“Tumben Mar jam segini udah pulang?” Tanya ibu sambil membukakan pintu rumah.
“Iya, Bu. Aslinya kayak biasanya kumpul sama temen-temen pondok sampai malam. Berhubung Romo Kiai besok pingin kesini, jadi …”
“Ha… Romo Kiai?” Ibu terkejut mendengarnya.
“Iya, Bu. Tapi nggak tau jam berapa sih.”
“Nggak salah denger nih?” Ibu menjewer kupingnya sendiri.
“Yaelah, Bu. Tadi Halim nelpon Ammar bilang kayak gitu.”
Ibu sudah mengetahui kalau Halim adalah keponakannya Kiai Asep. Azmy bersahabat dengan Halim dan prestasinya sangat cemerlang ketika memasuki masa pendidikan aliyahnya. Perantara Halim itulah yang menyebabkan Azmy dapat dekat dengan beliau.
“Beneran nih?” Ibu masih ragu dan lebih meyakinkan lagi.
“Bener, Bu. Mungkin kira-kira pukul sembilan pagi sampai sini.”
Ibu tampak bahagia sekaligus tidak percaya jika rumahnya akan dikunjungi seorang Kiai besar. Ia harus mempersiapkan jamuan yang istimewa untuk tamu yang sangat istimewa pula.
“Besok bantu ibu masak yo, trus sebelum Subuh beliin belanjaan di pasar.”
Ammar mengangguk dan langsung masuk kamar. Diambilnya alarm yang tergeletak di atas lemari buku dan mengaturnya agar bordering tepat pukul dua pagi, lebih cepat satu jam dari biasanya. Tak lama setelah mengatur alarm, tiba-tiba ada yang memanggilnya dari luar,
“Mas Ammar…”
Suara anak kecil yang tidak asing baginya. Segera ia mengganti jeans abu-abu itu dengan sarung hitam yang menjadi ciri khasnya. Dilihatnya sekilas dari jendela, ternyata Nabilah dan Mila, kakak sepupunya.
Ammar keluar rumah, “Nabilah tumben malem-malem mampir kesini?”
“Iya Mas, ini nganterin titipannya tante Ani.” Nabilah memanggil ibu Ammar dengan sebutan tante.
Sebuah kartu koperasi dengan sampul plastik rapi sudah berpindah tangan dari Nabilah ke Ammar. Ibunya adalah ketua koperasi desa Cemandi. Wajar bila hampir setiap habis Magrib banyak orang desa berkunjung kesini.
“Eh iya ada Mila, lagi main ke rumahnya Nabila juga?”
“Iya, Mar. Keluarga lagi kumpul di rumah Nabila. Nggak tau bahas apa katanya ada hal penting gitu. Jadi tugasku cuman buat momong si kecil ini.”