"Selamat pagi tuan Mikhail, tidurmu nyenyak sekali nampaknya," ucap Ihsan saat Mikhail baru saja membuka matanya. "Apa maksudmu, kau dengan mudah tersenyum saat menyandera musuhmu, sungguh makhluk biadab," ucap Mikhail. "Itu hanya agar kau tidak banyak berontak, saat kita sampai di Satyabala kau akan mendapatkan teman kok," ucap Ihsan sembari menolehkan mukanya kearah Mikhail. "Kau!?, Mahadewa!?, kenapa dirimu yang ada disini, kenapa suaramu mirip sekali dengan orang yang menangkapku," ucap Mikhail separuh percaya. "Itu mungkin karena akulah yang menangkapmu, tenang saja, aku membawakan lagu teman untukmu, hmm siapa namanya kemarin, ah iya, Levy namanya," ucap Ihsan. "Kau yang memburuku, Levy?, apa maksudmu, kau memburu para navagraha?," ucap Mikhail. "ya begitulah, ini untuk kepentingan perdamaian, dan ya sedikit bisnis dariku hahaha," ucap Ihsan. "Kau kejam Mahadewa," ucap Mikhail. "Karena itulah kalian banyak yang memanggilku Bhairava, aku tidak masalah dengan itu, saat ini kita sedang menuju Satyabala, target selanjutnya adalah budha dan manggala, di kuil Bernares ada wadah dari budha, namanya Julius, kalau wadah manggala ada di wilayah champion koloseum, namanya Harry, menarik sekali," ucap Ihsan sambil terus memandang kedepan saat vimananya berakselerasi dengan sangat cepat kearah Satyabala.
Sesampainya di Satyabala, Alan sudah terlihat menunggu sampainya sang Bhairava. "Baru sampai kau Ihsan!?," tanya Alan di wilayah pangkalan bisnis kailash disana. "Aku akan mulai mengaktifkan atmasenaku untuk menjaga kedua sandera kita," ucap Ihsan sembari membuat segel tangan dan membuat beberapa atmasena untuk menjaga Mikhail dan Levy disana. "Katamu kau akan mempelajari cara menggunakan rsinetra," ucap Alan. "Bagaimana caramu tau," ucap Ihsan. "Rio memberitahuku sebelum berangkat, memangnya kemana dia sekarang, kenapa gak diajak," tanya Alan. "Dia regu komando, memangnya kau pikir dari mana kita mendapatkan semua informasi ini," tanya Ihsan. "Jadi dia yang memberikan informasi pada kita selama ini, kompleks sekali rencanamu," ucap Alan. "Ini rencana dasar tuan, kami lebih sering berimprovisasi ditengah pelaksanaan misi," ucap Ihsan sembari berjalan keluar dan mulai mengenakan topengnya lalu melesat bersama Shafa dan kedua saudaranya ke champion koloseum. "Tempo yang secepat ini belum pernah kurasakan sebelumnya, unik sekali," pikir Alan saat menyaksikan Ihsan melesat pergi. "Tunggu apalagi mas, ayo berangkat," ucap atmasena Ihsan sembari melesat menuju kuil Bernares yang segera diikuti oleh Alan.
"Jadi kemana lokasi champion koloseum Ihsan!?," tanya Shafa. "Agak dipinggir negara, mereka ditugaskan menjaga benteng disana," ucap Ihsan saat melesat bersama kekasihnya itu. "Oiya, baguslah eh mas Rafa, Rafi, situasinya agak kering dan angin terus berhembus, kita bisa menyalakan api dengan cepat menggunakan cara ini," ucap Shafa. "Ini seperti musim gugur, tapi ini aneh, bukannya ini belum waktunya," gumam Rafi. "Setiap planet punya waktunya sendiri, kalau dari pergerakan mataharinya memang benar sekarang disini musim gugur, kemarin di planet tuan Mikhail juga sedang musim panas," ucap Ihsan. "Ahh begitu ya menarik, hmm jadi dimana champion koloseum," tanya Rafi. "Itu didepan, tempat tinggal Harry, sang wadah manggala yang dikenal karena suka bertarung," ucap Ihsan sambil menunjukkan sebuah stadion raksasa yang sepenuhnya terbuat dari marmer. "Hati-hati, katanya wadah dari manggala ini sedikit lebih kuat dari dua wadah yang kita hadapi sebelumnya, mungkin memang karena hobinya bertarung," ucap Rafa. "Hmm sama-sama maharathi sih, kurasa gak akan terlalu masalah," ucap Ihsan sembari melesat kedepan dan mengeluarkan pedangnya. "Pejuang gila seperti dia memang sulit diprediksi," ucap Rafi. "Saat ini memang dialah manusia paling berbahaya yang bernapas di jagat raya ini, kita juga harus sedikit lebih menghormatinya, kalau tidak kita juga bisa terancam," ucap Rafa sambil menginstruksikan pada kedua adiknya untuk mulai menyerang.
