Bidadari Tanpa Wali

Syifa sifana
Chapter #6

Penjara Suci

Tidak terasa liburan sudah berlalu. Semula terasa sangat berat bagi sebagian santri untuk kembali lagi ke pesantren, dunia luar dengan segala kebebasan membuat seluruh pikiran teracuni. Tapi apalah daya, yang namanya masih bertitel santri tetap saja harus kembali pada asalnya. Orang-orang selalu mengatakan pesantren itu penjara suci, susah diterobos, jika pun ada berniat menerobos maka hukuman akan segera menantinya. Peraturan di pesantren sangat ketat, namun tetap saja ada orang yang melanggar. Peraturan dibuat untuk dilanggar, itulah yang dipegang teguh oleh setiap orang yang enggan mengikuti peraturan yang ada.

Namun sungguh sangat berbeda dari ekspresi yang ditunjukkan Azril saat sudah kembali ke pondok pesantren. Dia terlihat sangat siap untuk menerima semua ilmu. Iya wajar saja, ada sosok wanita yang selalu mendukungnya, bukan ibunya melainkan sang pacar. Benar kata orang, prioritas anak ketika masih kecil 100% milik ibunya. Namun ketika dia sudah beranjak dewasa dan sudah mulai mengenal lawan jenis, kekasihnya adalah prioritas utama. Seakan apa yang dikatakan kekasihnya itulah hal yang benar. Beruntunglah bagi pemuda yang memiliki kekasih yang paham tentang agama, dia akan selalu berusaha yang terbaik dalam men-support atau bahkan menjaga satu sama lain dari perbuatan zina.

“Assalamualaikum,” sapa Azril masuk ke dalam kamar.

“Waalaikumsalam,” jawab semuanya kompak. Bibir tersenyum seraya mata melihat sosok lelaki yang belum mengisi pandangannya.

“Kutu kupret, Lemon mana?”

“Masih belum balik. Kayaknya dia balik sore.”

Azril melirik jam di tangannya. “Ini udah sore, kenapa dia belum balik juga? Apa dia mau terima hukuman?” cerocos Azril. Meskipun dia paling jahil di antara mereka, tapi tetap memiliki hati yang lembut dan setia pada teman-temannya. Apapun yang terjadi pada temannya, dia tetap akan membela dan men-support-nya. Seperti pertemuan dia dengan teman-temannya itu, mereka sedang di-bully, Azril sangat tidak menyukai yang namanya diskriminasi, dia dengan gagahnya datang melindungi mereka, sehingga tidak ada satupun yang berani menyentuh Lemon dan Kutu kupret.

“Assalamualaikum.” Salam terdengar begitu lemas dari sosok lelaki yang baru saja masuk.

“Waalaikumsalam,” jawab mereka dengan kompak.

Azril seketika menoleh. “Lu napa? Belum makan?”

Lemon menggeleng kepala. “Terus napa lu lempeng kayak mak-mak hamil?”

“Biasalah Azril, kayak ente nggak tau aja perangai Lemon, sekali udah balik ke rumah, dia nggak mau balik lagi ke pesantren.”

“Udahlah, ana mau tidur aja.” Lemon jalan sempoyongan, meletakkan tas ransernya di lantai lalu berbaring di atas kasur.

“Lemah lu, Mon. Lihat gua, semangat 45.”

Lemon tidak menggubris. Dunia terlalu melelahkan baginya. Kelopak mata itu terpejam begitu saja.

