Beberapa tahun kemudian ........
Waktu belum menunjukkan pukul 7 pagi, jadi suasana sekolah masih sepi dan lengang. Namun di dalam ruangan kelas sudah sangat ramai seperti pasar, bahkan bisa dikatakan sudah hadir semua. Pemandangan seperti ini memang sudah biasa setiap pagi menjelang bel berbunyi. Bukan karena akan ada acara penyambutan artis terkenal dari Korea ataupun artis ibu kota yang membuat mereka datang lebith awal, melainkan karena menumpuknya PR di pagi ini yang belum mereka kerjakan. Apalagi PR Kimia yang mungkin bagi sebagian siswa susahnya nggak ketulungan, apalagi dapat jatah lebih di pelajaran pertama.
Mereka duduk bergerombol dengan kelompok masing-masing, namun tidak semua disibukkan oleh aktivitas mengerjakan PR yang mendadak super cepat tersebut. Tidak sedikit yang hanya bergerombol siswa laki-laki sambil ngrumpi, sesekali tertawa cekikikan, apalagi topik yang mereka gunjingkan kalau tidak seputar wanita.
“Rom, ngomong-ngomong Friska sudah datang belum, dari tadi kok belum kelihatan batang hidungnya, jangan-jangan sia tidak masuk ya hari in?” tanya Raka, teman sebangku Romeo setengah berbisik.
“Seharusnya sudah, tadi dia berangkat lebih awal mendahuluiku bahkan lebih pagi tidak seperti biasanya!” jawab Romeo.
“Rom, kenapa sih kalian sepertinya saling membenci padahal kalian berada dalam satu rumah tapi hubungan kalian terkesan dingin banget?” tanya Raka.
“Raka, hubungan kami baik-baik saja. Aku tidak membencinya, justru mulai awal aku datang ke rumahnya, Friska sudah sangat tidak menyukaiku. Dia seringkali mengeluarkan kata-kata kasar padaku bahkan untuk masalah sepele,” ujar Romeo sambil menghembuskan nafas berat.
“Sssst.. Rom, selama ini apa kamu tidak memperhatikan kecantikan Friska. Siapapun laki-laki pasti akan menyukainya dan membuat mereka tidak bisa berfikir sehat hehehe... ” kata Raka dengan mimik wajah nakal.
“O iya? Seperti dirimu iya kan.. ayo ngaku!” celetuk Romeo lirih.
“Hehehe.. iya.. Rom, aku tidak habis fikir denganmu, bagaimana bisa kamu tidak peka terhadap hal ini, apalagi kamu ini tinggal satu rumah dengannya. Rugi kalau kamu sampai menyia-nyiakannya!" celoteh Raka dengan senyum nakalnya.
“Husss... dasar otak mesum. Dipikiranmu itu hanya ada tubuh seksi wanita kali ya.. hampir tiap hari ini itu saja yang kamu bicarakan... hehehehe!” balas Romeo.
Semua siswa di SMA Pelita Harapan, Friska merupakan sang primadona. Bagaimana tidak, Friska memiliki bentuk wajah yang cantik dan tirus seperti kacang almond, memiliki sepasang mata yang mempesona dan bentuk tubuh yang indah.
Romeo melirik ke bangku Friska. Di bangkunya smemang sudah bertengger tas sekolah milik Friska, tapi ke mana dia? Pandangan mata Romeo berkeliling mengamati segala penjuru ruang kelas, yang dicarinya tetap tidak terlihat namun tiba-tiba sia teringat sesuatu.
“Hari ini kan... hari Kamis!” gumamnya tanpa sempat Raka dengar.
Romeo masih tetap duduk di tempatnya. Menimbang-nimbang. Berpikir.
“Raka, kamu di sini saja, aku mau menyusul Friska dulu ya... sebentar lagi kan pelajaran di kelas sudah di mulai!” kata Romeo sambil meletakkan tasnya.
“Hei tunggu, kamu mau kemana?” tanya Raka penasaran.
“Aku mau cari Friska!” jawab Romeo sambil ngeloyor pergi.
“Rom, aku ikut! Tunggu sebentar!” sahut Raka seraya mengejar Romeo yang sudah pergi duluan meninggalkan Raka di bangkunya.
Dengan langkah cepat mereka menyusuri koridor demi koridor sepanjang lorong-lorong sekolah. Romeo tahu betul di mana dia bisa menemukan Friska.
Setelah sampai di sebuah lapangan bola basket, tiba-tiba Romeo menghentikan langkah cepatnya dan melangkah perlahan sambil mengendap-endap di antara rerimbunan tanaman hias di taman dekat lapangan bola basket. Dan hal itu diikuti oleh Raka tanpa ingin tahu alasan Romeo mengendap-endap.
