Seminyak, Juli 2022.
James Situmorang berdiri gagah di atas pelaminan bersama istrinya. Ia memasangkan kain Ulos Ragi Hotang ke arah Benoit dan Janette. Benoit, adalah pemain basket berkewarganegaraan Perancis, yang kini resmi menjadi menantunya. Senyum bahagia menyulam bibir kedua pengantin, sepanjang prosesi yang memakan waktu berjam-jam itu. Janette melemparkan senyum semringah, begitu tatapannya menangkap kehadiran Patra, di antara para tamu undangan. Mereka saling melambaikan tangan.
“Nanti foto, ya!” Janette memberi isyarat.
Patra tersenyum sebelum mengangguk. Ia mengacungkan jempolnya, sebelum berlalu dan kembali mengubur dirinya di kerumunan tamu.
Ny. Bhanuresmi menatap panggung pelaminan dengan tatapan haru, sambil meremas lengan Patra.
“Kenapa, Yang?”
Perempuan itu melirik cucunya, telunjuknya mengarah ke pelaminan. “Kapan kamu kayak begitu?”
“Pakai kain ulos?”
Ny. Bhanuresmi menepuk lengan Patra. “Kamu tahu yang eyang maksud, Tra.”
Patra terkekeh, lantas senyumnya melemah. “Mana ada yang mau sama saya yang masih kayak gini?”
Ny. Bhanuresmi mengerutkan kening. Ia menarik lengan Patra, memberinya support. “Kamu ndak berencana terpuruk selamanya, kan?”
Patra tertawa merespon pertanyaan sinis eyangnya. Ia menepuk dahinya, sambil meringis. "Nggak, Yang."
“Bagus." Ny. Bhanuresmi menatap tajam. “Jangan mudah menyerah, itu ndak ada dalam darah keluarga kita.”
Patra tersenyum kecut. Banyak hal mengalir dalam darahnya, dan mudah menyerah adalah salah satunya. Kedua orangtua Patra berpisah dengan cara yang menyedihkan. Sepanjang hidup Patra tidak pernah mengenal sosok bapak. Sesekali ia memang mendengar cerita tentang sosok Bagas Mahadhi dari tante Ambar, tetapi sosok itu bagai udara yang mudah menguap. Jika ada orang yang dianggapnya paling tidak mudah menyerah, itu adalah sosok tantenya. Patra tahu dari kecil. Ambar selalu berusaha menemui Patra, meski ibu kandungnya sendiri menjauhkannya dari keluarga Bagas Mahadhi di Jogjakarta.
“Kita makan dulu, Yang. Prosesi upacaranya sudah selesai.” Patra menggamit lengan eyangnya menuju meja makan para tamu undangan.
“Akhirnya,” ucap Ny. Bhanuresmi dengan suara lantang.
“Hus!” Patra menggamit eyangnya dan menjauh dari kerumunan.