#Di rumahku.#
"Aduh... kangen sama kamar ini." Begitu membuka pintu kamarku, rasanya seperti sudah meninggalkannya begitu lama.
"Pelan-pelan, jangan buru-buru, Dek."
Saking senangnya berada dalam kamarku, rasanya ingin berlari dan membaringkan diri di atas tempat tidur. Tapi untungnya bang Hengky masih menopangku, dia langsung mengingatkanku kalau aku masih dalam masa penyembuhan.
"Iya, Bang. Priska terlalu senang, soalnya udah bisa pulang. Nggak terus-terusan di rumah sakit, Priska takut di rumah sakit."
"Kenapa takut?"
"Priska takut ada hantu. Kan di rumah sakit ada kamar mayatnya."
Bang Hengky mengacak-acak rambutku karna gemas melihat keluguanku.
"Uhh... Kamu tu lucu banget sih." Sambil menarik hidungku.
"Kan iya to, Bang."
Bang Hengky tertawa terpingkal-pingkal, sudah lama sekali aku tidak melihat bang Hengky tertawa seperti ini.
"Ya udah, sekarang dek Priska duduk sambil sandaran dulu ya." Bang Hengky membantuku untuk bersandar sambil membenahi posisi bantal yang hendak aku pakai untuk bersandar. "Dek Priska di sini dulu, abang mau ambil bubur sama susu buat dek Priska."
"Iya, Bang. Tapi jangan lama-lama."
"Nggak, nggak lama. Tadi kata mamah udah disiapin di atas meja, jadi abang tinggal ambil aja."
"Oh iya, Bang."
Bang Hengky langsung bergegas menuju ke bawah seolah tidak mau membiarkanku terlalu lama sendirian. Dan alhasil tidak ada lima menit bang Hengky sudah kembali menemaniku.
"Abang suap ya, Dek."
"Iya, Bang."
Senangnya hati ini, ternyata enak kalau ada orang yang perhatian. Apalagi orang yang perhatian itu orang yang spesial, rasanya ingin suasana seperti ini terus.
Tapi tiba-tiba obrolan kita jadi serius. "Dek..." Panggil bang Hengky.
"Iya, Bang."
"Dek Priska, maafin semua kesalahan abang ya. Karna abang, dek Priska jadi susah."