Tulisan “Selamat dan Sukses atas keberhasilan Bianca Resita Murti meraih Juara 3 Kompetisi Esai Nasional” terpampang jelas di papan pengumuman kampus. Hatiku bergetar melihatnya. Untuk pertama kalinya, aku merasa keputusan menjadi “Bianca yang baru” benar-benar membuahkan hasil.
“Bi, selamat ya…” suara Rifat terdengar lebih tenang dari biasanya. Ia menjabat tanganku, diikuti oleh Nobo dan Tyo.
“Ditunggu traktirannya, lho!” goda Tyo sambil menyeringai.
Aku tertawa kecil, berusaha menutupi rasa haru. “Hehehe… iya, iya.”
Aku pikir tak ada salahnya berbagi kebahagiaan dengan mereka bertiga. Maka setelah kelas berakhir siang itu, kami sepakat pergi makan bareng. Jam satu, dengan mengendarai mobil Rifat, kami berempat menuju Pizza Hut.
Di meja, aroma pizza super supreme dengan cheesy burst membuat suasana makin hangat.
“Kok bisa menang? Ceritanya gimana sih?” Nobo membuka percakapan, matanya berbinar penasaran. Sementara di sampingnya, Rifat sibuk menyendok fusilli dari mangkuknya tanpa banyak bicara.
“Rasanya… kebetulan aja, sih,” jawabku merendah, masih sulit percaya kalau namaku bisa tercantum sebagai pemenang lomba nasional.