"Hei Gi... nyari Rifat ya?" Tyo membuka pintu rumah Rifat sambil menyunggingkan senyum iseng. Rumah ini, yang terletak di daerah Timoho, dihuni oleh Rifat, Tyo, Nobo, dan Fardan — empat sekawan dengan kepribadian berbeda-beda, namun saling melengkapi.
"Iya nih, udah janjian tadi," sahut Gina sambil tersenyum tipis. Gina, seorang mahasiswi hukum tingkat akhir, tampil rapi seperti biasanya. Usianya tiga tahun lebih tua dari mereka. Ia tak hanya cerdas, tapi juga punya aura dewasa yang membuatnya sering jadi pusat perhatian. Hari ini, ia datang sebagai rekan kerja Rifat di LSM Charity Share, sekaligus pengacara magang di sebuah firma hukum ternama.
"Masa sih udah janjian? Wah, Rifatnya baru aja pergi tuh ama cewek. Gimana dong?" goda Tyo dengan nada bercanda, berusaha melihat reaksi Gina.
Seperti yang diduga, alis Gina langsung bertaut. "Sialan kamu, Yo! Aku di sini kok dibilang keluar," terdengar suara Rifat dari dalam rumah. Dengan rambut basah dan hanya mengenakan boxer, ia muncul di ambang pintu. Wajahnya sedikit memerah, entah karena malu atau karena merasa digoda.
"Bentar ya, aku pake baju dulu," katanya buru-buru sebelum kembali ke kamarnya. Gina hanya menghela napas dan tersenyum kecil. Meski kadang kekanak-kanakan, Rifat punya sisi yang membuatnya menarik.
Sementara itu, Tyo mengambil kesempatan untuk masuk ke kamar mandi, menyerahkan ruang tamu pada Gina yang mulai merasa nyaman. Tak lama kemudian, Fardan muncul dari arah luar. Ia baru saja pulang dari warnet.
"Far," sapa Gina dengan ramah. "Dari mana?"
"Warnet. Cari Rifat ya? Ada kok," jawab Fardan singkat, lalu berlalu cepat. Ia memang selalu terlihat canggung di dekat perempuan, terutama jika tidak terlalu akrab. Gina hanya tersenyum melihat tingkahnya yang selalu ingin buru-buru pergi.
Rifat akhirnya kembali ke ruang tamu dengan pakaian rapi. Ia tersenyum lebar, tampak senang melihat Gina.
"Eh Gi, gimana? Dah mau wisuda ya?" tanyanya, mencoba memulai percakapan.
"Aku ambil wisuda yang Agustus kok, Fat. Kuliah sama skripsi sudah kelar semuanya sih," jawab Gina santai. Ada rasa kagum di mata Rifat mendengar penjelasan Gina. Dalam hatinya, ia berpikir, "Cewek ini pintar dan dewasa banget."