"Jadi begini cara kerja Jonggring Saloka, dominasi mereka di perdagangan internasional akan membuat infiltrasi semudah melakukan kunjungan, banyak sekali agen yang menyusup," pikir Alan yang saat itu berada di sekitar wilayah bandara. "Bagaimana informasinya tuan, apalagi yang kurang," ucap Dimas. "Tidak ada yang kurang, tapi tetap kumpulkan informasi, kita akan melaju mendahului Ihsan menuju Reksanara, tolong antarkan aku," ucap Alan sembari menuju lapangan terbang untuk menaiki vimananya. "Siap tuan, ayo Ilham, kita berangkat menuju Reksanara," ucap Dimas sambil mengikuti Alan. "Masih juga hari raya, buru-buru banget," balas seorang lelaki tinggi besar bernama Ilham. "Justru inilah waktu yang pas untuk itu, kita akan memburu navagraha secepat mungkin," balas Dimas. "Halah-halah ayolah," balas Ilham sembari berjalan mengikuti Dimas.
Sementara itu di rumah Steve, pesta besar sedang diadakan, unta-unta milik Steve disembelih untuk para hadirin yang datang dan banyak sekali makanan dan hadiah yang saling dibagikan saat itu sementara Ihsan menari-nari bersama masyarakat. "Ihsan masih terlihat sangat riang meski dengan semua beban yang diterimanya, aku penasaran, apa yang sebenarnya dia lakukan disini, bukannya Jonggring Saloka merayakan hari ini dengan lebih meriah," ucap Yusuf sambil mengudap kurma bersama Steve dan Lintang. "Mungkin dia hanya ingin bertemu dengan kita," ucap Steve. "Atau mungkin rencana lain untuk membangun ulang negaranya," ucap Lintang. "Kurasa kita perlu mengawasi Ihsan kali ini, pergerakannya terlalu masif, aku merasa ada yang tidak beres," ucap Yusuf. "Memang tidak baik mencurigai saudara sendiri tapi kali ini aku setuju denganmu, bidak yang dimainkan Ihsan terlalu banyak dan sangat liar, kurasa memang ada sesuatu yang terjadi," ucap Steve. "Semoga saja tidak, semoga saja ini hanya perdagangan biasa yang dia perbesar skalanya untuk menutup kerugian negaranya," ucap Lintang. "Kuharap juga begitu, tapi kita tetap harus mengawasinya, dia memang saudara kita yang agak nakal," ucap Yusuf sembari berdiri menuju perayaan.
Malam harinya Ihsan dan keluarga Shafa bersiap untuk meninggalkan Panditanagara. "Adek, hari ini pulang sama ayah dan ibu ya," ucap Shafa. "Lah kak, kalian bertiga mau kemana sama mas Ihsan," tanya Zia. "Kami ada urusan dek Zia, yang baik ya sama ibu dan ayah," ucap Shafa. "Kalian juga jaga diri kalian baik-baik, perjalanan kalian mungkin saja berbahaya, hati-hati," ucap Rani sembari mengusap kepala anak-anaknya. "Ibu, ayah, kami berangkat dulu, tolong doanya ya," ucap Rafa sembari menyentuh kaki kedua orang tuanya diikuti oleh kedua adiknya yang ikut. "Do'a kami selalu mengalir pada kalian nak," balas Akhmad. "Anak-anak ibu sudah besar, jaga diri kalian ya, mas Ihsan, titip anak-anakku ya," ucap Rani saat Ihsan akhirnya mendatangi kedua orang tua Shafa itu. "Iya ibu, aku akan berusaha," balas Ihsan sembari memberikan salam pada keduanya lalu merekapun berpisah jalan. "Sudah mau berangkat aja kau Ihsan, gak nunggu besok nih," ucap Yusuf. "Urusanku gak bisa ditunda-tunda, nanti menumpuk, kau juga kan Yusuf," ucap Ihsan. "Benar juga sih hahaha, hati-hati Ihsan," balas Yusuf sebelum akhirnya mereka keluar dari gerbang diantar oleh Yusuf, Steve dan Lintang.