Biarkan Air Mengalir Sebagaimana Hujan

dari Lalu
Chapter #5

BAB 5

Di riuhnya hari senin yang menjadi hening di ruang Kepala Bidang Administrasi, ada aku dan Kepala Bidang Administrasi, Bu Raodah. Aku mengucapkan salam, dan lekas menghampiri duduk di hadapannya. Mungkin bukan kejanggalan, tapi aku merasakan suasana yang berbeda dari bagaimana Bu Raodah menatapku. Biasanya beliau akan langsung mengecek kertas administrasi atau laptop sebagai bahan kepentingan memanggilku kemari. 

Aku menarik senyuman, “Ada apa perlu memanggil saya, Bu?” 

Bu Raodah balas tersenyum, lalu menggeleng beberapa kali. “Kamu lagi ada kesulitan akhir-akhir ini?”

“Hm? Kesulitan?”

Bu Raodah mengangguk. 

Aku mengerutkan dahi, mencoba mengerti saja, “Kesulitan, kalau soal perkuliahan aman kok, Bu.”

“Selain perkuliahan?”

Aku diam, tak langsung menjawab itu. Aku coba untuk mengerti, tapi “Untuk apa Ibu bertanya soal di luar perkuliahan?” 

“Ada informasi buat kamu.”

Aku diam, hanya menatap heran. Disitu Bu Raodah, memberikan handphone-nya kepadaku. Aku melihat nomor tidak dikenal yang sama sekali tidak aku kenal. Aku kembali menoleh kepada Bu Raodah, “Ini nomor unit gawat darurat?”

Bu Raodah hanya mengangguk.

“Maksud Ibu apa? Informasi apa?”

“Nomor itu, tadi telephone cari kamu.”

Jari-jari tanganku sedikit bergetar, aku lipat satu demi satu.”

“Dia memberi informasi meninggalnya Karim.”

Kepalan tangan yang ingin aku kuatkan, jatuh dari atas meja. Dunia seakan berhenti pada rotasinya untuk kehidupan manusia. Kehidupan hanya berhenti untukku. Aku seakan orang yang tak menerima kenyataan. Air mataku jatuh, bibirku gemetar, aku menggelengkan kepala. Mengambil handphone Bu Raodah untuk menghubungi nomor yang seakan Tuhan saja. 

“Ha..halo. Dengan siapa ini?” tanyaku berusaha untuk bicara jelas.

“Iya, dengan Rumah Sakit Harapan Jakarta, ada yang bisa kami bantu?”

“Ada pasien bernama Karim?”

“Pasien? Saya harus cek dulu.”

Aku mengiyakan. Diam, tapi ada suara tangisanku. 

“Gak ada namanya Karim, untuk hari ini hanya ada pasien bernama Kalam. Tiga hari lalu baru ada, tapi sudah meninggal.”

“Nama lengkapnya?”

Lihat selengkapnya