Bidadari Milik Hudzaifah

khesya suci afifatul salwa
Chapter #6

Ahlan Wa Sahlan, Khanaya Zulfa Abigail

Setelah menempuh perjalanan cukup lama Naya saat ini telah tiba pada lokasi yang ia tuju, Jombang pada Pondok Pesantren AL-Falahiyah. Pondok pesantren tersebut merupakan salah satu pondok tertua dan terbesar di daerah Jombang (tempat dan nama di samarkan), Al-Falahiyah sendiri sudah memiliki banyak cabang pondok pada tempat yang berbeda-beda, saat ini Naya sedang berada pada Pondok Pesantren Pusat Al-Falahiyah dimana disitulah kediaman kakek Naya tinggal.

Belum sempat dibangunkan oleh Abah Naya, ia pun terbangun mendengar lantunan Sholawat yang diiringi dengan tabuhan-tabuhan rebana membuat ia tersadar pada tidur nya. Saat ia melihat kesumber suara tersebut ia sangat terkejut, bagaimana tidak?, penyambutan cukup besar yang diadakan oleh kakek nya itu mempuat Naya melongo tak percaya.

“Astaghfirullah MasyaAllah, kalo gini caranya gagal sudah gua nyembunyiin identitas. Lagian ngapain juga si kakek ini ngadain penyambutan besar bener. Udah kek presiden aja yang dateng”. Gerutu Naya dalam hati tersebut, namun bagaimana lagi kondisi sudah seperti ini, jadi mau tidak mau Naya ikuti saja proses nya HAHA.

“Ehh, anak Abah udah bangun. Barusan aja mau tak bangunin. Ayo siap-siap turun sayang kakek udah nunggu di ndalem, Abah juga ndak tau kalo ada penyambutan besar kek gini buat kamu nak, jadi mau tidak mau ya terima saja, semua ini mau nya Kakek mu”.

“Nggih Bah, Naya paham kok, wes gak papa. Naya benerin jilbab dulu setelah itu aku turun Bah”.

“Iya nak, jangan lama-lama yaa, ndak enak sama santri disini terlalu berkerumun”

“Iya Bah, sebentar”.


Setelah selesai merapihkan jilbab yang ia kenakan, Naya kemudian turun dengan anggun disertai dengan senyuman yang cukup hangat kepada para santriwati yang sedang berkerumun di sekitar mobil Naya. Tak kalah dengan yang lain, para santri dibagian pria juga seketika mematung saat melihat Naya turun dari mobil nya. Bagaimana tidak, Naya adalah seseorang yang bisa disebut idaman seluruh pria karena selain cantik paras nya dari segi apapun ia hampir saja mendekati kata sempurna, baik dari segi akhlak nya ataupun ilmu nya.


“MasyaAllah rekk, calon istriku itu mah”.

“Uuuayuu banget MasyaAllah”

“Lah, itu kok bidadari bisa masuk pondok taa??”

Ucapan-ucapan tersebut dapat terdengar jelas oleh telinga Naya, sehingga membuat diri nya tidak nyaman. Serta banyak sekali santriwati yang memuji kecantikan paras Naya pada hari itu.

“Itu tah cucu abah pondok kita, pantesan cantik banget keluarganya aja cakep-cakep. Ga salah si kalo dia lulusan dari Tarim”.

“Behh MasyaAllah kali ning Naya”.

Kurang lebih seperti itu lah kondisi suasana pada saat Naya tiba di pondok pesantren Al-Falahiyah, Wajar saja jika para santri-santri disana takjub saat melihat Naya pada pertemuan pertama mereka, karena mereka belum pernah bertemu dengan Naya hanya saja mereka sekedar mendengar dari omongan para asatidz pondok pesantren jika Kakek nya atau lebih akrab dikenal dengan “Abah Hamid” memiliki cucu perempuan yang menempuh pendidikan di kota Tarim.

“Assalamualaikum”. Ucap Firman saat sampai pada ndalem atau kediaman Hamid ayahnya.

Lihat selengkapnya