Tepat setelah pergerakan berlangsung, Ihsan langsung saja memfokuskan energi dimatanya untuk mendeteksi keberadaan Harry. Sementara itu Shafa dan kedua saudaranya membobol gerbang depan dengan panah api mereka yang meledak selayaknya bencana alam yang mengagetkan Harry, sang wadah manggala yang saat itu bersama para punggawa dan istri-istrinya. "Suara apa itu, kenapa tiba-tiba terjadi ledakan, kenapa banyak api disana," gumam Harry sambil berdiri dan berjalan keluar menuju arena koloseum hanya untuk menyaksikan koloseum sudah membara dan tembakan panah api terus berlangsung membombardir koloseum sampai menjadi lautan api. "Manusia gila macam apa yang melakukan semua ini," gumam Harry sambil memadatkan energinya menjadi senjata perang yang kemudian segera dia gunakan untuk membelah api yang membakar koloseum miliknya kemudian segera membentuk elemen air dengan kedua tangannya dan kemudian dia gunakan untuk menyiram api di koloseum miliknya. "Kau tak perlu menyiram lautan tuan Harry," ucap Ihsan yang tiba-tiba berjalan keluar dari api dengan tangan sudah membentuk mudra saat tiba-tiba air menyembur dari bawah kakinya dan terus naik hingga membentuk gelombang setinggi gunung yang segera menenggelamkan koloseum dalam lautan yang dibuat oleh Ihsan.
"Apa yang terjadi, kenapa tiba-tiba ada lautan, kenapa bisa seperti ini, siapa orang itu," pikir Harry yang saat itu tenggelam dalam lautan yang baru dibuat oleh Ihsan. "Kenapa tuan Harry, sudah kubilang jangan menyiram lautan, kini engkau tenggelam kan," ucap Ihsan sembari mengeluarkan pedangnya dan membuat tebasan yang sangat dalam hingga melukai Harry. "Kenapa aku seperti tidak berdaya, orang ini sepertinya sekuat seorang Ishvara, absurd sekali kekuatannya," pikir Harry saat kemudian Ihsan mulai menyelam dengan kedua matanya yang menyala kebiruan saat melaju dengan kecepatan yang luar biasa dan tiba-tiba menebas tangan Harry lalu mencekik sang wadah manggala dan mengangkatnya keatas hingga terbang ke langit lalu Ihsan mengikutinya dengan terbang dan menendangnya hingga terpental cukup jauh.
"Heeeh kayaknya aku terlalu keras menendangnya, dia mati tidak sih," gumam Ihsan sambil menyatukan kedua tangannya bersiap untuk menembakkan laser air kearah Harry. "Biarkan kami saja yang melakukannya," ucap Shafa sambil memegang tangan Ihsan saat kedua saudaranya membuat mudra yang mereka gunakan untuk membentuk panah api lalu segera membuat panah api ditangan mereka yang siap mereka luncurkan kearah Harry yang muncul dari dalam air dengan keadaan marah hingga energinya meluap dan mendesis di udara. "Siapa kau pria bertopeng sialan, bagaimana caramu bisa lebih kuat dari tuan Peter," teriak Harry sembari membuat bola energi dengan kedua tangannya dan siap untuk dia luncurkan kearah Ihsan yang segera bersiap menggunakan bholenath. "Jangan, kau akan ketahuan jika menggunakan jurus itu disini," ucap Rafa yang segera membuat Ihsan membatalkan penggunaan bholenath di jemarinya dan menggantinya dengan menggerakkan tangannya dan membuat tsunami yang menghantam Harry sampai terdorong sangat jauh. "Maaf, hmm ayo tuan Harry, kita hanya bermain-main air disini kan," tanya Ihsan sembari membentuk tangannya dan menembakkan laser air yang berhasil melukai lengan sang wadah manggala dan melumpuhkannya sebelum akhirnya Shafa dan kedua saudaranya menembakkan panah api mereka dan membakar Harry sampai tak sadarkan diri. "Dengan ini kita sudah selesai memburu manggala," ucap Ihsan sembari bergerak maju untuk membawa Harry. "Biar kami saja yang membawanya," ucap Rafi sembari segera melesat untuk membawa Harry yang saat itu tidak sadarkan diri bersama dengan Rafa. "Owh, nampaknya mereka cukup bersemangat untuk ini, makasih ya kalian sudah mau membantu," ucap Ihsan sembari tersenyum manis pada Shafa dan berbalik terbang menuju markas. "Sama-sama Ihsan," gumam Shafa sambil mengikuti Ihsan dan disusul oleh kedua saudaranya yang membawa Harry yang hangus tak sadarkan diri.