"Perburuan di champion koloseum sudah selesai," ucap atmasena Ihsan yang berada di dekat Alan dan sedang melaju ke kuil Bernares. "Itu informasi yang bagus, sekarang target kita sudah dipetakan juga, kita akan segera mendapatkan empat graha dengan cara ini," ucap Alan sembari terus berjalan dan akhirnya sampai di pelataran kuil Bernares. "Jadi yang mana target kita," tanya Alan. "Itu dia saint Julius, sang wadah budha serta pemimpin kuil Bernares," ucap Ihsan. "Kau tau skill set budha kan!?," tanya Alan. "Aku tau sedikit sih, kemampuan manipulasi tubuh bukan," ucap Ihsan. "Tepat, dia menguasai dakshina kali dan sudah memolesnya dalam waktu seratus tahun," ucap Alan. "Heeeh unik juga, apa itu karena dia memiliki budha," tanya Ihsan. "Iya, semua navagraha akan mewariskan pola energi dari pengguna sebelumnya yang akan membuat penggunanya bisa menguasai teknik dari pengguna sebelumnya dengan mudah, dalam kasus ini adalah teknik dakshina kali yang mengerikan," ucap Alan. "Owh, menarik juga, tapi kan dia juga bukan atimaharathi seperti kita, harusnya mengalahkannya akan mudah bagi kita, aku mau sekalian melatih rsinetra sih," ucap Ihsan. "Kalau itu benar, tapi kan kita harus menyerang tanpa membunuh, apalagi yang ini punya kemampuan yang berbahaya," jelas Alan pada Ihsan yang saat itu sudah berdiri dan mengarahkan tangannya kedepan. "Hehe terimakasih informasinya, aku serang dia dulu," ucap Ihsan seraya membidik dan menembakkan laser air dari tangannya yang menembus lengan dari Julius lalu Ihsan segera melesat kedepan, mengeluarkan pedangnya dan merangsek searah Julius yang saat itu terluka berat. "Hhh anak itu bergerak terlalu cepat, akan agak repot mengikutinya," gumam Alan sembari menyusul Ihsan kedepan.
Sementara itu Julius yang terkena laser air dari Ihsan mulai tersungkur. "Apa ini, ada yang menembakkan sesuatu padaku, bagaimana caranya aku tidak bisa menyadarinya," pikir Julius yang mulai mengerang kesakitan saat Ihsan datang membawa pedangnya dan memotong tangan Julius lalu tanpa ampun Ihsan mencengkram kepala Julius dan meluncur kedepan mengarahkannya kepada tiang-tiang batu disana dan membenturkannya dengan sangat keras sampai tiang-tiang itu hancur. "Hai tuan Julius, bolehkah aku meminta kerjasamamu untuk ikut denganku agar bisa mengekstrak budha dari tubuhmu, aku berjanji akan memperlakukanmu dengan baik selama kau bisa bekerja sama," ucap Ihsan pada Julius yang berdarah-darah dan giginya juga sedikit rontok. "Apa maumu, kenapa tiba-tiba menyerangku," ucap Julius sambil sedikit berusaha berdiri dan segera memperbaiki struktur tubuhnya dan membuat kembali otot-otot dengan sisa energinya. "Aku sudah menyebutkannya, kau mau bekerjasama atau tidak," tanya Ihsan. "Dia takkan bekerjasama, namanya saja sandera, yang penting nanti saat kita memindahkannya, dia kita perlakukan dengan sebaik mungkin," ucap Alan yang baru saja tiba disamping Ihsan. "Hmmm iya sih, ah sudahlah ayo ikut," ucap Ihsan sembari mencekik Julius dan menyeretnya menuju vimana namun saat itu Julius masih bisa berontak dan memegang tangan Ihsan untuk mengaktifkan tekniknya sehingga tangan Ihsan sedikit menggembung dan saat itu juga Alan memotongnya. "Kau hati-hati, yang ini memang tak boleh lengah, kau ingat jurusnya kan," ucap Alan. "Ahh iya, dakshina kali ya, jurus yang mengerikan," ucap Ihsan sembari memulihkan tangannya. "Hahahaha, mau sekuat apapun kalian, menangkapku tanpa membunuhku adalah tugas yang mustahil dilakukan, takkan kubiarkan kalian mendapatkan apa yang menjadi tujuan kalian," ucap Julius sambil berusaha berdiri menghadapi Ihsan dan Alan. "Apa aku harus membunuhnya," tanya Ihsan. "Tak perlu, aku bisa mengatasi ini," ucap Alan sembari mengeluarkan beberapa batangan hitam dan menembakkannya pada Julius untuk mematikan pergerakannya. "Hah!?, bukannya itu jurus khusus dari samsaranetra, apa kau juga punya mata itu," ucap Ihsan. "Tentu saja tidak," ucap Alan. "Jadi bagaimana caramu membuatnya," ucap Ihsan. "Mengakses mata samsara memang akan membuatmu lebih mudah mengaktfikan teknik ini, tapi semua jurus tetap saja bisa dipelajari," ucap Alan saat Julius mulai jatuh tersungkur. "Aku tidak bisa membiarkan mereka mengambil budha dari tubuhku, negara ini akan jadi lemah kalau hal itu terjadi, aku tak boleh kalah, tak boleh kalah," pikir Julius yang tetap saja tak sanggup melawan dan mulai mengeluarkan darah dari mulut dan matanya sehingga akhirnya tumbang. Begitu Julius tumbang, Ihsan segera menggunakan kemampuan telekinesis miliknya dan membawa Julius terbang menuju vimana miliknya dan Alan pun segera mengikuti dari belakang.
