"Fall in love with Allah first and He will give you the right person that you deserve in the right time.
Jatuh cintalah kepada Allah terlebih dahulu, maka pada saatnya nanti Allah pasti akan memberimu seseorang yang tepat dan pantas untukmu."
================================
"Assalamu'alaikum." salamku sewaktu masuk rumah tapi aku tidak menemukan sosok yang selalu aku rindukan ketika aku pulang dari kantor.
"Wa'alaikumsalam." aku mendengar suara yang berasal dari dapur. Aku menuju dapur di sana aku melihat 2 bidadari yang sedang asik membuat cake. Aku mencium pipi mamiku, sewaktu aku akan mencium adikku, adikku menghindar.
"Abang Ghina nggak mau di cium lagi ya..., mangkanya cepat cari bini biar ada yang di ciumin." ledek adik semata wayangku yang masih asik mengaduk adonan.
"Iya deh yang bentar lagi udah mau nikah." balasku meledeknya dan aku juga menuju kulkas dan mengambil air mineral yang berada di dalam botol.
Aku memiliki adik perumpan yang jaraknya 6 tahun lumayan terpaut jauh dengan ku.
"Mas Vero aja yang udah 30 udah mau nikah nah abang yang usianya lebih kepala tiga aja hilal aja belum nampak, abang nggak belok kan?" selidik Ghina. Mami Dian yang dari tadi melihat pertengkaran kecil kami hanya tersenyum.
Aku memukul kepala adikku dengan botol yang aku minum.
"Belok apaan sich na... Nunggu jodoh lah, abang heran kenapa ya Vero mau nikahin kamu." balasku lagi.
"Aku kan baik bang, cantik, sholeh, menutup aurat. Bahkan di kantor kami aja cuma aku yang nutup aurat." jawab Ghina bangga.
"Udah - udah jangan berantem, yang di bilang adikmu itu benar nak, kapan abang mau bawa calon buat mami." tanya Mami sambil mengusap kepala ku lembut.