Masa cutiku sudah berakhir, itu artinya aku harus kembali ke Jakarta. Abah mengantarku sampai di terminal, lalu kita berpisah.
Sesampainya di Jakarta aku memanfaatkan waktu sisa hari cutiku untuk istirahat total. Aku ingin mengosongkan pikiran sebentar. Sengaja kunyalakan DVD dan memilih kaset musik akustik, kaset yang pernah aku pinjam dari Dian. Kunikmati alunan musik itu sampai aku tertidur. Ternyata betul kata Dian, kalau mendengarkan musik akustik pada saat suasana seperti ini, membuat hati lebih tenang.
#Malam harinya.#
Tok. Tok. Tok.
"Priska." Mamah memanggilku dari depan pintu kamarku.
"Iya, Mah."
"Ada tamu di bawah, kamu turun gih. Habis itu kamu makan ya, mamah udah siapin di meja."
"Iya, Mah."
Aku segera pergi ke kamar mandiku untuk mencuci muka, supaya wajahku terlihat segar.
"Hai, Pris." Teriak Erlin
Ternyata tamu yang dimaksud mamah adalah kelima sahabatku, tapi kali ini bukan hanya kelima sahabatku saja yang datang, mereka datang bersama Fathur dan juga Rio.
"Maaf aku bangun tidur, jadi kelihatan agak kucel."
"Nggak papa." Sahut Dian.
"Lho? Tumben ada Fathur sama Rio?" Tanyaku heran.
"Kita kan satu tempat kerja, Pris. Dengar kamu ada masalah, kita jadi pengen jengukin kamu. Waktu lalu kita juga ke sini, tapi kata mamah kamu, kamu di Bandung sampai seminggu. Jadi begitu dengar kamu udah pulang ke Jakarta, kita langsung ke sini." Kata Rio.
"Makasih ya, Guys. You are my best friends."
"Same-same, Pris." Balas Dian. "Udah satu Minggu ini kok kamu nggak bisa dihubungi, kenapa?"
"Nggak papa, lagi malas aja. Oh iya, duduk dulu. Aku bikin minum dulu ya."
Aku pergi ke dapur berniat untuk membuatkan mereka minum, tapi begitu sudah sampai di dapur, aku hampir bertabrakan dengan mamah yang sementara membawa banyak gelas berisi minuman.
"Lho, Mah? Priska mau bikin minum, ternyata mamah udah bikin. Biar Priska yang bawa, Mah."