"Yusuf, kurasa Ihsan memang tak bisa ditolong lagi," ucap Gibran. "Dia atau kita yang tak tertolong?, bagaimana kalau saat perang nanti dia menarik semua sumberdaya dan asetnya yang tersebar diseluruh penjuru Dunia, bagaimana kalau dia membangkitkan seluruh punggawa terkuat dari masa lalu, apa yang akan kita lakukan untuk berperang melawannya, apa," tanya Yusuf. "Kita masih bisa melawan Yusuf, bukankah kebenaran akan selalu menang," ucap Sekar dengan tatapan tajam. "Kau yakin kita membela kebenaran!?, atau hanya membela ego kita, apa kau yakin kita sedang dijajah atau kita hanya serakah, apa kau yakin amarahmu kepada orang yang selama ini membuat kita berjaya adalah hal yang benar," tanya Yusuf membungkam kedua temannya. "Rapat sedang berlangsung tolong dengarkan, kita akan membahas kasus kedua," ucap Yusuf sembari meminum soda yang disediakan untuknya.
"Baiklah untuk kasus kedua, Bhairava telah diduga mempersiapkan bala tentara untuk menghancurkan Dunia dengan mencuri informasi tentang jurus sanjivani, bagaimana pendapat kalian," ucap Steve. "Izin berpendapat yang mulia," ucap Alim seraya mengangkat tangan. "Baiklah tuan, saya persilahkan," balas Steve. "Baiklah hadirin yang terhormat sekalian, saya disini selaku Vishnu ingin membacakan kasus yang baru saja terjadi saat aku dan tersangka melewati Amaravati, tersangka diduga telah membobol memori salah satu dari pejuang yang menyimpan informasi tentang sanjivani, kasus ini masih belum bisa dikonfirmasi mengingat kejadiannya tidak bisa dibuktikan karena itu saya ingin korban atas nama Seno untuk angkat bicara," ucap Alim seraya mempersilahkan Seno untuk berbicara. Saat itulah Seno yang berada disamping Sakra berdiri. "Hari Narayana, terimakasih atas kesempatan yang engkau berikan padaku untuk berbicara, hamba persingkat saja, Bhairava telah menanam energinya pada hamba dengan menggunakan manunetranya, lalu membaca setiap memori saja dengan itu, berarti bukan hanya sanjivani namun mantra veeraroopa, pengetahuan medis dan obat-obatan, akses terhadap pengetahuan ilusi area serta kemampuan untuk menempa persenjataan telah dia pelajari dari saya, termasuk diantaranya pengetahuan tentang faktor genetik serta modifikasi tubuh, yang akan kita hadapi saat ini adalah monster dengan potensi ancaman yang tak tertandingi, kurasa kalian perlu jauh lebih serius dalam menghadapinya, mungkin saat ini dia sudah memasuki teritori kekuatan mahamaharathi, lupakan Prajapati, saat pertempuran berlangsung nanti kita akan menghadapi ancaman terbesar bagi umat manusia, Bhairava itu sendiri," ucap Seno. "Izin berbicara, apa maksudmu ini tuan, bukankah itu berarti kita juga punya sanjivani ditangan kita, aku tidak melihat alasan kenapa kita tidak bisa menggunakannya saat ini dan kenapa kita perlu lebih mewaspadai Ihsan daripada kalian yang menguasai teknik berbahaya itu sedari dulu," ucap Yusuf. "Izin menjawab yang mulia, yang harus kita waspadai adalah syarat dari sanjivani itu sendiri yaitu pengorbanan seseorang sebagai medium dari sanjivani itu sendiri untuk nantinya ditransfigurasi menjadi sosok yang akan dibangkitkan, kedua yaitu ramuan untuk pelepasan sanjivani yang memerlukan campuran tanaman sanjivani yang sangat langka, serta campuran yang tak bisa kusebutkan satu persatu, domba tipe Ajha sebagai korban serta altar persembahan yang sangat kompleks dan andai kau tau Bhairava punya semua syarat untuk menggunakan sanjivani, kontrolnya terhadap perdagangan adalah hal yang membuatnya bisa mendapatkan semua persyaratan dengan cepat, posisinya sebagai Ishvara akan membuatnya memiliki akses terhadap para tahanan yang bisa langsung dia pakai sebagai medium, apa solusimu terhadap saudaramu itu wahai Brahma, kali ini mungkin hanya Tuhan yang bisa menghentikannya," ucap Seno. "Sebagai