*****

Setelah liburan tentu saja para santri akan menghadapi ujian semester. Semua santri sibuk menyiapkan diri mereka menghadapi ujian. Tidak hanya ujian umum, mereka juga akan menghadapi ujian khusus, yaitu ujian ilmu agama yang sudah mereka pelajari. Sebagian orang menganggap ujian umum mudah dan yang paling sulit itu ujian khusus, karena setiap dari mereka diminta untuk membaca kitab arab, lengkap dengan makna serta penjelasannya secara detail. Namun sebagiannya lagi menganggap ujian umum sulit karena banyaknya yang harus dihafal dan banyaknya rumus yang harus dipecahkan. Semuanya memiliki kendala masing-masing. Tapi berbeda halnya dengan Azril, raut wajahnya masih saja terlihat santai. Tidak pernah ada beban sedikitpun, dari tahun ke tahun setiap ada ujian dialah santri yang paling santai. Semua orang heran melihat ketenangan Azril, bahkan mereka berusaha mendekatinya untuk meminta resep darinya, tapi Azril malah menjawab beban akan menghilangkan segala yang ada dalam kepala. Atur mainsetmu, katakan aku pasti bisa, selama kita percaya diri dengan kemampuan kita, sekecil apapun kemampuan kita itulah yang terbaik. Jangan memaksakan hal yang tidak sanggup dipikul kepala, tapi pikullah apa yang sanggup kepalamu terima. Solusi simple namun mengandung jutaan maksa tersirat di dalamnya.

Mendekati ujian, semua buku dan kitab disimpan dengan rapi oleh Azril. Saat ini dia hanya fokus untuk menenangkan dirin dan membuat pikiran senang. Orang-orang sibuk membicarakan tentang Azril. Mendengar nama Azril diagung-agungkan, dengan spontan membuat telinga Zaky panas. Dia langsung mematahkan argumen Azril dan meracuni pikiran para santri lainnya dengan perbandingan antara dirinya dengan Azril. Zaky merasa dirinya lebih baik daripada Azril, sehingga semua santri juga harus mengikuti metode belajar darinya. Bagi Azril, seberapa keras Zaky mencoba meracuni pikiran santri-santri, selama dia tidak mengusik hidupnya, itu bukanlah masalah besar. Azril memberikan kebebasan bagi orang-orang untuk menilai dirinya, terserah itu penilai baik atau buruk, kembali lagi pada mereka. Yang terpenting bagi Azril ingin segera menyelesaikan pendidikannya dan melamar pujaan hati.

Semua ujian telah berhasil dilalui para santri. Tinggal menunggu hasil akhir. Bahu merosot lega terlihat pada semuanya, tapi wajah mereka tetap saja ada keragu-raguan. Mereka takut hasil akhir jelek dan harus mengikuti ujiannya lagi sampai nilai memuaskan.

Sambil menunggu hasil akhir, pihak pesantren mengadakan ekstrakulikuler. Berbagai cabang perlombaan di lombakan, seperti pidato dalam tiga bahasa, membaca kitab kuning, tahfidz Qur’an, qari dan lain sebagainya. Bagi yang merasa dirinya memiliki kemampuan, mereka sangat antusias untuk mengikuti lomba, bagi yang kurang percaya diri mereka hanya menjadi pendukung di balik layar.

Sebagai seorang yang acuh dengan keadaan yang ada, Azril tidak sedikitpun bergerak. Lemon dan Kutu kupret terus-terusan mendesaknya agar mengikuti lomba, tapi Azril sama sekali tidak berminat.

“Azril, ente harus ikut lomba itu, masa ente kalah sih dengan Zaky?” Lemon mulai mengeluarkan percikan api untuk memancing semangat Azril.

“Bodo amat. Bukan urusan gua. Jangan paksa gua!” tegas Azril cuek.

Zaky dan teman-temannya menyeringai saat mendengar ucapan Azril. “Bilang aja ente nggak punya kemampuan. Alias bodoh.”

“Jaga mulut ente! Azril tidak seperti ente sombong,” ketus Lemon kesal.

“Jaga gigi ente, biar nggak keluar.” Zaky menatap tajam.

“Memangnya kenapa? Masalah buat ente?” Lemon pun tidak kalah sengit.

Perdebatan terus terjadi antara Lemon dan Zaky. Kutu kupret berusaha mendamaikan keduanya, namun tetap saja tidak membawa hasil.

“Udah selesai adu mulut?” tanya Azril menatap keduanya dingin dan datar.

