Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #197

Nutup Sukmo

Malam hari di negeri Ashoka. "Sudah larut malam ya, dimana Prajapati akan menunggu," gumam Alan saat mulai memasuki wilayah istana Ashokavatika. "Nareshwara!!!, apa yang kau lakukan sebenarnya," teriak Gifar dari dalam sembari keluar bersama para Maharsi lainnya dengan penuh amarah. "Aku hanya melaksanakan bagian dari perjanjian kita dengan caraku sendiri," ucap Ihsan. "Apa maksudmu, heh Alan!!!, bukannya kau mengawasinya, kenapa malah mengikuti semua langkahnya," bentak Gifar. "Entahlah, rencananya terdengar masuk akal," ucap Alan. "Kini kalian adalah kriminal, sebentar lagi akan ada pertemuan untuk membahas tindakan gegabah kalian ini, persiapkan saja diri kalian untuk menerima hukuman apapun yang akan dijatuhkan pada kalian," ucap Gifar saat Alim tiba-tiba menerima sebuah pesan. "Kau benar Prajapati, aku baru saja menerima pesan dari Brahma, surat terbuka bagi para Ishvara untuk bertemu, salah satu atmasenaku yang berada di Devaloka juga sedang bertemu dengan Ganesha untuk membahas hal ini," ucap Alim. "Bagaimana kalau kita lanjutkan perbincangan ini didalam, tidak baik kalau banyak yang mendengarkan," ucap Yudi yang segera diiyakan oleh orang-orang disana dengan memasuki istana Ashokavatika.

Sementara itu di Ariloka. "Kita tidak bisa membenarkan tindakan yang dilakukan Mahadewa!!!, dia adalah kriminal," teriak Seno. "Tenanglah mas, ini rumahku," ucap Alim yang merupakan atmasena waktu itu. "Maafkan aku oh Vishnu, kejadiannya sudah berbeda, semua langkahnya sangat berbahaya, dia memang berniat memantik perang, kalau tidak lalu kenapa dia membaca memoriku untuk mempelajari sanjivani!!!," ucap Seno. "Apa maksudmu mas Seno," ucap Alim. "Ya kau mendengarnya, dia mempelajari sanjivani yang berarti sekarang ada 4 orang yang bisa menggunakan teknik berbahaya itu, tuan Sakra, Aku, kau dan Bhairava itu sendiri," ucap Seno. "Gak mungkin, dia sudah menguasai mahamrityunjaya, kenapa harus mempelajari sanjivani juga!?," tanya Alim. "Syarat dari membangkitkan pejuang menggunakan mahamrityunjaya adalah tubuh lengkap dari sang pejuang sementara sanjivani bisa diaktivasi bahkan tanpa satupun berkas genetik dari orang yang akan dibangkitkan asalkan sang pengguna punya berkas energi dari orang yang akan dibangkitkan, pada dasarnya sanjivani akan dia gunakan untuk membentuk tubuh dan memanggil jiwa sang pejuang lalu dia akan menggunakan mahamrityunjaya untuk membangkitkan sang pejuang dengan sempurna," jelas Sakra. "Tidak mungkin, kenapa dia merencanakan sampai sejauh itu, apa yang sebenarnya dia incar," ucap Alim. "Entahlah Narayana, mungkin dia menginginkan kehancuran Dunia, mungkin baginya perdamaian adalah Dunia yang sepi tanpa adanya umat manusia," ucap Seno. "Tidak!!!, aku tidak percaya," ucap Alim. "Alim!!!, ayo kembali ke topik, kita akan mengadakan pertemuan di Ngalam Raya, apa kau menyetujui untuk membawa para Ishvara yang sudah kami undang untuk menuju kesana," ucap Steve. "Iya, aku juga akan datang, kalau memang benar Ihsan melakukan semua itu maka dia harus dihentikan, bencana seperti ini takkan bisa dihindari lagi," ucap Alim. "Ya begitulah, kita akan musnahkan juga orang-orang yang mempengaruhi adik kita itu untuk menjadi seperti ini, jadi kapan kita bertemu," ucap Steve. "Pertama kita harus singkirkan keluarga kita dari bahaya, termasuk keluarga Ihsan juga, orang-orang tak bersalah tak boleh ikut kita habisi, aku sarankan memindahkan pertemuan ke Tirtawangi untuk menyelamatkan orang tua Ihsan dari masalah juga, anak mereka boleh saja menjadi musuh Dunia tapi mereka bukanlah bagian dari rencana Ihsan, mereka hanya masyarakat biasa," ucap Alim sembari menatap langit.

