Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #199

Rapercoyo

"Lintang, sekarang adikmu itu adalah ancaman, kalau memang perang adalah satu-satunya jalan maka harus kita lakukan," ucap Bowo. "Tidak, Ihsan bukan dalangnya, dia pasti dimanipulasi, adikku itu tidak bersalah," teriak Lintang. "Lintang!!, kita itu pejuang, jangan kau pikir hanya karena dia bukan dalangnya maka dia bukanlah ancaman, justru kalau dia bukan dalangnya malah lebih berbahaya, kita harus menghentikan Ihsan, anak itu memang berbahaya dari awal, seorang maniak perang yang haus darah," ucap Bowo. "Dia tidak seperti itu, dia hanya begitu kepada musuhnya, dia tidak mencari perang, mana ada orang yang mencari perang," balas Lintang. "Pertemuan akan segera dimulai, ayo berangkat," ucap Rasha. "Aku gak mau berangkat," ucap Lintang. "Ini kewajibanmu Lintang, kami hanya mendampingimu saja," ucap Rasha. "Sudahlah Lintang, terima saja faktanya, ayo berangkat," ujar Bowo. "Kalian hanya belum mengenalnya lebih jauh, aku yang dulu tidur satu atap dengannya, aku yang paham siapa dia, dia takkan menyulut perang, aku berangkat hari ini hanya karena tugasku saja," pikir Lintang sembari mengangguk tegas dan kemudian berjalan menuju vimananya.

Tirtawangi, 14 Agustus 2013. "Mana para Ishvara itu, bukankah surat undangannya sudah jelas, mungkin mereka juga mengerti bahwa kabar tentang Ihsan ini hanya fitnah, mana mungkin seorang Mahadewa menjadi sosok yang berbahaya," pikir Lintang saat baru mendarat di bandara. "Ini bandara yang indah bukan mas Lintang!?, dahulu Ihsan yang membangunnya bersamaku, kini tempat ini malah menjadi lapangan pendaratan bagi orang-orang yang ingin membantainya, sungguh ironis ketika kita datang kesini dengan bantuannya dan tujuan kita adalah untuk berperang melawannya," ucap Alim yang sedari tadi terduduk di lapangan terbang. "Apa yang kau lakukan disini Alim," tanya Lintang. "Tidak ada, hanya merenungi masa-masa indah," balas Alim. "Masa itu belum berlalu, kupikir kau lupa kalau Ihsan itu memang agak ceroboh, kita hanya perlu mengingatkannya," ucap Lintang. "Dengan sebuah perang, mau dia ceroboh atau ini benar rencananya tapi tetap saja dampaknya sangat merugikan, mau niatnya baik atau buruk kita tak bisa menilainya, yang bisa kita nilai hanya tindakan dan dampak yang terjadi dan yang dia lakukan ini sangat merugikan, aku juga tak mau bertarung dengannya, tapi kalau harus dilakukan maka akan kulakukan, semua ini demi melindungi kebenaran, ayo mas, yang lain sudah menunggu," ucap Alim. "Kebenaran ya, hmmph, kata-kata bodoh itu lagi," ucap Lintang sembari berjalan menuju tempat mereka akan mengadakan rapat. "Andai kau tau mas kalau dia merencanakan semua ini, Ihsan tidak sepolos itu, dia memang orang baik, tapi langkahnya sangat mengerikan," pikir Alim begitu Lintang berjalan pergi dan akhirnya Alim juga berjalan menyusulnya.

Beberapa saat kemudian di bandara, para Ishvara mulai berdatangan dengan vimana kekaisaran mereka. "Mereka berempat sudah tiba rupanya, Alim, Yusuf, Steve, Lintang, pantas saja mereka bisa berkuasa, mereka terbiasa bekerja disaat yang lain masih tertidur, anak-anak yang luar biasa, sayang sekali mereka harus melawan Ihsan, anak nakal itu, yang bangun paling awal, anak yang melangkah terlalu jauh kedepan meninggalkan semuanya sehingga kamipun tak lagi bisa memahaminya, anak baik yang tak bisa dimengerti oleh Dunia, oh Ihsan, muridku yang paling kusayang, maafkan gurumu ini karena tak sanggup mengartikan perbuatanmu, mungkin suatu hari kami akan paham dengan apa yang kau lakukan, tapi bukan sekarang, ini belum waktunya sayang, kebenaran yang kau ingin sampaikan itu belum bisa diterima oleh Dunia ini dan membuat semuanya jadi memusuhimu, maafkan gurumu ini karena tak sempat mengajarimu cara untuk menyampaikan pemikiranmu, maaf," pikir Arya yang mulai turun ke bandara dari vimananya menuju ruang rapat ditemani oleh para Ishvara lain yang juga datang bersama punggawa-punggawa terbaik mereka.

Lihat selengkapnya