"Ihsan!!, ada apa ini, apa yang kau lakukan," tanya Rio dimalam yang tenang seusai serangan Ihsan kepada rapat para Ishvara. "Aku mengumumkan perang saja, eh terimakasih ya sudah membantu mengurus Jonggring Saloka saat aku tidak ada," balas Ihsan. "Bukan itu masalahnya bro, hei kenapa tiba-tiba kita berperang melawan dua aliansi sekaligus!?, apa yang kau lakukan, aku hanya bersiap untuk menanggulangi tuntutan atas menghilangnya tujuh graha," ucap Rio. "Apa memangnya rencanamu kawan," tanya Ihsan. "Tenaga kerja profesional, kerjasama sumberdaya, pertukaran pelajar atau apapun itu, banyak yang bisa kita tawarkan tapi kenapa malah mengambil langkah untuk berperang, kenapa Ihsan," tanya Rio. "Aku tak mau mengatakannya kawan tapi maukah engkau menemaniku dalam pertempuran ini," ucap Ihsan sembari tersenyum dengan indah. "Boleh saja, asalkan aku tidak harus menghadapi keluargaku sendiri," ucap Rio. "Itu tergantung caramu menghindari mereka," balas Ihsan. "Hmmph, aku ikut, eh gimana latihan rsinetramu," tanya Rio. "Sudah bisa kupakai," ucap Ihsan seraya mengaktifkan rsinetranya. "Ihsan, bagaimana sekarang, apa yang harus kusiapkan untuk menyambut pertempuran nanti," ucap Shafa. "Besok pagi kita mulai siapkan satu persatu, aku mau istirahat dulu," balas Ihsan sembari menutup matanya yang sudah menghitam karena jarang tidur. "Istirahatlah sayang," gumam Shafa sembari berdiri dari tempatnya untuk menuju kamarnya. "Kau mau meninggalkan dia Shafa," tanya Rio. "Iyalah, kita belum menikah," ucap Shafa sembari berjalan menuju kamarnya. "Hahahaha benar juga," balas Rio sembari melesat menuju ruangannya untuk beristirahat.
Sabtu, 17 Agustus 2013 dini hari, Jonggring Saloka. Saat itu Ihsan baru membuka matanya dan langsung menatap keratonnya yang sudah sibuk dengan orang-orang yang berlalu-lalang dan melakukan kegiatannya masing-masing. "Hmm keraton milikku ini tak pernah tidur ya, ada saja yang beraktivitas disini, beda sekali dengan dulu, aku dulu sering dibangunkan salju, sendirian di gunung yang sejuk, kini aku selalu disambut riuhnya kegiatan di keraton milikku ini, ditengah kegiatan banyak orang yang membuatku merasa hangat, Dunia yang damai ini memang indah, mau bagaimanapun bentuknya," gumam Ihsan sembari turun menuju pancuran air untuk mengambil wudhu dan memulai kegiatannya dengan beribadah.
Matahari mulai menyingsing saat Ihsan berdiri dari mihrabnya bermandikan dengan cahaya matahari pagi, sesaat dia keluar pasukannya sudah berjajar memberikan hormat padanya. "Wahai Mahadewa, apa perintahmu," tanya Alan yang saat itu juga menjadi tentaranya. "Perang akan dimulai dalam waktu dekat, ayo berlatih," ucap Ihsan sembari melesat bersama pasukannya menuju tempat latihan.