Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #202

Nelangsa

"Alim, dia sudah datang, kita bisa menghabisinya saat ini," ucap Bagas. "Ya, kita mungkin bisa melakukannya," balas Alim yang bercucuran air mata. "Alim, ayo kita serang, kapan lagi, inilah kesempatan kita," ucap Shifa. "Ya Shifa, kita memang harus menyerangnya," ucap Alim. "Lalu kenapa kau tidak mengangkat senjatamu," ucap Bagas. "Haaaaaa, diamlah dulu!!!, apa kalian mengerti rasanya mengangkat senjata pada orang yang selama ini berbagi canda dan tawa denganmu, tunggu sebentaaar, aku butuh waktu untuk menjalankan kebenaran yang kejam ini, Ihsaaan aku tau niatmu baik dek, tidak bisakah kita saling minta maaf dan menyelesaikan semua ini," teriak Alim saat tubuhnya mulai tersungkur diatas sheshnaag, terbaring lemas penuh dengan kesedihan. "Serang saja dia Alim," teriak Shifa sembari menunjuk Ihsan yang berjalan kearah mereka.


"Sudharsanaaaaa!!!!," teriak Alim memanggil chakranya yang kemudian melesat menuju leher Ihsan dimana saat itu Ihsan juga mengeluarkan trisulanya untuk menahan tebasan sudharsana dan saat itu juga Bagas dan Shifa melesat kearah Ihsan yang langsung menghentakkan trisulanya sehingga timbul gelombang energi yang menghempaskan Shifa dan Bagas. "Apa kalian ingin menyegerakan peperangan ini, majulah wahai para pejuang agung," ucap Ihsan memberi komando pada pasukan sanjivani yang kemudian membuka matanya yang menyala-nyala saat Ihsan terus berjalan menuju Alim yang masih menangis. "Narayana!!!!, jangan kau tunjukkan kelemahan saat ini, aku sudah menyatakan perang dan sudah menjadi tugasmu untuk membela orang-orang yang mempercayaimu," teriak Ihsan penuh amarah. "Bagaimana caranya Nareshwara, bagaimana caraku meyakinkan diri untuk membunuhmu, memangnya kau pikir dimana kau kutaruh dihatiku, kaulah saudaraku yang bercanda tawa denganku, sahabatku yang mendukungku menjadi seperti ini, rekan bisnis yang membuatku sekaya ini, teman berlatih yang membuatku jadi sekuat ini, teman sekolah yang membuatku sepandai ini, haruskah kulawan dirimu adikku, tidak bisakah kita berdamai, lupakan gelarmu sebagai Shiva dan akan kulupakan gelarku sebagai Vishnu lalu kita bermain bersama seperti dulu, tenang tanpa cengkraman takhta, bahagia meski tanpa kutukan harta, ayo Ihsan akan kubelikan gasing yang baru," rintih Alim sembari perlahan berdiri lalu mengulurkan tangannya pada Ihsan dengan senyum tergambar lebar di wajahnya yang sembab karena menangis namun tanpa dia sangka Ihsan justru menendang dadanya dengan sangat keras sampai dirinya terdorong menghantam kubah rapat sampai hancur. "Hentikan omong kosongmu itu Vishnu," ucap Ihsan sembari menundukkan pandangannya menyembunyikan bulir air matanya yang menetes. "Apa yang kulakukan ini Tuhan, aku menendang saudaraku sendiri, sahabat yang paling sayang padaku," pikir Ihsan sembari memanaskan udara disekitarnya untuk menguapkan air matanya.


"Aku di ruang hampa ya, Tuhan, aku akan bertempur dengan saudaraku sendiri demi apa yang kuyakini benar, tolong janganlah terlalu panas neraka yang nanti engkau siapkan untukku," gumam Alim seraya mengepalkan tangannya dan menyalakan manunetranya lalu meluncur kembali ke ruang rapat yang hancur karena diserang oleh Ihsan.

Lihat selengkapnya