Semua orang seketika terdiam. “Karena lo udah ngehina teman gua, gua siap lawan lo di semua lomba. Lo ikut tiga perlombaan, gua ikut semuanya. Kalau gua menang lo harus turuti semua yang dikatakan Lemon.” Azril menyoroti sangat serius, bahkan jika dilihat, tidak ada satupun sirna candan di matanya.

Tindakan itu sontak membuat semua orang terperanjat dan menilai laki-laki urakan itu sombong.

“Bos, kayaknya ente bakalan kalah. Lihat saja dia tadi mengatakan akan ikut semua lomba,” bisik Romi.

“Benar, Bos. Ente pasti akan kalah dengan dia.” Faiz itukan berbisik.

“Ana juga harus ikut semua perlombaan itu juga. Pokoknya seorang Zaky tidak ada kata kalah.” Zaky terpancing. Semangatnya kian membara.

“Kalau begitu, ana terima tantangan ente.” Ia cukup percaya diri untuk melawan Azril.

“Bos, yakin mau ikut semua perlombaan? Bukannya Bos nggak bisa bahasa inggris?” Romi dan Fariz terlihat sangat mengkhawatirkan Zaky. Mereka meyakini Zaki pasti akan kalah telak.

“Kalian meragukan ana?” Zaky menatap mereka silih berganti. Tatapannya sangat tidak bersahabat.

“Ti−dak, kami tidak berani,” jawab mereka gagap.

“Ya udah, ayo kita pergi!” Zaky beranjak pergi, kedua temannya pun mengikutinya dari belakang.

“Ini baru Azril yang kita kenal, tidak pantang menyerah.” Lemon tersenyum bahagia menepuk pundak Azril.

“Kalau ada maunya aja.” Azril melirik sinis.

“Apa ente yakin akan mengikuti semua lomba itu?” tanya Kutu kupret. Hatinya masih ada keraguan dan kegelisahan dengan Azril yang memutuskan keputusan secara emosi.

“Kalian santai aja. Percaya sama gua, kali ini gua pasti bikin nangis tuh si Zaky. Kesel amat gua lihat orang sombong kayak dia,” ujar Azril sambil merangkul ke dua temannya.

“Dia sombong, kita juga tidak boleh sombong.” Kutu kupret menasihati.

“Ente mending diam aja deh, Pret!” Kutu kupret meneguk kasar ludahnya. Azril sama Lemon sudah bersatu, apapun yang terjadi dia hanya bisa berharap kesombongan jangan dibalas dengan kesombongan.


*****


Hari yang ditunggu-tunggu untuk mengikuti lomba telah tiba. Semua orang sudah siap untuk mengikuti lomba. Terlihat dari wajah mereka yang sudah sangat tegang. Zaky dan Azril duduk bersebelahan, saling lirikan, dan sudah sangat percaya diri akan memenangkan setiap lomba.

Lomba pertama, yaitu lomba berpidato dalam tiga bahasa, penampilan dari semua peserta cukup memuaskan, giliran Zaky yang tampil terlihat sekali bahasa inggris yang digunakan sangat rancu di telinga dan hampir semua yang diucapkan salah. Orang-orang pada ketawa ketika mendengarkan pidato Zaky, seharusnya pidato membuat kita semakin merenungkan diri karena bertema azab, tapi malah sebaliknya. Jangankan orang lain, teman-temannya sendiri juga ikut menertawakannya.

Belum pernah terjadi hal yang memalukan seperti ini, tapi Zaky harus menelan rasa itu. Azril mengangkat jempol kanannya, lalu seketika membalik posisi. Api amarah kian membara di dalam tubuhnya. Tangan sudah mengepal seraya menggertakkan giginya. Semua orang bersorakan menyuruhnya turun, akhirnya dengan terpaksa pun Zaki turun dari panggung.

“Selanjutnya, kita persilakan kepada saudara Azril Fatah.” Begitu namanya dipanggil, Azril dengan penuh percaya diri berjalan ke atas panggung.

