Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #196

Gending Pungkasan

Ditengah malam yang sunyi di istana Amaravati, Seno terlihat berlari ketakutan menuju kamar Sakra. "Ada apa kak Seno, kau tidak terlihat baik-baik saja," sapa Nel yang sedang berada di lorong istana. "Orang itu sedang memburu kita, dia akan menghancurkan semuanya, dia akan menghancurkan semuanya, minggir Nel, aku ingin menemui ayah," teriak Seno yang ketakutan sambil menyingkirkan Nel dan segera menuju ruangan Sakra. "Siapa yang membuatmu takut kak," tanya Nel. "Bhairava," ucap Seno yang segera memasuki ruangan Sakra untuk melaporkan kejadian yang baru saja menimpanya dikamar.

Sementara itu di Ngalam Raya. "Planet-planet dari Padmakstera sudah dipindahkan, dengan ini aku akan lebih mudah mengawasi gerak-gerik Ihsan di Jonggring Saloka," ucap Yusuf. "Itu tak akan merubah fakta bahwa saat ini Ihsan adalah kriminal internasional, musuh dari seluruh Dunia," ucap Sekar. "Iya Sekar, kau tak perlu terus mengingatkanku, akulah Brahma yang akan memutuskan sikap atas semua ini, mungkin kita bisa meminta kompensasi dari Ihsan untuk semua ini dan karena itu pertemuan harus dilakukan," ucap Yusuf. "Baru sekarang kau melakukan pertemuan dengan mereka, apa yang ingin kau katakan pada orang-orang yang marah itu," tanya Sekar. "Entahlah, akan kupikirkan nanti, mungkin masih ada cara untuk menyelamatkan Ihsan, andai saja dia tak ceroboh maka semua ini takkan terjadi tapi semuanya sudah terjadi, harus ada cara untuk menghentikan semuanya, semoga undangan yang kusebar lewat mas Steve dan mas Lintang direspon dengan baik," ucap Yusuf yang mulai kehilangan harapan.

Sementara itu di negeri Ashoka. "Sedang apa kau kemari Ganesha," tanya Gifar. "Aku hanya ingin menyampaikan undangan dari Brahma pada kalian juga," ucap Steve sembari memberikan surat yang ditulis tangan oleh Yusuf. "Apa ini, undangan untuk membahas tindak kriminal Ihsan, tidakkah kalian sadar kalau dia juga adalah saudara kalian sendiri," ucap Gifar. "Karena itulah aku menyampaikan ini padamu Prajapati, salah satu dari petinggi di negerimu, Sarvatomukham juga terlibat dalam tindakan Ihsan, aku hanya ingin meminta izin untuk menghabisinya dan mungkin kau juga," ucap Steve dengan penuh amarah. "Hhh semuanya tidak berjalan sesuai dengan rencana, aku tak bisa mempertahankan Alan di negeriku, kurasa mempertahankan Alan akan sangat merugikan jika harus berhadapan dengan orang-orang dari aliansi Brahmanda, mereka pasti beragam, setidaknya aku mendapatkan semua navagraha sebagai ganti dari perwira terkuatku," pikir Gifar saat membaca surat dari sang Brahma. "Aku akan datang," balas Gifar. "Baguslah, aku pergi dulu, tujuanku selanjutnya adalah Devaloka," ucap Steve sembari melesat ke vimananya untuk berangkat ke Devaloka. "Bagaimana ini mas Gifar, semuanya kacau," ucap Feni. "Hhh langkahnya selalu tak bisa diprediksi, sudah kuduga aku harusnya mengawasi anak ini," ucap Gifar yang mulai terduduk lemas setelah Steve pergi dari sana.

Disaat yang bersamaan di Satyabala. "Hhh baru sekarang Brahma ingin mengadakan pertemuan, rasanya agak terlambat, kalian terlalu sayang ke saudara kalian itu sehingga melupakan tugas utama kalian," ucap Peter. "Bisakah kau berhenti mengatakan itu, Ihsan hanya terpengaruh ucapan pria sialan itu saja, kau tak mengerti seperti apa adikku itu, yang jelas datanglah ke pertemuan, kami menunggumu," ucap Lintang. "Sekarang kau sangat sombong berpikir bisa mengatur kami setiap saat untuk pergi ke tempatmu itu, kalau mau adakan saja pertemuannya disini," ucap Peter. "Kau datang ke Ngalam Raya untuk melakukan pertemuan dengan Ishvara lain atau tetap disini dan aku akan mempertemukan jantungmu dengan velku," ucap Lintang sembari mengarahkan vel miliknya ke dada Peter. "Iya!!, aku akan datang!!," ucap Peter. "Grrrh anak-anak ini sangat kuat, kalau saja waktu itu aku bertemu langsung dengan Mahadewa maka aku mungkin sudah berada di alam baka saat ini, setidaknya dengan ini mungkin mereka akan bertarung dan semuanya akan berakhir, dasar para pengacau," pikir Peter sembari menerima undangan dari Lintang. "Terimakasih atas kerjasamanya, kami tunggu kau di tempat kami," ucap Lintang sembari melangkah pergi dari kediaman sang presiden Satyabala. "Ayah!!, kau tak apa-apa?," tanya Edward sembari memegangi ayahnya. "Dasar monster, kuharap perang takkan terjadi," ucap Charles begitu Lintang melesat pergi. "Tidak Charles, perang harus terjadi secepatnya, mumpung mereka sedang bertengkar, inilah satu-satunya kesempatan untuk menyingkirkan makhluk-makhluk mengerikan itu," ucap Peter sembari memandangi vimana Lintang yang berjalan pergi.

