Tirtawangi, 13 Agustus 2013. "Ibu, Bapak, gimana kabar kalian," tanya Ihsan yang baru saja pulang. "Kami sehat nak," balas Ikal. "Terus kau gimana le, kenapa ibu dengar berita yang tidak-tidak tentangmu," tanya Nita. "Aku tak apa bu, oiya apakah kalian mau pindah ke kotaku, aku ingin kalian membimbingku, ajak saja semua tetangga kita," ucap Ihsan. "Memangnya ada apa, kenapa kami harus meninggalkan tanah air kami," tanya Nita. "Nita, kurasa sekarang kita tak perlu banyak bertanya, kapan kau akan memindahkan kami," tanya Ikal. "Segera bapak, segera," balas Ihsan sembari menundukkan badannya untuk meminta restu.
Keesokan harinya di tempat yang sama Alim tiba di kampung halamannya itu dan mulai terheran melihat semua orang terlihat bersiap untuk pindah. "Ada apa ini, kenapa semuanya bersiap untuk pindah," gumam Alim. "Heh le, kau tiba juga disini, kemarin Ihsan yang dateng, dia bilang buat kami semua untuk pindah," sahut Rik. "Heh pindah!?," tanya Alim. "Ya, kita akan ke Jonggring Saloka," sahut Rik. "Owh, kalau begitu sek pak dhe, aku mau ketemu ibu dulu," balas Alim sembari bergegas menuju rumah ibundanya.
Sesampainya dirumah sang ibunda, Alim melihat ibundanya sendirian mengemasi barang dan segera membantunya. "Eh, sejak kapan kau disini le," tanya Tin. "Baru saja bu, assalamualaikum, eh kenapa ibu juga pindah," ucap Alim. "Tak ada tempat lagi Alim, lebih baik ibu berkumpul dengan sanak saudara dan turut pergi ke Jonggring Saloka daripada tinggal disini," ucap Tin. "Dimana itu," tanya Alim. "Wilayah ibukota Jonggring Saloka yang baru, kerajaan Blambangan," balas Tin. "Kenapa engkau tidak ikut denganku saja ibu," tanya Alim. "Ibu sudah bilang alasannya padamu le, kalau mau tolong kunjungi saja ibumu ini, ibu tau kalau Dunia menganggap Ihsan sebagai kriminal, tapi ibu juga tau kalau disana dia adalah seorang Ishvara yang disegani, mustahil rasanya kalau disana kami tidak diperlakukan dengan baik, setidaknya sebagai rakyatnya," ucap Tin. "Tapi disana sangat ramai bu," balas Alim. "Ada tiga desa baru yang masih kosong, kami akan ditempatkan disana untuk bertahan hidup, Ikal dan Nita juga akan tetap menjadi purusha dan prakriti seperti disini karena sangu dari putra mereka dan kami bisa membangun desa kosong itu dengan cepat," ucap Tin sambil tersenyum bahagia. "Baik bu, kalau sempat aku akan berkunjung," ucap Alim. "Hhh kau dan Ihsan bertengkar terus, sesekali jangan kasar pada adikmu itu, dia memang agak nakal dan semaunya sendiri tapi dia baik kok, jangan sampai begini lagi ya," ucap Tin. "Iya bu," balas Alim dengan senyum getir sambil membantu ibunya mengemasi barang. "Aku tak lebih baik darinya bu, mungkin sebenarnya aku yang salah disini, semoga disana kau baik-baik saja," pikir Alim yang perlahan mulai pecah air matanya.