#Tiga hari sebelum acara pernikahan.#
Kubuka laptop yang ada di atas tempat tidurku. Entah kenapa malam ini aku tidak bisa tidur. Tidak tahu apa yang sedang aku pikirkan, aku seperti mati rasa. Cemas tidak, bingung tidak, senang pun juga tidak, hanya saja aku tidak bisa tidur.
Jam dinding menunjukan pukul 11 malam, akhirnya kuputuskan untuk buka internet. Tapi sialnya jaringan tidak mendukung. Iseng-iseng kubuka game, tapi tidak ada satu pun yang membuatku senang. Ujung-ujungnya aku hanya otak-atik laptop tidak jelas.
Sampai akhirnya aku lihat ada folder bertuliskan 'bang Hengky', lalu kubuka folder itu.
Folder itu berisi foto-fotoku bersama bang Hengky. Ya Tuhan... Betapa indahnya ciptaan MU. Senyumnya, matanya, bibirnya, aku suka semua. Entah kenapa malam ini aku ingin memandang fotonya terus.
Iseng-iseng aku hubungi dia.
Tuut. Tuut.
Lama sekali tidak diangkat.
Tuut. Tuut.
Sampai akhirnya tidak ada yang menjawab. Kupikir mungkin dia sudah tidur. Tapi perasaanku lama-lama gelisah, dan kuputuskan untuk menghubunginya lagi.
Tuut. Tuut.
Tapi kali ini ada yang mengangkat.
"Halo." Suaranya lirih.
"Halo, bang Hengky. Maaf, Priska malam-malam telpon."
"Lho? Jam segini kok belum tidur?"
"Priska nggak bisa tidur, Bang. Abang kenapa? Kok suaranya lemes gitu? Abang masih sakit?"
"Abang tadi udah tidur, terus ada telpon, jadi Abang bangun, mungkin karna habis bangun tidur."
"Abang." Panggilku dengan nada manja.
"Iya, kenapa, Sayang."
"Acara pernikahan kita tinggal beberapa hari lagi. Perasaan Abang gimana?"
"Agak grogi, Dek. Soalnya ini kan kali pertama buat abang."
"Iya, Bang. Hhmmm... Tapi Abang janji ntar temani Priska terus kan?"
"I... Iya... Uhuk.. Uhuk...Uhuk.."
"Bang Hengky kenapa?" Tanyaku cemas.
"Nggak papa, Sayang."
"Bang, Priska tahu kalo abang lagi nggak enak badan, kenapa abang pake rahasia-rahasiaan ke Priska?"
"Abang nggak papa, Dek. Abang cuma kecapekan aja."
"Dari kemarin-kemarin abang selalu bilang cuma kecapekan aja, Priska nggak percaya. Pokoknya abang harus cerita ke Priska."
"Dada abang rasanya nyeri, tapi nggak papa, palingan cuma masuk angin."
"Abang nggak boleh anggap enteng. Priska nggak mau terjadi sesuatu sama abang. Kan abang udah janji mau temani Priska selamanya."
"Dek Priska, nggak ada yang abadi di dunia ini, tapi abang janji, abang akan selalu ada dalam hati dek Priska."
"Nggak, kalo pun ada salah satu yang harus mati, lebih baik Priska dulu yang mati."
Ya Tuhan, entah kenapa tiba-tiba aku bicara seperti ini, seakan-akan aku tahu apa yang akan terjadi. Ya Tuhan... Tolong jangan sampai semua kekhawatiranku terjadi.
"Ya udah, Dek Priska istirahat ya, udah malam ni. Besok kan masih kerja. Dek Priska kapan ambil liburnya?"
"Lusa Priska baru ambil libur, Bang."
"Oh, ya udah. Sekarang istirahat dulu ya."
"Iya, Bang."
CEKLIK.
==================
#Sehari sebelum acara pernikahan.#
Tulit. Tulit.
"Iya, halo."
"Selamat pagi." Sapa bapak dari telepon rumahku.
"Selamat pagi juga, Pak." Balas abah dari Bandung.
"Jam berapa abah mau ke Jakarta?"
"Nanti siang, Pak."
"Semuanya udah siap, tinggal nunggu mempelai laki-lakinya."
"Iya, Pak. Kita sebagai orang tua cuma bisa berdoa aja, Pak. Semoga acara besok diberi kelancaran."
"Amien, Abah."
#Sore harinya.#
'Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi.'
Nomor bang Hengky tidak bisa dihubungi.
Di luar kamarku sudah banyak sekali tamu, semua saudaraku yang tinggal di luar Jakarta sudah pada datang. Bapak dengan mamah sibuk melayani mereka. Sedangkan aku masih cemas karna ponsel bang Hengky masih tidak bisa dihubungi.
Kuputuskan untuk keluar kamar dan mencari mamah.
"Kenapa, Priska."
"Mamah udah hubungi abah sama umi?"
"Udah, tadi bapak yang telpon, katanya siang ini semua rombongan berangkat dari Bandung ke Jakarta. Memangnya kenapa?"
"Mah, Priska dari tadi telpon bang Hengky, tapi ponselnya nggak aktif."
"Mungkin jaringannya jelek, atau mungkin baterainya low."
"Tapi, Mah.... Perasaan Priska nggak enak."
"Udah, kamu nggak boleh pikir begitu."