Sementara itu Manasasagara. "Hei Fira, mau kemana," tanya Isel. "Mau ke kantin," balas Fira. "Udahlah, makan dikelas saja," ucap Isel. "Apasih Isel, udahlah, aku mau kekantin," ucap Fira dengan kesal sambil berjalan pergi. "Hhh anak ini, nanti rusuh lagi dikantin, anak-anak lain yang bodoamat itu mana mau paham kalau Fira anak baik, masnya aja yang agak berbahaya, mereka kenapa sih, suka menuduh-nuduh pada orang yang gak melakukan cuma karena bersaudara, aneh," pikir Isel sembari mengikuti Fira.

Sesampainya di kantin, Fira segera membeli jajanan untuk dirinya makan tapi belum sempat dia memakannya segerombolan kakak kelasnya menghampirinya. "Masih bisa makan dengan santai kau disini penjahat," ucap salah satu anak disana. "Aku tak merasa punya masalah dengan kalian, pergilah, jangan ganggu aku makan," balas Fira. "Kalau begitu bilang ke kakakmu itu untuk jangan mengganggu kehidupan kami juga," ucap Anak tadi. "Ya!!," sahut kawan-kawan anak itu sembari membuang makanan Fira dan mulai mengelilinginya. "Apa salahku sih!!!, kalau kalian ada dendam ke masku kenapa gak ngomong aja langsung pengecut," ucap Fira. "Dia jauh bodoh!!!," teriak anak pertama tadi sembari memukul Fira dengan keras dan diikuti oleh teman-temannya menghajar Fira. "Cukup!!!, apa yang kalian lakukan, dia tidak bersalah," teriak Fawwaz sembari melesat memukul anak yang tadi memukul Fira dan mengambil kuda-kuda untuk menghadapi anak-anak lain. "Kalau kalian mau hadapi aku satu-persatu, aku takkan melapor," ucap Fawwaz dengan penuh amarah. "Oh ya, kau masih ingin melindungi anak buangan itu saat kakakmu sendiri terancam karenanya, berhentilah membual pangeran," teriak anak tadi sambil mengambil kuda-kuda. "Aku yang akan melapor, jangan gila Fawwaz, dia sudah menyelesaikan pendidikan chakranya, menghadapinya adalah hal yang kurang bijak," ucap Isel. "Haha dengarkan itu pangeran, kau masih lemah, apalagi keluargamu terus memanjakanmu oooh putra mahkota," ucap anak tadi. "Bajingan!!," teriak Fawwaz sambil memukul anak tadi sekuat tenaga hingga terjatuh. "Kau kira aku berhenti berlatih dirumah hah!!!," pekik Fawwaz sebelum akhirnya ditahan oleh Isel. "Cukup, kita di sekolah jangan jadi arena pertarungan," ucap Isel sembari memegangi tangan Fawwaz. "Diam Isel, akan kuhajar bocah tak tau diri itu, memangnya dia pikir mengetahui ketujuh chakra akan cukup untuk membuatku takut," balas Fawwaz. "Kau yang memintanya pangeran," ucap anak tadi sembari bangkit dari jatuhnya dan menyalakan kedua tinjunya yang diimbangi Fawwaz dengan nyala energinya dan keduanya segera melesat sebelum akhirnya kepala sekolah mereka menengahi. "Pak Alex, bagaimana caranya kau tiba disini," ucap Isel saat menyaksikan Alex menghentikan kedua anak itu. "Kalian tak perlu menyalahkan orang tak bersalah disini, hei nak Fira ini kuganti makananmu," ucap Alex sembari memberikan makanan pada Fira. "Terimakasih pak," balas Fira. "Dan kalian, termasuk kau pangeran, pergi ke ruangan saya, saya tidak suka tindakan ini," ucap Alex dengan marah sambil berjalan menuju ruangannya diikuti oleh anak-anak yang lain. "Udah ya Fira, ayo makan dikelas, jangan membuat pak Alex repot lagi, dia sudah sibuk," ucap Isel. "Iya Isel, hhh kenapa sih mas Ihsan begitu, nanti ibu dan bapak gimana, mas Ihsan ini kenapa sih, semakin hari makin banyak aja," rintih Fira didalam pelukan Isel. "Udahlah, yang sabar ya Fira, ada kami kok, teman-temanmu, makanya di kelas aja, kami tau kau siapa, kau teman kami," ucap Isel menghibur Fira yang hampir putus asa.

Lihat selengkapnya