biarkan tuhan yang menyempurnakan

fath as'ad
Chapter #6

📖 BAB 6 — Dua Meja, Dua Dunia, Satu Layar Presentasi

Hari Senin siang. Kampus mulai ramai oleh mahasiswa yang kembali dari libur akhir pekan. Di lorong Fakultas Ilmu Sosial, suara sepatu dan sandal bertalu-talu seperti genderang tak beraturan.

Di salah satu kelas pascasarjana, Rohim duduk di barisan tengah, membuka laptop sambil melipat tangan di atas meja. Di sebelahnya, Dito — teman satu angkatan S2-nya — sedang sibuk membuka kemasan roti sobek.

“Aku heran, Him,” bisik Dito, pelan sambil mengunyah, “udah semester dua S2, tapi kenapa dosennya masih rajin kasih tugas kayak kita S1 ya?”

Rohim tersenyum miring. “Mungkin karena kita belum jadi manusia utuh, Dit. Baru separuh matang.”

“Separuh matang tapi tugasnya full level. Bener-bener S2: Stress & Sedekah.”

Rohim tergelak. “Kalo kamu stress, aku bagian sedekahnya.”

“Sedekah apa?”

“Waktu, tenaga, dan nyuci baju sendiri.”

Mereka tertawa pelan. Beberapa mahasiswa lain sudah mulai berdatangan. Dari belakang, seorang teman perempuan masuk sambil membawa dua botol kopi susu.

“Nih buat kalian, biar semangat diskusinya,” ucap perempuan itu — Fira, satu-satunya mahasiswi di kelas mereka yang masih suka nyemprot parfum kayak mau ke kondangan.

“Wah, Fira, ini baru namanya sedekah,” ujar Dito dengan gaya lebay. “Kalo aku jadi ustadz, kamu udah dapet pahala tiga kilo.”

Fira hanya melotot kecil sambil tertawa, lalu duduk. Rohim diam-diam melihat jam tangannya. Ada jeda lima menit sebelum kelas mulai. Ia membuka pesan di ponselnya — dari Ivana.

“Hari ini presentasi kamu ya? Aku izin nyimak dari belakang, boleh?”

Rohim membalas singkat.

“Silakan. Tapi jangan duduk deket Dito, nanti kamu jadi ikutan miring.”

Ivana hanya membalas dengan emoji tertawa.

Lihat selengkapnya