Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #195

Ngiris Langit

Amaravati, 11 agustus 2013. Nareshwara dan Narayana turun bersama punggawa masing-masing ke istana sang Indra. "Jadi kau memutuskan untuk tetap datang kesini Shiva, kuharap sambutanku bisa memuaskanmu," ucap Sakra sembari memerintahkan pelayan-pelayan istana untuk mulai mengambilkan jamuan. "Salam tuan Sakra, tuan Seno lama tak jumpa," balas Ihsan sambil melambaikan tangannya pada kedua pejuang itu. "Orang itu, manusia paling berbahaya di Dunia, Dalang dari semua kekacauan yang baru-baru ini terjadi, seharusnya kubunuh saja dia waktu itu, andai saja aku tau dia akan seberbahaya ini maka aku takkan membiarkannya hidup" pikir Seno saat menyaksikan Ihsan perlahan mendekat dan dalam sekejap mengaktifkan naranetranya dan menonaktifkannya lagi. "Hah!?, apa yang dia lakukan," pikir Seno yang melihat hal aneh itu.

Tak berapa lama mereka akhirnya masuk kedalam taman istana Amaravati. "Hmm jadi ibukota Devaloka sebenarnya dimana sih, Ariloka atau Amaravati," tanya Ihsan. "Tentu saja disinilah ibukotanya, kota Amaravati yang megah," ucap Sakra. "Tapi kenapa Ariloka terlihat lebih sibuk," ucap Ihsan. "Itu karena disana rumahku, jangan lupa kalau aku sudah ditunjuk menjadi Vishnu dan sedang diperkenalkan ke semua anggota aliansi Vaikunta, tentu saja urusanku akan banyak," ucap Alim. "Owh, benar juga," balas Ihsan. "Energi yang kutanamkan pada Seno tadi menggunakan mataku sekarang masih bisa kurasakan dan sudah bertumbuh membentuk atmasena dipikiran Seno, aku bisa mencuri rahasia mantra sanjivani, mahamrityunjaya tak bisa dipakai tanpa tubuh lengkap target, menggunakan sanjivani sebagai pembukaan adalah langkah satu-satunya untuk membangkitkan mereka, mungkin kalau para legenda itu kubangkitkan maka Dunia akan terlalu takut untuk berperang, ahahaha, ini langkah yang bagus," pikir Ihsan sementara diluar mereka mulai duduk melingkar dalam sebuah ruang rapat.

"Jadi wahai Vishnu, kenapa engkau membawa dia kesini, lupakan sebentar tentang persaudaraanmu dengannya, saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk menemuinya," ucap Sakra. "Apa kau tidak tau?, ini adalah kerjasama yang dia terima karena serangan ke keratonnya baru-baru ini, kita juga harus sedikit membantunya saat ini, setidaknya untuk menghindari perang," ucap Alim. "Ketakutanmu pada dharmayudha itu tidak berdasar, kita hanya tidak perlu terlibat didalamnya," balas Seno. "Tak semudah itu nak, menghindari konflik sebesar itu takkan mudah, nanti akan ada beberapa bagian yang terseret dan sebagian wilayah juga akan terdampak, kalau dharmayudha terjadi maka kita harus mengambil sikap dengan tegas dan memilih kubu untuk berpihak atau kita akan tertindas," ucap Sakra. "Karena itulah aku ingin bicara dengan kalian sekarang, saat ini Ihsan ingin menjual para navagraha ke negeri Ashoka sebagai bagian dari perjanjian dan dengan itu kita sebagai satu aliansi akan menjadi cukup kuat untuk meredam terjadinya perang," ucap Alim. "Penawaran yang menarik darimu Nareshwara, sekali lagi kau melakukan langkah yang beresiko, kau memahami sepenuhnya kalau para navagraha akan menambah kekuatan militer dan kau menukarnya dengan sumberdaya yang bisa didapatkan kapanpun," ucap Sakra. "Itulah yang tidak kau mengerti tuan Sakra, lebih baik rakyatku terus bisa makan daripada mereka kehilangan satu hari jatah mereka makan mereka demi kepentingan politik yang belum tentu menghasilkan," ucap Ihsan. "Hanya untuk hancur diakhir karena kurang bersiap dari ancaman," tanya Seno. "Untuk itulah engkau perlu memahami bagaimana masyarakat bekerja tuan Seno, semua orang sebenarnya bisa memenuhi kebutuhan masing-masing, namun dalam bermasyarakat tugas itu dibagi-bagi pada orang-orang yang kompeten saja dengan begitu mereka bisa berkembang sesuai dengan fokus masing-masing, aku dengan sengaja hanya membuat sedikit hukum karena jika terlalu banyak maka perkembangan masyarakat juga akan terhambat, fokus ke hukum yang diberikan agama dan norma setempat saja sudah cukup, dengan begitu kami bisa menghimpun kekuatan di berbagai bidang , para pedagang dan pekerja akan membantu di bidang ekonomi, para dokter dan tabib akan membantu medis, pengajar dan ilmuwan akan mendorong pendidikan, perompak dan gangster akan mengambil bagian menjadi tentara atau polisi, media dan penyiar akan membantu menyebarkan informasi dan berita dan para supir dan montir akan mengisi jalan dengan alat-alat transportasi, takkan ada yang sia-sia, kita hanya perlu memberikan wadah dan contoh maka mereka akan mulai mengisi wadah itu dan meniru apa yang sudah dicontohkan, navagraha hanya satu instrumen kecil yang mengisi relung bangunan bernama negara, bahkan mungkin hanya sebuah ornamen yang membuatnya mahal, tapi sesungguhnya takkan sepenting kebutuhan masyarakat, serta minat dan bakat mereka, kalau kebutuhan dipenuhi maka minat dan bakat akan berkembang dan nantinya membangun wilayah akan jadi lebih mudah karena dibangun bersama, tangan kecil dan lemahpun tak masalah yang penting banyak dan mau membantu, saat ini kami sedang dengan gencar melakukan pembangunan untuk mempermudah aktivitas masyarakat dan dengan itu kami akan tumbuh jauh lebih cepat, cukup cepat untuk membuat para navagraha jadi kurang relevan dibanding dengan sumberdaya yang ada," jelas Ihsan. "Memang begitulah mekanismenya, tapi fokus pada kuantitas sumberdaya takkan cukup, tangan yang membantu haruslah kuat, karena itu makhluk seperti navagraha diperlukan," ucap Seno. "Sudah sejauh itu pemikirannya, dia memahami sepenuhnya mekanisme untuk memajukan masyarakat dengan memanfaatkan kompetisi dan jumlah masyarakat, pantas saja negeri Jonggring Saloka sangat kuat, kurasa aku perlu lebih serius dalam mengembangkan kehidupan masyarakat di aliansi Vaikunta," pikir Alim sembari memandangi Ihsan dengan takjub. "Kalau begitu aku dan Alim mau berangkat ke Ashokavatika, tidak ada waktu untuk berlama-lama disini, maafkan aku tuan Sakra karena menggangu," ucap Ihsan. "Tak masalah, kau sudah banyak membantu dan merepotkanku juga, mungkin Dunia akan bersedih saat kehilangan sosok seperti dirimu, senang bisa mengenalmu Ihsan," ucap Sakra. "Kau mengatakan itu seolah aku akan mati," ucap Ihsan. "Kemungkinan besarnya memang begitu kan?, aliansi Brahmanda bukanlah lawan yang enteng," ucap Sakra. "Selalu ada kemungkinan untuk menang," balas Ihsan sambil beranjak pergi menuju vimananya bersama Alim.

