Bidadari Senjaku

Bagas Hanggara
Chapter #3

Perempuan dihari minggu

Pagi di hari minggu, mentari menyapa dengan malu – malu. Sisa air hujan shubuh tadi yang menetes dari pucuk daun talas bangkitkan gairahku dari rasa malas. Pagi ini sungguh indah apalagi setelah semalaman membayangkannya tanpa jeda. Aku sruput kopiku yang masih hangat untuk hilangkan penat dan mengubahnya menjadi semangat. Hari ini hari yang bahagia, aku akan bertemu dengannya. Kita sebenarnya bertemu karena suatu program kampus, namun dia telah kembali menumbuhkan tunas rasa yang sempat pupus. Setelah kuhabiskan kopiku, tanpa menunggu kutancap gas motorku menuju tempat dimana aku dan dia akan bertemu.

Kunikmati perjalananku sembari menatap langit, serta bayangmu yang terus mengajakku bangkit. Di dalam dadaku terdapat ruang yang berisikan bayang indah yang singgah sesekali dan kurindukan berkali – kali. Ternyata pagi ini aku juga disambut oleh pelangi yang membiaskan cahaya rindu melalui butiran kasih hujan yang telah berlalu. Warna indah yang seakan mengajakku untuk segera bangun dari masa lalu yang kelam. Akhirnya aku sedikit aku tersadar bahwa harapku sudah terlalu lama terpejam. Sudah saatnya aku untuk bangkit dan mencoba untuk berdamai dengan rasa sakit.

Sejak pertama kali memandang wajahmu, sejenak aku lupa akan lara masa lalu. Kau pun datang dengan senyuman yang menjadi candu yang berkali- kali kurindu. Kali ini aku beranikan diri untuk menyapamu dan kamu balas sapaanku dengan senyum manis yang terpancar dari bibirmu. Pembicaraan kita masih kaku karena memang pertama kali aku mulai berani untuk berbicara denganmu. Belum puas aku memandang teduh wajahmu, tak terasa senja hadir menjemput rindu, secepat itu waktu berlalu.

Senja sore ini tidaklah jingga melainkan merah muda, angin berhembus lalu membawa rindu dari sang pujangga. Rindu yang telah menjadi candu sang pengembara yang kembali menemukan tunas cintanya. Akhirnya aku mulai terbangun dari bayang luka. Aku tersadar asmara akan selalu punya ceritanya tentang cinta dan juga luka.

Malam mulai datang dan aku masih saja bermain dengan bayang. Hawa dingin terasa memeluk luka tepiskan lara. Wajahmu ibarat purnama malam ini. Kehadiranmu memberikan kesejukkan dihati. Indah senyummu takkan pernah terganti, yah kurasa kamulah pujaan hati yang kucari selama ini. Semakin malam semakin larut aku dalam khayalan. Larut oleh sosok perempuan. Perempuan di hari minggu yang berkali-kali kurindu.

Lihat selengkapnya