Yusuf yang sedang duduk bersila didepan aula besar sekolahnya ditemani oleh Sekar. "Mau apa sampai seorang Brahma repot-repot datang kemari," tanya Ihsan. "Aku harus mengisi sambutan untuk anak-anak disini, pak Arya memintaku untuk itu," ucap Yusuf. "Pak Arya ya, bagaimana rasanya menjadi atasan dari seorang guru kita," ucap Ihsan. "Dia akan selalu kita menjadi guru yang kita hormati, lagipula aku sudah mendengar desas-desus tentang aliansi Shmashana dan pemimpinnya, Shiva, engkaulah orangnya kan," ucap Yusuf. "Kau benar, itu hanya aliansi negara-negara kecil, bukan posisi yang setara dengan Brahma," ucap Ihsan. "Membuat sendiri sebuah aliansi dan memimpinnya dengan kekuasaan yang absolut adalah hal yang jauh lebih menakjubkan daripada yang kulakukan, kudengar kalian juga sedang membangun Mahadwipa, apa itu benar," ucap Yusuf. "Entahlah, kurasa Mahadwipa memang akan terbentuk tapi aku sama sekali tak merencanakannya, siapkan saja sambutanmu oh Brahma yang mulia," ucap Ihsan sembari membungkukkan badannya. "Senang bisa mendengar itu darimu wahai Shiva yang agung, oiya adikmu mau masuk ya," balas Yusuf. "Iya, aku titipkan dia padamu ya saudaraku," ucap Ihsan sambil merangkul adiknya. "Tenang saja, asalkan dia atau keluarganya, termasuk dirimu tidak banyak tingkah akan mudah untuk melindunginya, tolong ya Sekar," ucap Yusuf. "Baik Yusuf," balas Sekar sembari mengambil Fira dari rangkulan Ihsan. "Aku tidak menyangka, belum genap setahun lalu kita merencanakan semua ini dan kita sekarang sudah berada dipuncak Dunia," ucap Yusuf. "Jangan lupakan jerih payah kita bertahun-tahun untuk membangun semua pondasinya," ucap Ihsan. "Tapi tetap saja, kita bahkan belum dewasa dan tanggungjawab kita sudah sebesar ini," ucap Yusuf. "Itulah yang disebut amanah, dia datang ke orang-orang yang dipilihnya, siapa yang kuat menanggungnya akan berjaya dan yang tak kuasa menanggungnya maka akan hancur, terimakasih untuk bantuannya ya Yusuf, aku mau pergi dulu," ucap Ihsan sembari bertolak ke vimananya namu dengan cepat Fira berlari memeluknya. "Mas, kau akan pergi sekarang!?, kapan kau akan kembali," tanya Fira yang mulai berlinang air mata. "Entahlah dek, kau ikut yang baik disini ya," ucap Ihsan. "Tapi mbak Shifa juga udah pergi dari keratonnya, aku sendirian mas, aku takut," ucap Fira. "Dulu aku juga lemah sepertimu, lebih lemah bahkan, tapi ada teman-teman yang selalu mau membantuku, yang tumbuh menjadi sahabat bahkan saudara, carilah orang-orang seperti itu adikku sayang, berdoalah agar Tuhan mengirimkanmu orang-orang yang akan menolongmu disaat susah, menghiburmu diwaktu sedih dan mendukungmu untuk maju, maafkan masmu ini karena gak bisa terus melindungimu, mintalah pada Tuhan untuk selalu melindungimu dan jadilah kuat karena itulah cara-Nya melindungi makhluk-makhluknya, aku yakin kamu pasti bisa kalau berusaha, tak perlu sampai sekuat diriku tapi cukup untuk melindungi dirimu sendiri, sekarang mas pamit, berjanjilah untuk jadi lebih dari sekarang, saat mas melihatmu lagi jangan cengeng seperti sekarang, jangan jadi penakut lagi, kau mau berjanji," ucap Ihsan sembari mengulurkan kelingkingnya. "Janji mas, saat kau datang lagi aku takkan menangis dan bukan anak penakut lagi," ucap Fira sembari mengusap air matanya dan menyambut kelingking Ihsan seraya mengucapkan janjinya. "Bagus, sekarang mas pergi dulu ya, tolong jaga adikku ya Yusuf, Sekar," ucap Ihsan sembari menuntun Fira menuju Sekar. "Aku akan berusaha," balas Yusuf sembari mengepalkan tangannya yang segera disambut oleh Ihsan yang kemudian bertolak pergi sambil melambaikan tangannya. "Sekarang aku harus melaksanakan misiku, memburu navagraha, semoga misi ini lancar agar adikku juga aman bersekolah disini, aku gak mau dia harus berpisah dengan teman-temannya karena diriku," pikir Ihsan sembari memasuki vimananya untuk memulai perjalanannya yang baru.

Lihat selengkapnya