Sore itu vimana Ihsan sudah selesai diperbaiki dan siap menuju negeri Ashoka. "Jadi Ihsan, kita berangkat ke Ashokavatika," tanya Alim. "Ya cak, setelah itu aku harus bersiap untuk perang yang hampir pasti akan terjadi," ucap Ihsan. "Aku akan usahakan agar pertempuran tidak terjadi, ini hanya kesalahpahaman saja," ucap Alim. "Kesalahpahaman yang sebesar ini juga akan menimbulkan perang, perang akan terjadi cak," ucap Ihsan. "Hhh kalau benar hal itu terjadi aku akan bingung akan memihak siapa," balas Alim. "Kau takkan bingung cak, nanti malam bidak terakhirku akan kujalankan dan pengorbanan terbesarku akan kuberikan, ini akan jadi kemenangan terbesarku, kemenangan yang tak bisa kunikmati di Dunia," pikir Ihsan sembari sedikit tersenyum saat memasuki vimananya dibarengi oleh para punggawanya saat Alim juga memasuki vimananya sendiri untuk selanjutnya bertolak ke Ashokavatika.

Malam harinya semuanya sudah mulai tenang saat Seno terduduk sendirian dikamarnya. "Pola pikir anak itu sudah sangat kompleks, aku perlu berhati-hati, dia pasti merencanakan sesuatu sampai susah-susah kemari, tapi apa," pikir Seno saat tiba-tiba kepalanya derdenging dan sebagian energi keluar dari tubuhnya lalu membentuk sesosok manusia, sang Mahadewa yang berdiri dihadapannya. "Mau apa kau," ucap Seno saat menyaksikan Ihsan dihadapannya. "Hhh aku sudah selesai membaca memori yang kau miliki, termasuk sanjivani, bukankah tadi kau menyarankan diriku untuk membangun militer," tanya Ihsan yang duduk bersila di jendela kamar Seno. "Apa maksudmu!!, bagaimana kau bisa membaca pikiranku, kenapa kau mengatakan semua ini," ucap Seno. "Aku sudah mengatakan maksudku, dengan ini aku sudah mempelajari sanjivani dan dengan itu aku bisa dengan leluasa menggunakan mahamrityunjaya tanpa harus mencari tubuh lengkap orang yang akan kubangkitkan, tatapanku tadi pagi adalah kuncinya, aku menanam sebagian kecil energiku dalam pikiranmu dan mengolahnya dari jarak jauh dalam bentuk atmasena meski hanya bertahan sampai segini saja tapi itu sudah cukup, aku sudah membaca seluruh ingatanmu berkali-kali dengan membuat banyak sekali atmasena dalam pikiranmu, hmm nampaknya aku harus melatih ulang teknik transfer energiku agar bisa bertahan lebih lama," ucap Ihsan. "Dan dengan ini aku bisa mempertahankan aliansiku dari aliansi Brahmanda, aku mengatakan ini juga agar cak Alim bertindak untuk membela Yusuf, mungkin dengan begitu mereka semua akan senang dengan kematianku, memang perlu pengorbanan untuk kemajuan dan biarlah itu aku," pikir Ihsan saat perlahan menghilang dari hadapan Seno yang masih terkejut dengan apa yang dilihatnya.

Lihat selengkapnya