"Dengan ini tujuh dari sembilan graha akan kujual pada kalian wahai para Maharsi, tapi harus ada harga yang kalian bayar untuk ini," ucap Ihsan. "Apa itu," ucap Gifar. "Mereka adalah aset yang cukup besar, aku meminta 11 desa dari negeri kalian, kurasa itu harga yang murah, aku yang memilih," ucap Ihsan. "Sebelas desa!?, boleh saja, tapi kau tak boleh memilih, selain itu aku mengajukan penawaran salah satu Maharsi kami yang sudah kau rusak," ucap Gifar. "Oh kau akan menyerahkan tuan Alan padaku, itu hal yang bagus," ucap Ihsan. "Tidak bisa, harga dari Sarvatomukham terlalu mahal untuk kau berikan secara percuma," ucap Alim. "Apa maksudmu Vishnu, coba pikirkan lagi, Alan hanya akan membuat tensi kita dengan aliansi Brahmanda menjadi panas, aku tak mau mengambil resiko itu, lagipula dengan ini desanya aku yang akan pilihkan," ucap Gifar. "Memang benar kalau Sarvatomukham akan mempersulit penyatuan aliansi Vaikunta dan Brahmanda tapi baginya pejuang sekuat Sarvatomukham tetap akan sangat berharga, aku baru saja mendapatkan informasi dari atmasenaku kalau dia sudah mempelajari sanjivani vidya, akan sangat bodoh kalau kita menukar Sarvatomukham begitu saja saat ini, apalagi mungkin saja Mahadewa akan memulai perang," ucap Alim sembari memalingkan mukanya kebawah untuk menyembunyikan isak air matanya. "Hmm maafkan aku cak, ini bagian dari pengorbananku," pikir Ihsan sembari menatap wajah Alim dengan senyum getir. "Lantas apa saran darimu Narayana," ucap Gifar. "Singkat saja, kurangi jumlah desanya menjadi lima dan kau boleh memberikan Sarvatomukham," ucap Alim. "Boleh saja tapi aku juga meminta para tahanan negeri Ashoka untuk itu," ucap Ihsan. "Baiklah, itu takkan merugikan kami," ucap Gifar. "Tapi desa yang kau dapat hanya 3," ucap Alim. "Baiklah, aku setuju, 3 desa, para tahanan negeri Ashoka dan seorang Sarvatomukham ditukar dengan tujuh dari sembilan graha," ucap Ihsan sembari menjulurkan tangannya untuk membuat perjanjian. "Aku tidak tau kenapa kau masih mau menerima semua itu meski semua hal itu merugikanmu," ucap Gifar sembari menyalami Ihsan. "Hitunganmu berbeda dengan hitunganku," balas Ihsan saat Gifar melepaskan salamnya dan kemudian tangan Ihsan segera bergerak kedepan Alim yang menampik salam Ihsan dengan air mata yang mulai merembes tanpa henti. "Kenapa sih Ihsan, kenapa kau melakukan semua ini," tanya Alim. "Ini urusanku cak," ucap Ihsan. "Kenapa kau menjadikan saudara-saudaramu ini sebagai musuhmu, tolong katakan niatmu yang sebenarnya, mungkin kau masih menyembunyikan sebuah kebaikan untuk kami yang tak bisa kami pahami, tolong katakanlah agar kau bisa kami pahami, katakanlah Bhairava," rintih Alim yang mulai tersungkur ditanah. "Maaf cak, ini untuk kepentingan negeriku," ucap Ihsan. "Itu saja yang perlu kau tau cak, kalau kukatakan rencanaku maka semuanya takkan berjalan, saat ini diam adalah satu-satunya jalan," pikir Ihsan. "Haaaaaaa!!!!!, berhentilah mengatakan sesuatu sepotong-sepotong bangsat, aku tau kau menyembunyikan sebuah rencana, tolong katakan saja, tolong Ihsan," pinta Alim sembari memeluk adiknya itu. "Sudahlah cak, jangan menangis, takhta memang membuat jalan kita terpisah tapi kita tetaplah saudara, bukan ikatan darah memang tapi kita sudah berjuang bersama selama ini, ingat cita-cita kita cak, kita ingin jadi yang terbaik, sayangnya hanya satu orang saja yang bisa mewujudkannya," ucap Ihsan yang juga mulai memeluk kakaknya itu dan tanpa sadar air matanya menetes. "Maafkan aku Ihsan, kita memang harus saling bunuh dalam perang nanti, aku tak bisa menyelamatkanmu jika kau tak mau mengatakan apa rencanamu, maaf," rintih Alim saat memeluk Ihsan namun Ihsan segera melepaskan pelukan Alim dan pergi dari sana. "Kutunggu bayaranku Prajapati," ucap Ihsan. "Hhhh akan segera kukirimkan," ucap Gifar. "Tunggu Ihsan, jangan berhenti, kita masih bisa mengusahakan ini, tolong diamlah disini, biar kupikirkan caranya," ucap Alim. "Sampai jumpa lagi cak," balas Ihsan sembari memalingkan mukanya dan bergerak keluar dari istana Ashokavatika ditemani oleh Shafa dan juga Alan yang kini sudah sepenuhnya menjadi rakyatnya meninggalkan Alim dan Prajapati didalam ruangan. "HAAAAA!!!!!, anak itu kenapa sih, kenapaaaaaa!!!!, tak bisakah dia mendengarkanku sekali saja," teriak Alim sembari menggeliat ditanah berkubang dalam air matanya.

Sementara itu di Ngalam. "Lokasi dipindahkan ke Tirtawangi ya, aku terima itu Alim, alasanmu untuk menyelamatkan keluarga Ihsan yang tak bersalah itu sangat valid, aku juga harus mengecek Fira, dia mungkin berada dalam masalah karena kakaknya itu," pikir Yusuf dalam kesendirian merenung dengan bulir-bulir air matanya yang terjatuh satu demi satu.

Lihat selengkapnya