Bianca

Ardhi Widjaya
Chapter #21

Writing & Love

Banyak yang bilang, sayang sekali kalau aku hanya mengeksplorasi kelebihanku di Jogja saja. Sejak menulis esai tentang Inggris, rasa cintaku pada menulis semakin tumbuh—bukan hanya di blog pribadi, tapi juga dalam bentuk karya yang lebih serius.

Hari ini Jumat petang di tahun 2009. Aku sudah berkarier sesuai passion, sebagai seorang copywriter. Dari ranjangku, mataku kembali tertuju pada poster lukisan Danielle de Barbarac yang menempel di dinding kamar, tepat di ujung tempat tidur. Senyum lembut wanita renaissance itu seakan memantulkan semangat yang kutemukan dalam diriku. Ada rasa bangga yang diam-diam membuncah—aku mungkin belum beranjak dari Jogja, belum menjejakkan kaki ke London atau kota besar lain, tapi aku bahagia. Aku masih mencintai kota ini dengan segala denyutnya.

Dua jam lagi, aku harus bersiap menghadiri acara reuni alumni kampus. Untuk urusan pekerjaan, aku cukup percaya diri. Setidaknya aku tidak akan lagi kikuk jika ada yang bertanya, “Sekarang kerja di mana?” Karena aku bisa menjawab dengan tenang: “Aku copywriter di sebuah perusahaan periklanan.”

Namun, jika pertanyaan itu beralih ke ranah cinta… aku harus berpikir keras. Bagian itu masih terasa seperti ruang kosong. Aku bisa menduga, beberapa teman akan mengulang prasangka-prasangka lama tentang diriku. Sempat ada rasa cemas, tapi cepat kutepis.

Lihat selengkapnya