“Ssst... Ron, ada apa, kenapa berhenti dan mnegndap-ngendap di sini, banyak nyamuk tahu di sini!” celetuk Raka.
“Sstt.. jangan berisik.. Raka, tuh lihat siapa di sana!" bisik Romeo sambil pandangan tertuju pada sesosok siswi yang sedang memainkan bola basket.
“Friska! Perfect!” pekik Raka tertahan.
Pandangan nakalnya masih terus tertuju pada Friska yang terlihat sempurna di matanya.
“Sssstt... Sudah kubilang jangan berisik, nanti ketahuan!” tukas Roneo sambil mengacungkan jari telunjuk di depan bibirnya.
Romeo menatap Friska tanpa berkedip. Di matanya dia bagaikan bidadari bersayap di tengah lapangan. Tubuhnya yang seksi dengan kulitnya yang putih bersih laksana pantulan cahaya matahari di atas cermin. Rambutnya hitam sebahu seperti malam kelam. Matanya tampak seperti mata seekor kucing yang siap menerkam anak tikus.
Dan sayangnya, bukan hanya Romeo yang manyadari akan hal itu, berpuluh pasang mata siswa laki-laki yang terpencar di segala penjuru arah sekolah pun turut menyadari kesempurnaan sosok siswi cantik itu dan pasti mereka semua juga berharap bisa mencuri hati sang primadona.
“Rom, demi Tuhan, dia cantik banget..!” seloroh Raka. Namun sepertinya tidak dipedulikan oleh Romeo yang masih tampak termenung melamun.
“Rom, kamu kok hanya diam saja! Hei.. sadar.. sadar.. hehehehe!” kata Raka cukup keras membuyarkan lamunan Romeo.
“E.. iya, ada apa Raka?” balas Romeo dengan terbatah karena sedikit kaget.
“Iihh.. pikiranmu lagi membayangkan kemolekan tubuh Friska ya... !” celetuk Raka sambil menyeringai menggoda Romeo.
“Raka.. apaan kamu ini.. hehehe.. sudahlah, ayo kita kembali ke kelas!” ajak Romeo seolah ingin lepas dari godaan Raka.
*******
Di dalam kamar, saat Romeo sibuk memilih pakaian yang hendak dia kenakan tiba-tiba saja terdengar dering pesan ponsel miliknya. Tapi dia biarkan saja, Romeo tetap melanjutkan aktifitasnya tanpa memperdulikannya. Ketika telah selesai urusannya dengan penampilan, Romeo pun langsung keluar dari kamarnya, dia lupa dengan dengan ponsel yang tadi sempat mengalihkan perhatiannya. Satu jam kemudian, saat Romeo kembali ke dalam kamarnya, barulah dia teringat dengan ponsel miliknya.
Bergegas Romeo mengambilnya. Terlihat pada layar ponselnya, tertulis “2 pesan baru”. Setelah ibu jarinya menekan papan tombol pesan terlihat nama Raka. Tanpa harus membaca isi pesan tersebut, dia langsung menelepon balik Raka.
“Halo, ada apa kamu menelponku?” tanya Roneo mengawali pembicaraan.
“Nggak ada apa-apa. Cuma iseng saja. Kukira kamu sedang tidur, kok pesanku tidak dibalas!” jawab Raka.
******
Setelah cukup lama ngobrol kesana kemari dengan Raka, Romeo melangkah keluar kamar menuju dapur hendak mengambil minuman. Dan tanpa direncanakan, tanpa sengaja, saat lewat kamar mandi, dia mendapati Friska sedang ada di kamar mandi.
Untuk sesaat dadanya berdesir, jantungnya berdegub kencang, rongga dadanya bergemuruh. Dia membayangkan Friska yang sedang mandi, berfantasi dalam pikiran alam bawah sadarnya. Sejenak libidonya terasa naik hingga ke ubun-ubun. Ada terbersit niat untuk mencoba mengintip Friska, namun dia urungkan. Seperti Romeo tidak punya keberanian untuk melakukan hal tersebut. Dia sadar bahwa Tuhan sedang mengawasinya.
“Mungkin benar seperti yang dikatakan Raka, tapi kenapa harus Friska... ” gumam Romeo dalam hati.
Romeo berpura-pura tak menghiraukan sambil membaca buku, namun kedua bola matanya tetap siaga saat Friska selesai mandi. Dan benar juga tak lama Friska selesai mandi.
Diam-diam dari balik buku, Romeo terus memperhatikan sepupunya itu. Kembali gelisah. Dan salah tingkah. Friska sadar dengan gelagat aneh Romeo.
“Rom, apa yang sedang kamu lakukan di sini? Mengintipku ya.. ?! Ayo ngaku saja!” teriak Friska dengan emosi.
“Ngng... anu... aku tidak mengintipmu, tadi aku hanya kebetulan mau mengambil air minum,” ujar Romeo terbatah.