Bhanuresmi

Foggy F F
Chapter #17

Menggali Luka Lama

Jogjakarta, 2022

“Bu … Ibu harus makan.” Ambar duduk di samping tubuh Ny. Bhanuresmi. Tangan perempuan tua itu terkulai lemas. “Dokter kan bilang Ibu harus memaksakan diri buat makan. Atau, Ibu mau menginap di rumah sakit aja?”

Ny. Bhanuresmi masih memejamkan matanya. Ia sepertinya sedang menangkap kekhawatiran di setiap kalimat putrinya, tetapi tak punya daya untuk membuka mata atau membalas ucapannya.

“Aku mohon maaf, Bu. Kalau itu yang mau Ibu dengar, aku mohon maaf karena membuat Ibu sakit. Aku mohon maaf karena membuat Patra pergi. Aku menyesal ndak menceritakan semuanya dari sejak awal.” Ambar membuang napasnya perlahan. “Tapi Ibu harus paham, sejak awal aku ndak membela siapa-siapa. Aku ndak mau Patra tumbuh dalam lingkaran pertengkaran antara Mama dan Eyangnya. Aku ndak mau, dia hidup dalam kebencian.”

Rangkaian kata yang tercetus dari mulutnya, tak membuat tubuh itu bergerak. Ny. Bhanuresmi sempat menggerakkan bahunya, memberitahu kalau dirinya tidak tidur.

“Aku tahu, Ibu amat kehilangan Bagas. Tapi melampiaskan kemarahan Ibu pada Anita, ndak akan mengembalikan Bagas. Biarkan ia pergi dengan tenang dan damai.”

Ny. Bhanuresmi lalu membuka matanya perlahan, setetes cairan bening mengalir di pipinya yang sudah keriput. Ia menatap langit-langit dengan bibir bergetar, tapi tak ada satu katapun yang berhasil lolos dari mulutnya. Ia kesusahan untuk bicara, emosi seperti sudah menguasai rongga dada perempuan uzur itu. Ada sayatan luka di tatap nanar bola matanya, kemudian kedua telapak tangan keriput itu menelungkup, menutup wajah.

“Ibu ndak ingin Patra membenci keluarga papanya.” Getar suaranya tertangkap telinga Ambar. “Ibu ndak marah sama kamu….”

“Maafkan aku, Bu,” mohon Ambar. Ia belum pernah melihat ibunya serapuh ini, bahkan saat Bagas meninggal sekalipun, ibunya selalu menjadi benteng kokoh yang kerap melindunginya.

Ny. Bhanuresmi menghela napas berat. “Ibu ingin ketemu Anita. Kamu bisa kontak dia?”

Ambar mengangkat alisnya tinggi-tinggi, mencoba untuk memahami maksud yang terlontar. “Untuk apa?”

“Untuk membereskan keruwetan,” ucapnya pendek.

“Aku ndak mau Ibu makin sakit.”

Ny. Bhanuresmi menggeleng. “Ibu kuat, Anita juga kuat. Salah satu harus mengalah.”

Ambar menghela napas, paham yang dimaksud oleh ibunya. “Aku nanti kontak Hariadi, memastikan di mana keberadaan Anita saat ini.”

Ny. Bhanuresmi kembali memejamkan matanya.

***

Ambar merapatkan punggungnya di dinding, setelah menutup pintu kamar rapat-rapat. Ia mengetuk layar ponsel hati-hati.

“Halo Har … ini aku, Ambar.”

Suara laki-laki di seberang sana terdengar sedang tergesa-gesa dan penuh kekhawatiran.

Ambar ternganga, mendengar kabar dari ponselnya. Tanpa sadar ia mengangguk-angguk, mencatat informasi itu di kepalanya.

“Iya, aku ke sana malam ini juga,” bisiknya.

Tak lama, ia mengetikkan sesuatu. Memesan tiket penerbangan tercepat malam itu, menuju Bandung.


Bandung, September 2022

Amanda memaksa perempuan setengah baya di hadapannya itu, agar menyeruput teh hijaunya perlahan. Lantas mamanya, kelihatan tersiksa oleh getir obat. Sambil meringis, ia menatap Amanda dan menjauhkan cangkirnya.

Lihat selengkapnya