Bismillahirahmanirrahim. Asslamu’alikum warahmatullahi wabarakatuh.

لحمد لله رب العالمين، محمد الرسول الله سيد المرسلين، الذي جعل الإسلام في خير الحضارة حتى يوم الدين

أيها المسلمون الكرام. للناس هم الفرائض من الله، لابد عليهم أن يعملوا ها. ومن تلك الفرائض هي أن يعبدوا الله. المقصود ان يعملوا كل شيئ التى قد أمر الله بفعله، وتركوا كل شيئ التى قد أمر الله لتركه. ومن تلك الواجبات هي "طلب العلم". قال رسول الله صل الله عليه وسلم:

طلب العلم فريضة على كل مسلم والمسلمات.

Seek knowledge is an obligation for those people claim to be Muslims, both men and women.

Therefore, there is no harm if at any time we have donein this life, based because the commands of Allah with a pure heart, intentional learning and to always be grateful for what has been given by God. Why do I saylearn to be grateful for? Because it is human nature to forget his obligations and in the end he was negligentin the worship.

Belajar merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Sedari kecil, ketika manusia dilahirkan, ia belajar untuk melihat keindahan dunia, ia belajar untuk mendengar, ia belajar untuk merasakan kasih sayang yang diberikan orangtuanya, lebih-lebih ia harus belajar untuk selalu mensyukuri nikmat Allah yang tiada pernah berhenti hingga ajal menjemput, bahkan hingga manusia itu menikmati indahnya surga. Dan semua itu merupakan balasan bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa.

Marilah kita bersama-sama untuk selalu mensyukuri nikmat Allah, dengan cara belajar ikhlas dalam menjalankan perintah-Nya dan belajar ikhlas dalam meninggalkan larangan-Nya. Dan pada akhirnya surga yang betapa indahnya, adalah milik kita selamanya. Amiin.

….

Semua penonton, juri dan ustadz tertegun melihat penampilan dari Azril. Pembawaan santai, penuh penjiwaan, dan gaya bahasa yang disampaikan pun mudah dimengerti. Tepuk tangan yang meriah pun mengakhiri penampilan Azril. Wajah Zaky dan teman-temannya menjadi kusam, penuh dengan kekesalan. Azril tersenyum bahagia sambil berjalan melewati dirinya yang sedang duduk.

“Bos, sepertinya Bos kalah sama dia,” bisik Fariz.

“Baru sekali, masih banyak perlombaan lainnya yang bisa ana raih juara. Pokoknya ana tidak akan biarkan Azril berhasil mengalahkan ana.” Tatapan penuh ambisi. Zaky sangat yakin dirinya mampu mengalahkan Azril, karena dia adalah santri senior dan sudah pasti ilmu yang dia miliki jauh lebih tinggi dibandingkan Azril maupun santri lainnya.

Banyaknya lomba yang mereka ikuti tentu membuat mereka harus bekerja keras dan bahkan tidak memiliki waktu untuk istirahat yang cukup. Baru menyelesaikan lomba pidato, mereka harus mengikuti lomba kaligrafi. Dalam menulis kaligrafi, Azril mengangkat ke dua tangannya, karena memang dia tidak memiliki skil di seni menulis, namun karena ini tantangan, dia terpaksa harus melewatinya meskipun hasilnya sudah pasti mengecewakan.

Saat melihat hasil kaligrafi Azril, Zaky tertawa menghinanya karena tulisan kaligrafi dia paling bagus diantara semua peserta. Lemon dan Kutu kupret menepuk jidat, kali ini mereka harus mengakui kekalahan mereka. Meskipun kalah, Azril tidak mudah menyerah. Baru saja point mereka satu sama? Tentu Azril sangat optimis dan akan memenangkan pada perlombaan selanjutnya.

