Bicara Tanpa Suara

Siti Amrul
Chapter #2

Berbeda

Ku mantapkan hati untuk melangkahkan kaki menuju kelas yang beberapa hari ini bak penjara bagiku. Semua orang menatapku seolah mendapati penjahat kelas kakap tengah berkeliaran di sekitar mereka. Aku masih tak habis pikir, mengapa mereka yang dulu sangat menghargai ku, kini malah berubah 180° ntah apa sebabnya. Sempat ku bercerita pada kak Bagas, tapi ia malah menyuruhku acuh saja. Sekuat apapun diri ini untuk tidak memikirkan perihal itu, tapi naas, hasilnya sama saja. Bayang bayang tatapan mereka seolah menghantui ku siang dan malam, tak memberi ku izin beristirahat bahkan untuk sejenak saja.

Ku lihat ke dalam ruangan kelas ku, sudah cukup ramai rupanya. Dengan perlahan ku berjalan menuju kursi tempat ku bergelut dengan materi pelajaran. Ku letakkan tas ransel di bawah kursi ku. Niat hati hendak menutupi kepala dengan lengan lengan ku di atas meja, namun panggilan seseorang membuat ku langsung beralih menatapnya. Ia berkata “Nay, gue pinjem buku latihan kimia lo dong.”

Aku sedikit senang, setidaknya masih ada orang yang menghargai ku di kelas ini. Ku keluarkan buku bersampul cokelat susu dan memberikannya pada Ratih. Ia menerima buku itu dengan senyum yang terpampang nyata di wajahnya. Tak berapa lama Ratih kembali berjalan ke meja ku, dengan senyum lebar yang sudah pasti ku balas dengan senyum yang tak kalah lebar, sepertinya Ratih orang yang baik. “Makasi ya nay.” Ucapnya dan beralih meninggalkan ku.

Jam pelajaran pertama telah mulai, dengan tegas pak Abdi mengabsen nama kami satu persatu. Setelah selesai bergelut dengan buku absennya, kini pak Abdi menyuruh seluruh siswanya mengumpulkan tugas kimia yang diberikannya minggu lalu. Semua siswa tampak percaya diri mengumpulkan tugas tugas itu, sepertinya mereka sudah siap semua. Pak Abdi tampak serius mengoreksi satu persatu buku kami, aku yang melihatnya juga ikut tegang takut takut jawaban yang ku tulis salah.

Lihat selengkapnya