Bidadari Milik Hudzaifah

khesya suci afifatul salwa
Chapter #13

Walimatul 'Urs

Kini Naya sedang menuju rumah sakit bersama dengan Zai, namun Umi Aisyah tidak bisa ikut karena ada hal yang tidak bisa ditinggalkan mengenai urusan pernikahan mereka berdua. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka karena, mereka takut jika nanti akan terlena dengan ketidak sengajaan tersebut. Mobil melaju dengan kecepatan sedang, jarak tempuh menuju ke rumah sakit saat ini lumayan cepat karena tidak ada kendala macet pada saat perjalanan.

“Mari turun”. Zai memecah lamunan Naya, ia mengingatkan bahwa mereka telah sampai pada lokasi tujuan.

“Eh iya, terima kasih Gus”. Naya turun dengan hati-hati.


Mereka berdua berjalan menuju ruangan pasien tempat keluarga Naya di rawat, mereka berdua pun berjalan tidak saling bersamaan, posisi Zai berjalan paling depan dan berjarak cukup jauh dengan posisi Naya yang berjalan di belakang nya. Saat sampai pada ruangan pasien, betapa bahagia nya Naya melihat seluruh keluarga nya telah membaik bahkan lebih baik dari kondisi awal.

“Masya Allah Umma, Naya kangen bangett”. Naya memeluk Fatimah dengan pelukan yang sangat erat.

“Alhamdulillah nak, ini juga berkat tirakatmu”. Fatimah memeluk Naya erat.

“Umma udah tau tentang khitbah mu nak, begitu pula dengan kakek nenek mu, dan alhamdulillah kami setuju”. Ucap Firman pelan

“Alhamdulillah bah, itu juga kabar baik tambahan untuk Naya hehe”.

Naya mengcup kening Abah nya karena ia benar-benar merasakan kebahagiaan yang berlipat saat mengetahui hal ini, begitu pula dengan Zai yang sedari tadi tersenyum bahagia karena sebentar lagi ia akan menikahi wanita pujaan yang selama ini ia doa kan.

“Abah mu sudah bisa pulang nanti sore nduk, nanti kamu akan diantar pulang oleh kang santri sama bareng ustadz dan ustadzah yang masih disini. Sedangkan Zai nanti yang harus nyetir keluarga mu, ngga papa kan?”.

“Eh iya ngga papa Bah, Naya ikut aja mau gimana”.

Ahmad mengangguk paham maksut dari Naya, sebenarnya ia hanya meledek putra nya sendiri karena ia harus di pisahkan dengan calon istri nya. Lain pula dengan Zai yang saat ini sedikit tidak mood karena mendengar pernyataan dari Abah nya, bagaimana mungkin ia membiarkan calon kekasih nya itu bersama laki-laki lain? Ah yang benar saja.

Waktu menunjukan pukul empat sore hari, yang menandakan bahwa keluarga Naya sudah di izinkan untuk pulang. Masing-masing dari mereka saat ini menaiki mobil yang berbeda dan berjalan secara beriringan menuju ke lokasi pondok pesantren pusat yang tak lain adalah kediaman ndalem kakek Naya.


Satu bulan berlalu,,,

Waktu berjalan begitu cepat, kini pernikahan antara Zai dan Naya pun akan segera tiba dan bertepatan dengan waktu penerimaan santri baru di pondok pesantren Al-Falahiyah. Seluruh perangkat pondok beserta jajarannya mulai sibuk mempersiapkan pendaftaran santri baru dan acara pernikahan Gus dan Nawaning mereka.

“Mungkin ini cara gua supaya bisa deket sama Naya lagi”. Ujar pria tersebut bermonolog menghadap layar ponsel nya, saat melihat brosur pendaftaran yang tersebar di laman media sosial.

“Menurut lo, oke ngga kalau gua daftar. Ini semata mata cuma mau deket sama dia lagi”. Tanya pria itu terhadap kawan-kawannya.

“Wah gila, ugal-ugalan bener lo. Inget gausa di kejar berlebihan, lagian lo udah ngga setara sama dia”.

“Weh jaga mulut lo, dia itu perempuan lugu yang bisa di kadalin. Lagian gua mau ngajak balikan dia karena mau manfaatin dia lah”.

“Yakin?, siapa tau dia udah di jodohin sama keluarga nya”.

Tak ada jawaban lagi dari pria itu, ia hanya melihat foto Naya dengan tatapan dalam dengan berbisik kedalam batinnya.

“Gua bakal rebut lo lagi Nay, dulu gua bodoh bisa ninggalin lo”. Batin pria itu, dengan menarik sangat dalam hisapan rokok yang ada di tangan kanannya.

“Gua balik dulu bro”.

“Tumbenan balik awal, yaudah lah hati-hati”.

Pria itu hanya mengangguk dan langsung menarik gas kencang menggunakan motor gede kesayangannya.



Di tempat lain, saat ini Zai tengah sibuk bersama rombongan santri putra untuk menyiapkan pendaftaran peserta didik baru, sedangkan Naya saat ini sedang mengikuti kelas mengaji yang guru pengajar nya adalah Abah Ahmad yang tak lain adalah Abah dari Zai.

“Alhamdulillah yaa,, mba-mba semua. Minggu depan kita akan melaksanakan agenda besar, selamat atas kelulusannya ya mba-mba. Saya harap semoga njenengan semua bisa terus melanjutkan untuk selalu menimba ilmu di tempat manapun, semoga ilmu nya barokah dunia dan akhirat untuk kita semua, Aaamiin, kita cukupkan dulu untuk ngaji hari ini, apakah ada yang ingin ditanyakan?”. Ahmad membuka sesi tanya jawab untuk para santri putri nya, sembari ia membereskan barang bawaannya berupa kitab-kitab lainnya.

“Izin bertanya ustadz”. Rafa mengangkat tangan yang memberi tanda bahwa ia memiliki satu pertanyaan kepada nya.

“Iya mba Rafa, silahkan”.

“Pengurus pondok akhir-akhir ini kelihatan sibuk banget ya Ustadz? Memang mau ada acara pernikahan?”. Rafa sengaja bertanya seperti itu, agar banyak yang membenci Naya karena ia akan menikahi Gus Zai yang di idolakan oleh banyak santri putri.

Lihat selengkapnya