Bidadari Milik Hudzaifah

khesya suci afifatul salwa
Chapter #5

Burung Besi dan Tanah Kelahiran

Setelah pulang dari pertemuan dengan kedua sahabatnya Naya kembali ke perumahannya yang jarak antara masjid yang ia kunjungi tadi berjarak kurang lebih 15 menit, Naya bersiap untuk mandi dan kemudian dilanjutkan untuk memeriksa kembali barang bawaannya untuk esok hari. Waktu menunjukkan pukul 11 malam di kota tarim, gadis yang saat ini tengah bermain ponsel pun merasa kantuk namun ia tak lupa mengirimi pesan kepada sahabatnya itu.

‘Para Pencari Jodoh’

‘Naya’: “Demi Allah degdegan banget mau balik ke Indooo”.

‘Chasna’: “Acieee, tiati ya Nayyy Bismillah besok lancarr”.

‘Salma’: “Aamiin, Lancar Nayy jangan lupa kabarinnn”.

‘Naya’: “Siap gaiss, pasti”.

Setelah selesai mengirimi pesan kepada sahabat nya ia pun mulai tertidur, karena ia sudah tak sabar untuk bertemu dengan keluarganya di Indonesia.


Pagi pun tiba,,,

Pukul 4 subuh di Kota Tarim, semilir angin dingin menerobos masuk ke dalam rumah seorang gadis yang saat ini telah selesai menunaikan sholat Tahajud yang kemudian ia lanjutkan dengan sholat subuh dan muroja’ah sebentar, ia pun bergegas untuk melipat kembali mukena yang telah ia kenakan. Naya saat ini bersiap ke dapur untuk membuat sarapan ringan agar ia tak lapar saat perjalanan menuju bandara nanti. Naya membuat sarapan ringan menggunakan oat yang ia campur dengan pisang dan madu.

“Hmmm manis nya pas banget, enak nih. Gua diemin bentar lagi deh sambil siap-siap ganti baju”. Ucap Naya yang kemudian membereskan alat-alat dapur yang telah ia gunakan.

Perpaduan gamis Maroon yang kemudian dibalut dengan Jilbab Paris Tassel berwarna cream muda menambah kesan simpel dan elegan pada diri Naya yang dibarengi dengan riasan tipis pada wajah Naya, cantik. Itulah satu kata pada hati Naya yang saat ini sedang berdiri di depan cermin.

Setelah selesai bersiap dan sarapan, Naya pun berangkat menuju bandara Aden, bandara ini merupakan bandara terbesar di Yaman. Keberangkatan Naya hari ini pukul 6 pagi. Setelah tiba di bandara tersebut Naya melihat ke arah jam tangan yang ia kenakan telah menunjukkan pukul 06.45 dimana sebentar lagi pesawat tersebut akan lepas landas.

Naya bergegas menuju pesawat yang akan ia naiki itu, dan kebetulan tempat duduk disampingnya kosong. Naya pun duduk dan melihat keluar jendela pesawat, hal tersebut membuat Naya kembali mengingat keberangkatannya untuk pertama kali di Negara ini, ada perasaan sedih saat ia akan meninggalkan kota yang ia sayangi yakni Tarim Hadramaut. Namun di sisi lain ia sudah merindukan keluarganya, saat sedang hanyut dalam lamunan tersebut tiba-tiba seseorang telah memecah lamunannya karena akan duduk di sebelah Naya.

“Permisi mba, saya duduk disini. Apakah boleh tas nya di singkirkan?”. Ucap pria tersebut yang kemudian membuat Naya merasa bersalah akibat perbuatannya yang tak sengaja.

“Ya Allah maaf mas, saya pikir kursi sebelah saya kosong karena tadi waktunya udah mau mepet penerbangan jadi saya pikir tidak ada orangnya. Maaf mas”. Ucap Naya yang sedang terburu-buru membereskan barang bawaannya itu.

Pria itu hanya membalas dengan senyuman, namun tanpa Naya sadari pria itu sedari tadi memperhatikan Naya, Manusia memang tidak luput dari kecerobohan atas perbuatannya. Pria itu tahu betul dengan wanita yang duduk disebelahnya, ia adalah wanita yang sudah ia temui di perpustakaan kemarin dan saat di Masjid. 

Namun Naya tak mengenali pria yang duduk di sampingnya itu, karena pria tersebut mengenakan kacamata hitam, Naya hanya merasa tak asing dengan suara pria itu namun Naya menepis pikirannya tersebut karena ia merasa tak mungkin jika ia bertemu kembali untuk kesekian lainnya. 

