Bidadari Langit Pesantren

Moore
Chapter #33

Ammar, Icha, dan Pesantren

Waktu menunjukkan pukul tiga pagi. Santri MBI Amanatul Ummah mulai mengambil wudhu dan melaksanakan salat malam bersama Romo Kiai Asep di masjid raya pesantren. Mereka harus turun berjalan kaki karena MBI berada di ketinggian yang berbeda dengan keberadaan masjid. Suara murattal terdengar hingga ke setiap sudut pesantren.

Sebagian santri lebih dulu bangun dan berwudhu, sebagian lain malah pulas dalam mimpi mereka. Pak Ahmad menuju asrama untuk membangunkan para santri. Bagai kilat yang menyambar, seketika para santri berdiri mendengar tepukan tangan Pak Ahmad.

Ammar keluar dari kamar mandi. Ia baru saja membersihkan badannya. Dingin air di Pacet dapat melepaskan kerinduannya dengan air pesantren. Hampir enam tahun berlalu semenjak ia mandi pukul tiga menggunakan air yang langsung dari pegunungan ini.

Salat hajat dimulai ketika Ammar mencapai pagar bagian depan masjid. Ia berjalan kaki turun ke masjid raya bersama para santri yang lain. Ia mengenakan baju koko putih dengan balutan jas generasinya dulu dan kopyah putih yang menjadi ciri khas santri Amanatul Ummah saat melakukan kegiatan ubudiyah.

Satu jam lebih berlalu, waktu hampir menunjukkan pukul lima pagi. Iqamah pun dikumandangkan. Para santri berdiri dan mengikuti takbiratul ihram Romo Kiai. Seperti biasa, beliau membaca surah ad-Duha di rakaat pertama dan al-Insyirah pada rakaat kedua. Beliau terlihat sangat khusyu’ mengimami para santri.

Salam diucap pertanda salat telah usai. Santri putra berhamburan menata barisan seperti yang sudah ditetapkan beliau. Halim dan Ammar berada di barisan pojok kiri bersama santri MBI yang lain. Pak Ahmad dan pembimbing MBI lain serentak berdiri dan membangunkan santri yang tertidur, baik disengaja maupun tidak.

Pengajian kali ini bukanlah kitab Mukhtarul Ahadits seperti biasanya, melainkan kitab Mutammimah Jurumiyah. Satu minggu yang lalu, beliau memberi ijazah kitab Jurumiyah kepada seluruh santri beliau. Halim tertidur bersandar pada jam gantung di barisan paling depan santri MBI. Mungkin ia terlalu lelah dengan acara final CCI kemarin.

***

Pagi menyongsong, deretan santri MBI kembali ke pesantren. Mereka bak para demonstran muslim yang lengkap dengan baju koko putih dan kopyah putih masing-masing. Mereka terlihat kompak dengan sandal karet oranye.

Ammar kembali nostalgia melihat tumpukan sandal karet di depan gedung ACH. Santri putra terbiasa menaruh sandal wakaf di seluruh tempat MBI. Sandal karet berwarna oranye adalah hal yang halal untuk dipakai setiap santri berapapun ukurannya.

Halim masuk kamarnya sedangkan Ammar terus lurus menuju kamar pembimbing di ujung asrama santri putra. Santri kembali beraktivitas seperti biasanya setelah libur Muharram kemarin. Kebanyakan mereka berlomba-lomba untuk mendapat antrian pertama kamar mandi. Tidak jarang juga ada yang terpeleset akibat terlalu bersemangat.

Ada beberapa anggota kamar empat yang jarang mandi, termasuk Halim. Hal itu berbanding terbalik dengan posisi runner-up lomba kebersihan kamar yang mereka dapat satu minggu yang lalu. Kamar ini dulu juga merupakan kamar yang dihuni oleh Azmy saat masih menjadi santri di sini.

Alif, salah satu anak yang terbully di kamar empat, tergolong ketua kamar yang sangat bertanggung jawab meskipun kadang dikucilkan anggota kamarnya. Jika dilihat dari pencapaian kamar empat yang menjadi runner-up, mestinya piket berjalan sesuai jadwal. Tapi itu tidak berlaku bagi anggota kamar empat yang hanya mempunyai dua orang anggota tetap untuk kebersihan.

Ali fikri, salah satu anggota kamar empat sebangsa Halim dan humoris, kadang terlalu berlebihan dalam bercanda sampai membuat pendengarnya bosan. Mungkin karena guyonannya tidak diberi prolog terlebih dahulu sehingga membuat lawan bicaranya bingung.

Didin, Si Maniak dari Tuban, merupakan orang yang gemar makan dan juga humoris. Ia termasuk tipikal orang yang tidak bisa bertambah berat badannya meskipun makannya yang tidak bisa dinalar akal pikiran. Ia selalu menjadi bahan candaan generasi, khususnya kamar empat. Ia selalu merasa dibully meskipun sebenarnya teman-temannya tidak membullynya.

Memang unik.

Beragam hal yang muncul di kalangan santri bukanlah suatu hal yang asing. Itu semua termasuk salah satu ciri khas yang ada di setiap pondok pesantren. Keberagaman di pesantren tidak bisa dipisahkan oleh apapun. Logat yang digunakan setiap santri saat awal masuk pesantren, kadang berbeda ketika ia keluar dari pesantren.

Ja’a sarapan. . .” Teriak Faruq dari luar.

Halim beserta anggota kamar empat yang lain bergegas keluar. Ada dua nampan yang siap dengan nasi dan lauk wajib pagi, tahu kelek[1]. Para anggota kamar mulai mengelilingi nampan. Biasanya satu nampan cukup untuk delapan hingga tiga belas orang tergantung porsi yang diambil.

Man ya’khudz ziyadah[2]?” Tanya Iqbal.

Peraturan berbahasa kini aktif kembali setelah selesainya acara Muharram kemarin. Di MBI, santri kelas satu dan dua diwajibkan untuk menggunakan bahasa Inggris dan Arab setiap harinya, kecuali free time dan free zone. Penggunaan bahasa disesuaikan setiap minggu. Berhubung minggu ini minggu Arab, jadi semua santri kelas satu dan dua diwajibkan menggunakan bahasa Arab.

La a’rif.” Jawab Habib. Ia tidak tahu.

Khudz fi khizanaty, hunaka roqoiq.” Suruh Halim.

Alif pun segera mengambil kerupuk yang ada di lemari Halim.

Meskipun bahasa arab mereka tidak menggunakan kaidah nahwu dan shorof,  yang terpenting adalah praktek atau mumarosah. Percuma jika mereka paham nahwu dan shorof tetapi tidak terbiasa untuk berbicara dengan bahasa arab, pasti tidak dapat berbicara dengan lancar.

Intadir! ‘indiy suuya. Saa’khudz aydon”. Alif juga mengambil kecap yang ia punya dan segera kembali untuk makan.

***

Ammar berjalan menuju ndalem Romo Kiai Asep. Setelah memasuki gerbang, ia melihat beberapa mahasiswa asing. Sebagian besar dari Sudan dan Thailand.

Romo Kiai sering mengundang para mahasiswa asing untuk sarapan bersama beliau. Beliau memang sengaja memanjakan mereka dengan memberi uang saku setiap pagi agar mereka merasa nyaman berada di lingkungan pesantren.

Lihat selengkapnya