Sesampainya di vimana, Ihsan segera menempatkan Julius di sebuah sel kaca untuk selanjutnya melaju ke negeri selanjutnya. "Semua urusan kita di negeri Satyabala sudah selesai, kita akan segera berangkat ke Manikabuana," ucap Ihsan saat Alan mengoperasikan vimana miliknya ke arah Manikabuana dan Julius mulai membuka matanya. "Dimana aku, kau!?, Mahadewa!?, jadi kau yang menangkapku, pantas saja kau bisa melakukannya dengan mudah," ucap Julius saat menyaksikan Ihsan tersenyum dihadapannya. "Ada apa!?, kenapa terlihat kaget begitu," ucap Ihsan sembari memberikan makanan pada Julius. "Cih, padahal kalau kau memberitahuku, aku akan dengan senang hati mengikutimu, aku juga sudah bosan berada di negeri ini, tak ada perlakuan khusus untuk kami, para wadah navagraha," ucap Julius yang berusaha bangkit. "Sampai sebegitunya ya, tapi sayang sekali aku belum mendapatkan harga dari kalian, jadinya aku harus mendapatkannya dengan cara paksa," ucap Ihsan. "Memang sebegitu, tidakkah engkau mau melihat kebobrokan negeriku wahai Mahadewa," ucap Julius. "Aku sedang melakukannya, tubuh asliku sedang jalan-jalan disini dan kurasa tak banyak hal buruk yang kulihat," ucap Ihsan.
Sementara itu ditempat tubuh asli Ihsan, dia terlihat sedang berdansa dengan Shafa di ballroom hotel. "Apa makanannya sudah siap Shafa," tanya Ihsan. "Belum Ihsan, kita baru saja memesan lagi, memangnya enak ya," ucap Shafa. "Aku lumayan suka dengan spaghetti carbonaranya, sekarang sedikit lasagna akan menyenangkan," ucap Ihsan. "Makan terus saja pikiranmu, kita sedang berdansa lho, nikmati saja dulu," ucap Shafa. "Hhh, iyasih," ucap Ihsan sembari mengecup kening Shafa ditengah kerumunan orang yang ada disana.
Sementara itu di istana negara. "Dasar bodoh, dua navagraha tertangkap begitu saja, aku memang tak seharusnya mempercayai orang-orang lemah itu untuk mengurus aset sebesar itu," ucap Peter. "Lalu bagaimana cara kita untuk mendapatkannya kembali," tanya Edward. "Mungkin dengan sedikit kekerasan, aku baru saja mendapatkan kabar dari Reksanara kalau negeri mereka juga kehilangan kedua graha mereka, kemungkinan serangan ini terencana, siapapun yang melakukannya pasti cukup kuat dan memiliki jejaring informasi yang sangat luas," ucap Peter. "Tapi siapa orang yang memiliki semua hal itu," tanya Charles. "Entahlah, aku belum pasti tentang hal ini, tapi kupikir yang melakukannya adalah Pashupati," ucap Edward. "Mungkin saja, sejauh ini dia memang orang yang paling memungkinkan, aku takkan heran kalau dia yang melakukan semua ini, pergerakannya memang sulit untuk diprediksi," ucap Charles. "Itu prediksi yang meyakinkan, kita mungkin harus melakukan pertemuan untuk membahas hal ini, tindakan ini sangat membahayakan, harus segera ditanggulangi," ucap Peter sembari menatap langit dengan perasaan penuh amarah.