“Astaghfirullah Nayaa Nayaa, ngarep apa kau ni. Ga mungkin juga laa haha”. Ucap Naya pada batinnya sendiri yang dibarengi dengan senyuman kecil yang bisa dilihat jelas oleh pria itu.

Lain hal nya dengan pria yang saat ini tengah duduk di samping Naya, ia dapat melihat senyuman kecil Naya yang terbit pada ujung bibir nya. Pria itu tak lain adalah pria yang sangat sering ditemui oleh Naya secara tidak sengaja.

Aneh tapi nyata, lagi-lagi pria tersebut dipertemukan oleh wanita yang ia kagumi meskipun baru sekali pertemuan namun pria tersebut sudah sering mendo’akan Naya agar suatu saat jika memang di izinkan Naya lah yang akan menjadi pendamping hidupnya kelak.

Perlu digaris bawahi juga, Pria tersebut belum kenal dengan Naya bahkan belum mengenali nama Naya, pun sebalik nya Naya juga sama. Mereka bisa dibilang saling memantaskan masing-masing secara diam-diam, namun bukan kah seperti itu justru lebih seru??.


Setelah bergelut dengan lamunan masing-masing, burung besi yang mereka naiki pun lepas landas. Ada rasa haru Naya saat ini akan meninggalkan kota tersebut dan entah kapan lagi ia bisa kembali kesini, semoga saja secepatnya Aamiin.

Jarak penerbangan Yaman ke Indonesia memakan waktu sekitar 8 Jam yang bisa dibilang cukup lama, Naya menikmati perjalanan tersebut dengan muroja’ah hafalannya menggunakan headset di kepalanya, ayat demi ayat telah Naya lantunkan dengan merdu dan fasih.

Namun pria tersebut justru ikut hanyut pada muroja’ah yang sedang Naya lakukan, pria tersebut malah semakin mengagumi Naya karena ia terkejut bahwa ia juga adalah seorang hafidzah.

Saat sedang muroja’ah tiba-tiba Naya terdapat kesalahan dalam membaca surat Al-Hujarat ayat 13, dengan sigap pria tersebut membenarkan bacaannya. Betapa terkejutnya Naya saat hafalannya dikoreksi oleh orang lain, namun Naya tetap mengucapkan terima kasih atas bantuannya itu.


“Maaf mba, reflek ngelanjutin, sekali lagi maaf ya”. Pria itu kemudian mengedarkan pandangannya ke samping kiri dan memejamkan matanya agar ia tak melakukan hal yang membuat nya terkekeh kecil.

“Gapapa mas, makasih yaa. Saya jadi tau letak salahnya”. Ucap Naya yang dibarengi dengan salting nya itu, bagi Naya sangat langka saat ini pria yang paham agama di era dunia yang penuh dengan tipu muslihat, dalam hati Naya berbisik kecil agar suatu saat nanti ia memang dipertemukan laki-laki yang mampu menyeimbangkan urusan dunia dan agama.



Setelah melewati perjalanan cukup lama, pesawat yang dinaiki Naya telah landing di bandara Indonesia. Mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah karena perjalanannya telah lancar dan selamat.

“Allahuakbar, gua lupa ngabarin mereka lagi, ampun dah pasti kena omel lagi ini”. 

Naya terburu-buru merogoh ponsel miliknya yang tadi ia letakkan kedalam tas kecil yang sedang ia tenteng saat ini, betapa terkejutnya ketika ia membuka ponsel nya, 25 pesan tak terbaca yang berasal dari grup tersebut. Diakhir pesan pada grup itu terdapat chat Chasna yang membuat mata Naya terbelalak lebar.

‘Chasna’ : DEMI ALLAH gua marah banget ama lu Khanaya Zulfa Abigail, lupa atau ngelupa sih?!!. Bodoamat gua udah ngabarin kedua orang tua lo suruh jemput ke bandara, karena gua sama Salma takut lo kenapa-napa. Maaf nada bicara gua agak tinggi soalnya gua Badmood bener”.


Yaa, seperti itulah celotehn sahabat Naya kepada dirinya, karena ia lupa mengabari sahabat-sahabatnya itu. Tidak berselang lama, dua orang manusia paruh baya beserta pria muda saat ini sedang berjalan ke arah Naya dengan penuh bahagia, ketiga orang tersebut adalah Abah, Umma dan Abang Naya yang saat ini telah tiba di bandara untuk menjemputnya.

Lihat selengkapnya