Perlombaan demi perlombaan mereka ikuti sampai tuntas, meskipun belum mengetahui siapa pemenangnya, masing-masing dari mereka sudah sangat yakin akan memenangkan pertarungan ini. Detik-detik menegangkan pun dialami oleh semua santri. Karena kali ini mereka akan mendengar pengumuman atas semua hasil kerja keras mereka. Peringkat atas ujian yang telah mereka ikuti dan juga pemenang dari sejumlah bidang lomba yang telah berlangsung.

Dari sejumlah hasil yang telah dibacakan, kemampuan Azril dan Zaky hampir seimbang, namun tetaplah Azril paling unggul. Peringkat umum berhasil didapatkannya dan juga hampir semua perlombaan berhasil dimenangkan Azril. Lemon dan Kutu kupret ikut senang atas keberhasilan Azril. Sebelumnya tidak pernah terlintaskan dalam pikiran mereka akan kesuksesan yang diraih Azril, ternyata Azril memiliki bakat terpendam selama ini.

“Lu kalah, siap-siap melakukan apa yang sudah kita sepakati.” Azril tersenyum miring.

Zaky menggertakkan giginya seraya mengepal tangan. Belum ada dalam sejarah Zaky bisa kalah. Kali ini dia harus kalah oleh pendatang baru dan itu sangat membuatnya terhina.

Terlalu banyak hadiah yang diperoleh Azril membuatnya tidak sanggup untuk membawanya. Sudah pasti Lemon dan Kutu kupret menjadi asisten pribadinya. Sampai di kamar, Azril membagi-bagikan hadiah itu pada teman-temannya, dia hanya mengambil beberapa saja, selain itu dia bagi rata. Semula mereka menolak karena merasa malu, tidak pantas mendapatkan hasil tanpa bekerja. Namun bukan Azril namanya kalau dia tidak royal, selama mereka bersikap tulus padanya semua yang dimiliki akan dibagi untuk mereka kecuali satu, Alya.

Sesuai dengan kesepakatan yang telah terjadi antara Azril dan Zaky, kini Zaky terpaksa harus menerima konsekuensinya. Zaky harus berlutut di depan Lemon seraya meminta maaf atas semua penghinaan yang telah dilakukannya.

“Lemon, ana minta maaf atas semua kata-kata kasar yang telah ana ucapkan pada ente. Ana janji ana tidak akan melontarkan kata-kata kasar lagi pada ente.” Zaky memasang wajah melas sesuai dengan perintah Azril.

“Lemon, gimana menurut lu?” Azril melirik Lemon yang berdiri di sampingnya.

“Sudah, jangan diteruskan lagi! Kasihan dia,” ujar Kutu kupret empati.

“Cukup deh, Azril. Lagian kasihan juga,” timpal Lemon luluh.

“Terserah sama lu pada, kalau lu bilang belum cukup, ya kita terusin, tapi kalau lu bilang cukup, berati kita cukupkan,” balas Azril santai.

Zaky tersenyum lalu beranjak bangun. “Siapa suruh lu berdiri?” Azril kembali menatap Zaky.

“Bukannya sudah selesai?”

“Memangnya ada di antara kita yang bolehin lu berdiri?” Azril menaiki alis sebelah.

“CK! Enggak.”

“Berlutut lagi!”

Zaky mendengus kasar, lalu kembali berlutut. “Lu boleh bangun kalau gua udah pergi 1 km dari hadapan lu.”

“Azril, kasihani ana.” Zaky memohon belas kasih, berharap Azril bisa luluh. 

“Karena gua lagi baik hati, gua tambah 2 km.”

“Azril!”

“Eits, berani membantah gua tambahin lagi.”

“Iya, ana nggak berani,” jawab Zaky merasa kapok.

“Yok kita pergi!” Azril pada ke dua temannya. Langkah kaki mereka berjalan pergi meninggalkan Zaky, begitu mereka sudah pergi Zaky langsung berdiri. Azril seketika menoleh. Zaky terkejut dan berlutut kembali. Azril memperingati Zaky dengan menunjukkan ke dua matanya, lalu menunjukkan ke arah Zaky. Zaky hanya bisa meneguk kasar ludahnya.

Lihat selengkapnya