tambahan, ada kemungkinan bahwa dia akan menggunakan sanjivani sebagai medium dalam menggunakan mahamrityunjaya yang sudah dia kuasai sebelumnya dan ini akan membuatnya bisa membangkitkan orang-orang dari masa lalu dengan sempurna," ucap Alim sembari menutup matanya yang terlihat sedih. "Begitu ya, aku kadang tidak sadar betapa berbahayanya saudaraku itu, bagaimana cara menghentikannya kalau begini," pikir Yusuf. "Sekarang pertanyaannya sudah bukan apakah dia musuh atau tidak tapi bagaimana cara kita menghentikannya, kuncinya ada pada Vishnu dan Brahma, hanya jika mereka bersama kita akan sanggup melawan Shiva, pertanyaannya apakah mereka mau bekerjasama melawan saudara yang mereka sangat sayangi," ucap Arya. "Aku setuju, dengan posisi kita kali ini maka kita harus bekerjasama terlebih dulu, kebijaksanaan Vishnu dan kreativitas Brahma adalah satu-satunya cara kita bisa mengimbangi kekuatan Shiva," ucap Salman. "Kita seharusnya punya cukup amunisi dan kekuatan untuk melawan Shiva, mungkin dia punya seluruh pejuang dari masa lampau, tapi sejarah membuktikan bahwa Dunia selalu menjadi lebih kuat seiring dengan waktu, tak ada alasan untuk takut, kita bisa menang," ucap Gifar. "Bisa kalah juga," balas Alim tanpa ekspresi. "Apa maksudmu Alim, kita seharusnya punya teknologi dan sumberdaya yang cukup untuk melawannya, apalagi secara statistik kualitas individu ditempat kita jauh lebih baik," tanya Yusuf. "Iya itu memang benar, tapi kita juga harus ingat bahwa Ihsan membangun sebuah negara adidaya hanya dalam setahun dan menjadi penguasa absolut disana, kita mungkin tau akan sekuat apa para ksatria dari masa lalu tapi kita tidak tau akan sekuat apa Ihsan saat itu, berapa jumlah pengikutnya yang terus bertambah itu, sebanyak apa sumberdaya alam yang dia kendalikan saat itu, mungkin kau tidak tau Yusuf, betapa hormatnya orang-orang yang terbuang pada Ihsan, betapa besar kendalinya terhadap Dunia bawah yang kadang kita terlalu jijik untuk mengurusnya dan betapa besarnya bantuan yang dia berikan pada kita untuk melawannya, tidakkah engkau sadar seberbahaya apa adik kita yang ceroboh itu," bentak Alim sambil menangis. "Kau benar, tapi meski begitu kita masih bisa memberikan perlawanan dengan merapikan semua yang tersisa, kita masih bisa menang, asalkan bertarung dengan sangat hati-hati," ucap Yusuf saat tiba-tiba cahaya masuk kedalam kubah gelap tempat pertemuan diadakan dan Ihsan masuk membobol ruang rapat itu sendirian.
"Kenapa kalian tidak mengajakku dalam rapat ini, padahal aku seorang Ishvara juga," ucap Ihsan yang membuat mata para hadirin terbelalak. "Apa yang kau lakukan disini!!!, bukankah kami tidak mengundangmu," teriak Sakra. "Owh aku hanya ingin membuat kalian mengambil keputusan lebih cepat," ucap Ihsan. "Apa maksudmu membuat keputusan lebih cepat," tanya Yusuf. "Hmm Yusuf, kau selalu saja banyak tanya, memangnya apa isi rapat kalian, ah mungkin begini saja, rasanya kurang mantap kalau aku tak memperlihatkan mereka," ucap Ihsan sembari membuat beberapa mudra yang menunjukkan aktivasi sanjivani dan saat itu juga ratusan tubuh keluar dari dalam tanah. "Kau sudah mengaktifkan sanjivani," tanya Yusuf. "Ya, kau benar, bukankah ini sosok-sosok yang seharusnya kalian hormati, para pejuang terkuat dari masa lalu dan tiga ini, tuan Mahabali, uan Bhataramuni dan tuan Dharmakusuma telah berdiri dihadapan kalian semua, hmm kurasa agar agak adil kalian bisa menggunakan sumberdaya yang kalian miliki sesuka hati, termasuk yang sudah kalian beli dariku dan dari cabang usahaku yang berada di wilayah kalian dan dengan ini dengarkan aku wahai Vishnu, Brahma, Ganesha, Kartikeya, dan semuanya yang tak bisa kusebutkan satu persatu, aku Shiva, nyatakan perang pada kalian semua," teriak Ihsan dengan lantang pada seluruh hadirin disana.