Kudengar ada suara gemuruh, tapi aku tidak tahu dimana itu. Lalu kucoba turuti kata hati untuk mencari suara itu. Awalnya kulangkahkan kaki dengan ragu, tapi perlahan kucoba untuk lebih yakin melangkahkan kaki.
Ku melihat di sekitarku ada banyak pepohonan besar, di sekeliling pohon itu ditumbuhi banyak lumut. Terkesan gelap dan singup karna sinar matahari terhalang daun-daun dari pepohonan yang besar itu. Udaranya pun terasa lebih dingin.
Rasa takut menyelimuti hatiku. Ingin rasanya aku kembali dan tidak mau melanjutkan lagi, tapi entah kenapa keraguan itu tiba-tiba luluh. Entah kenapa aku yakin ada sesuatu di balik suara gemuruh itu. Lalu kucoba untuk membulatkan tekad kembali.
Kali ini aku tidak bisa melangkahkan kakiku, karna tanah tempatku berjalan dipenuhi dengan banyak lumut. Aku takut kalau mempercepat langkah kakiku, aku bisa terpeleset. Apalagi aku sedang memakai baju terusan panjang dengan sepatu rata yang terbuat dari kain.
Nafasku sudah mulai tersengal-sengal, aku rasa ini adalah perjalanan yang cukup jauh. Aku berharap ada ujung di depan sana, tapi tak pernah kutemukan ujung itu.
Ketika aku hendak menyerah, kulihat ada sebuah lingkaran kecil berwarna putih, kucoba untuk mengecek apakah itu. Setelah lumayan dekat, aku baru sadar kalau itu adalah ujung dari hutan ini. Seperti diguyur air segar rasanya setelah menemukan ujung hutan ini.
Begitu sampai di ujung itu, ternyata aku belum menemukan suara gemuruh tadi. Aku kembali menemukan hutan, kulihat di depanku ada banyak semak raksasa yang penuh dengan duri yang besarnya setengah dari semak itu. Tinggi semak itu bahkan lima kali tinggi badanku.
Ya Tuhan.... Apakah aku harus melewati ini semua? Tapi kembali ku berpikir, kalaupun aku kembali, aku akan kembali ke hutan sebelumnya, dan itu perjalanan yang sangat jauh. Kemudian aku putuskan untuk melewati semak-semak ini.
Aku harus berhati-hati ketika melewati semak ini. Aku takut duri-duri ini dapat melukai tubuhku dan mungkin bisa juga merobek baju putihku ini. Beruntung saja aku punya badan yang kecil, jadi aku tidak kesulitan ketika menghindari duri-duri.
Sepertinya aku sudah dehidrasi atau kekurangan cairan, tidak ada air sedikitpun yang bisa aku gunakan untuk menghilangkan dahagaku. Lalu kuputuskan untuk berhenti sejenak, mencoba mengatur nafas untuk melanjutkan perjalanan kembali.
Suara gemuruh itu terdengar di telingaku lagi, suara gemuruh itu juga yang akhirnya membuat rasa dahagaku hilang dan bersemangat kembali untuk melanjutkan perjalanan.
Kulangkahkan kaki dengan penuh keyakinan dan berusaha untuk percaya bahwa suara gemuruh itu nantinya akan memberikanku sebuah kebahagiaan.
Beberapa saat kemudian semak-semak yang tadinya berukuran raksasa, lambat laun semak ini berukuran sama seperti tinggi badanku.
Kulihat ada lingkaran kecil lagi, dan aku yakin lingkaran itu adalah ujung dari hutan semak ini. Maka dengan cepat ku langkahkan kaki.