Mobil sedan abu-abu parkir di pinggir jalan, sebelah kanannya terdapat warung-warung berjejer bersiap menunggu datangnya pelanggan, sebelah kirinya terdapat gerbang besi berwarna hijau yang menghadang santri untuk pergi berkeliaran.
“Halim .. Halim ..” Panggil seseorang dari luar pagar.
“Eh .. Iya ?” Halim menoleh.
“Tolong panggilkan Azmy Ramadhan ya.”
“Ohh .. Iya Pak.”
Halim baru sadar kalau yang diajak bicara adalah ayahnya Azmy. Ia segera balik badan dan masuk kamar untuk memanggil Azmy. Posisi kamar empat berada tepat di balik gerbang atas pesantren. Tak lama kemudian, Azmy datang dengan rambut yang sudah disisir rapi. Ia menggunakan kaos hitam lengan pendek dengan sarung hitam yang menjadi ciri khas dirinya.
Gerbang pesantren terkunci dari dalam. Kunci itu dibawa pembimbing kamar yang setiap hari stand by di kamarnya. Ayah Azmy mengintip ke bagian atas gerbang yang menyisahkan sedikit lubang.
Ayah Azmy tersenyum melihat penampilan anaknya yang sudah rapi.
“Ayah ke kantor, tungguin di masjid aja.” Ucap Ayahnya.
Ayah Azmy membalikkan badan dan melangkah menuju ke kantor. Parkiran mobil sungguh ramai hingga orang yang berjalan kaki harus melewati celah yang tersisa di sekitarnya. Bau kanvas mobil ikut serta menjadi pembau aroma jalan depan pesantren Amanatul Ummah.
Suasana kantor tidak begitu ramai seperti parkiran mobil, hanya terdapat beberapa wali santri yang berlalu-lalang dari dalam. Para pembimbing serta fungsionaris pesantren nampak sibuk dengan apa yang sudah dipasrahkan untuk mereka.
Bu Ani memasuki kantor pesantren sementara Ammar duduk di kursi tunggu PSB, penerimaan santri baru. Kantor tersebut terletak tepat di depan masjid.
“Assalamu’alaikum.” Bu Ani mengetuk pintu.
“Wa’alaikumsalam, silahkan masuk, Bu.” Suara orang dari dalam kantor.
Bu Ani melangkah masuk. Di dalam kantor ada seorang ustaz dan dua ustazah yang sedang menata rapot para santri.
“Ada perlu apa, Bu?”
“Itu Pak, mau bayar SPP.”
“Ohh.. Silahkan. Atas nama siapa sebelumnya?”
“Atas nama Azmy Ramadhan, Pak. Ini kartunya.” Bu Ani mengeluarkan kartu berwarna hijau muda dari dalam tasnya.
“Ohh .. Azmy Ramadhan. Kelas sebelas B ya?” Tanyanya.
“Iya, Pak. Kalau tidak salah bapak itu wali kelasnya Azmy ya?”
“Iya, Bu.”
“Azmy sering cerita tentang sampean.”
Bu Ani mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribu dan lima puluh ribu.