Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #183

Wong Bagus

Manasasagara, 4 Agustus 2013. "Huaaaah hari libur panjang akhirnya dimulai, hei Isel, kau mau ngapain," tanya Fira yang baru saja keluar dari keraton. "Entahlah, palingan berlatih," ucap Isel. "Ikut dong, hmm kau rajin sekali berlatih, padahal udah kuat banget loh," ucap Fira. "Cih, kau bisa mengalahkanku dengan mudah menggunakan semua astramu itu, ngapain sih masmu ngasih semua astra itu," tanya Isel. "Kata masku biar lebih gampang belajarnya, lagian sebagian besar belum bisa kupakai, kemarin saja busurku terbakar karena gak kuat menahan panas maheshwarastra," ucap Fira. "Dasar aneh, itu busur panah biasa yang belum kau tingkatkan, tentu saja tidak akan kuat, yasudahlah, mau kemana liburan ini," ucap Isel. "Lah kau gak jadi berlatih," tanya Fira. "Jadi, tapikan gak setiap waktu berlatih, nanti malah bahaya," ucap Isel. "Bagus, kalau begitu kita jalan-jalan cari durian," ucap Fira. "Gak!!, hei kalian berdua, jangan asal keluar," teriakan Yani bergema dari dalam keraton menghentikan kedua gadis itu diikuti oleh keluarnya sang putra mahkota menjemput dua gadis itu. "Ayo masuk, suka banget sih bikin kanjeng ibu marah," ucap anak lelaki itu. "Hih apasih Fawwaz, ribut aja," ucap Fira. "Kau itu yang ribut terus Fira, padahal masmu kaisar loh, harusnya kau paham aturan kerajaan," ucap Fawwaz, sang putra mahkota. "Jonggring Saloka gak begini kok, kau aja yang gak asik, mbak Shifa gak begini lho," balas Fira. "Hhh kalau saja kau bukan adik seorang Ishvara, gini aja, mbak Shifa itu bisa mengawasi kalian karena dia juga cewek, aku gak bisa, emang gitu aturannya, ibu juga sibuk mengurus keraton, jadi tolong kalian berdua disini dulu," keluh Fawwaz. "Fawwaz, kami bisa melindungi diri sendiri kok, jangan kau terus bawa-bawa bapakku atau masnya ke dalam alasanmu," ucap Isel. "Hu um, gitu," ucap Fira. "Justru karena mereka berdua kalian gak bisa leluasa pergi, nama besar mereka mungkin membuat kalian diincar, kalian perlu mengingat kalau seorang Ishvara punya urusan dengan skala Dunia, termasuk politik dan perang, terlibat dalam urusan mereka bisa menjadi urusan hidup dan mati, kurasa kau lebih tau itu Fira," ucap Fawwaz yang membuat Fira tercekat. "Insiden saat itu kan tidak terjadi setiap hari," bantah Isel. "Tapi bisa terjadi kapanpun dan dimanapun, takhta itu bukan hanya sebuah berkah tapi juga kutukan, aku yang merupakan keluarga seorang raja saja diincar oleh banyak orang apalagi keluarga seorang Ishvara, cobalah untuk lebih bertanggungjawab dengan nama besar keluarga kalian atau kalian akan menanggung konsekuensi yang sangat berat," balas Fawwaz sembari berjalan masuk kedalam keraton. "Nyebelin banget sih, gak kayak mbak Shifa," ucap Isel. "Kurasa dia benar Isel, pertaruhan nyawa yang dia bicarakan itu nyata, ayo kita masuk," ucap Fira sembari berjalan masuk. "Nampaknya serangan kemarin benar-benar membuatnya berubah, kalau dari yang kubaca, serangan itu memang sangat mematikan, aku juga takjub Fira bisa selamat," pikir Isel sembari perlahan mengikuti Fira untuk kembali masuk.

Sementara itu di Panditanagara, Ihsan akhirnya sampai dan turun dari vimananya. "Jadi kau tidak menuju Alhambra ya, aneh juga," ucap Steve setelah menyambut Ihsan disana. "Aku ingin lihat perkembangan wilayah Svananda, nampaknya bagus, mana yang lain mas, katanya mereka kesini," balas Ihsan sambil memakan kudapan dari Steve. "Mereka di rumah, sedang ada urusan," ucap Steve sembari mengangkat koper Ihsan. "Hoo mereka di rumahmu ya mas, baguslah, ayo kesana," balas Ihsan sembari berjalan maju membawa sisa koper miliknya lalu terbang menuju rumah Steve. "Masih grasa-grusu aja anak itu, hhh," ucap Steve sembari mengikuti Ihsan bersama dengan Uki.

Beberapa saat kemudian dirumah Steve. "Hooo sudah besar aja rumahmu mas Steve," ucap Ihsan. "Iya Ihsan, banyak hal yang harus kukerjakan di rumah, jadinya harus kuperbesar, malah mirip keraton sekarang, ya gak sebesar keratonmu sih," balas Steve. "Ini sudah besar sekali mas, lagian keratonku itu memang banyak ruang kerja yang dituntut oleh rakyatku buat ada, ya sesuai permintaan aja lah, padahal aku gak berniat buat keraton yang besar," balas Ihsan sembari menurunkan kopernya saat Steve membukakan pintu untuk sang adik.

Lihat selengkapnya