#Hari pertama survei.#
Keesokan harinya aku dan kelima sahabatku berusaha untuk memenuhi komitmen yang sudah kita sepakati tadi malam. Kita sepakat untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya tempat panti asuhan dan sekolah SLB.
Awalnya aku sendiri merasa bingung, jadi aku rasa kelima sahabatku juga mengalami hal yang serupa denganku. Tapi aku yakin juga kalau aku dan kelima sahabatku akan berusaha semaksimal mungkin agar acara yang ingin kami buat berhasil.
"Eh, Pris. Kenapa melamun? Itu... Air udah meleleh tu... udah penuh." Aku dikagetkan Fathur, salah satu teman kerjaku.
"Oh, astaga, sorry."
Tiba-tiba terbesit sebuah ide bagus.
"Eh, Fathur, kamu tahu beberapa panti asuhan di Jakarta sini nggak?" Apa salahnya kalau aku tanya pada dia, Fathur kan orang asli Jakarta juga. Lagipula seingatku dia pernah kerja di LSM, siapa tahu dia bisa jadi narasumberku yang pertama.
"Memangnya kenapa?" Tanyanya heran.
"Pokoknya.... Kamu tahu nggak?"
"Iya aku tahu, Pris. Soalnya dulu aku pernah survei ke tempat-tempat panti asuhan."
"Aduh.... Itu kabar baik banget, Thur. Dimana aja?" Aku begitu bersemangat.
"Tenang... Gini aja, besok biar aku bawain arsipku waktu aku kerja di LSM. Di situ ada beberapa nama sekaligus alamat tempat panti asuhannya. Gimana?"
"Oke, oke. Thanks banget ya, Thur."
"Sama-sama, Pris. Ya udah dilanjut lagi kerjanya."
"Eh tunggu."
"Apa lagi?"
"Kalo sekolah SLB kamu tahu nggak?"
"Oh sorry, Pris. Kalo itu aku kurang tahu, coba ntar aku tanya ke temenku."
"Oh oke. No problem."
#Keesokan harinya.#
"Thur, gimana? Kamu bawa arsip kamu kan?"
"Tenang... Aku bawa kok. Kalo sekolah SLB kebetulan temenku ada yang tahu, tapi dia tahunya cuma dua tempat aja, gimana?
"Oh, nggak masalah, yang penting ada."
Aku terima beberapa lembar kertas yang berisi nama serta alamat tempat panti asuhan dan sekolah SLB.
"Eh, Pris. Minta maaf sebelumnya, kalo boleh tahu kamu buat acara apa sih? Yah... Siapa tahu aku bisa bantu kamu."
Awalnya aku malu ingin memberitahu pada Fathur. Tapi benar juga, siapa tahu Fathur bisa bantu, karna dulu dia punya pengalaman membuat acara-acara sosial.
"Ya deh aku kasih tahu, gini... Aku sama sahabatku pengen bikin acara amal, targetnya tu para anak yatim dan anak-anak cacat. Tapi jujur, kita bingung harus mulai dari mana. Yah... Siapa tahu kamu bisa kasih masukan."
"Gini aja, aku tadi lihat jadwal kalo besok jadwal masuk kita sama. Besok kita sama-sama pulang sore. Gimana kalo besok main ke rumahku. Kebetulan besok temen-temenku mau kumpul-kumpul di rumahku. Siapa tahu kita bisa sharing."
"Ide bagus tuh, tapi ntar aku pulang ganti baju dulu ya." Fathur mengangguk. " Kalo aku ajak temen-temenku boleh nggak?"
"Boleh."
"Jam berapa?"
"Yah... Kira-kira jam 7 an lah."
"Oke deh, bisa. Sekali lagi thanks ya, Thur." Fathur membalas dengan senyum. Setelah itu kita kembali dengan tugas kita masing-masing.
Di sela-sela aktivitasku di tempat kerja, aku sedikit memutar otak, kira-kira apa yang harus aku lakukan. Selang beberapa saat terbesit ide untuk menghubungi kelima sahabatku untuk mengajak mereka ke rumah Fathur.
Tuut. Tuut.
Pertama kuputuskan untuk menghubungi Erlin terlebih dahulu, karna dia yang punya jam kerja tidak beraturan. Karna di luar jam kerjanya sebagai advertising, dia juga terima job untuk jadi MC acara. Takutnya besok dia tidak bisa ikut ke rumah Fathur, makanya aku pastikan dulu dia tidak sibuk.
"Iya halo."
"Erlin, besok kamu ada acara nggak?"
"Kenapa?"
"Aku ada kabar gembira menyangkut rencana kita."
"Kabar gembira apa?"
"Ntar baru aku kasih tau. Besok jam 5 ada acara nggak?"