BIDADARI

Ri Chi Rich
Chapter #3

MASIH ADA YANG BISA DISYUKURI

"Justru karena saya merasa tidak menarik makanya saya bertanya pada Pak Reiko."

 

Hati boleh sakit mendengar apa yang dikatakan Reiko. Tapi Aida menimpalinya dengan sangat anggun. Dia juga memberikan seutas senyum di bibirnya tak sama sekali merasa terganggu dengan tatapan sinis dari pria berstatus suaminya itu.

 

"Semua tempat di rumah ini kecuali kamar-kamar tamu. Aku tidak berniat menguntit tamuku."

 

Malas sebenarnya. Tapi memang Reiko tidak mau ada kesalahpahaman sehingga dia menjawab dengan sangat terpaksa.

 

Tiiiit.

 

"Reiko sayang."

 

Dan di saat Aida belum sempat menjawab lagi suara pintu yang terbuka karena seseorang baru saja memasukkan PIN membuat pandangan matanya dan Reiko beralih ke arah pintu tepat di saat seorang wanita terlihat dengan melangkah ringannya menuju ke tempat Reiko berdiri.

 

Cantik sempurna. Tidak ada satupun cacat yang aku lihat darinya. Aku yakin dia pasti Brigita yang tadi disebut-sebut oleh ibu Rika. Jauh sekali dibandingkan denganku dan sangat wangi. Bisikan di dalam hati Aida yang tiba-tiba merasa bagai langit dengan bumi ketika tatapannya tadi sempat tertuju pada seorang wanita yang tanpa malu-malu menguasai suaminya.

 

"Oh, sayang kamu membawanya tinggal di apartemenmu?"

 

Tadi memang sepertinya Brigita tidak terlalu memperhatikan orang yang ada di dekat pintu kamar yang terbuka. Tapi kini dia melihat Aida dan matanya pun menatap tak suka, penuh dengan kebencian.

 

"Keluargaku sudah merundingkan ini dan ini yang paling masuk akal untuk kakek."

 

"Jadi kamu akan biarkan dia tinggal di sini Sayang?" 

 

"Bee, aku tidak punya pilihan lain. Aku harap kamu menerimanya dan dia juga tidak akan mengganggu hubungan kita."

 

Wah … Bee, lebah gitu? Jadi itu panggilan sayangnya? Hahaha. Pantesan wanita ini tak tahu malu. Datang-datang langsung menyengat suami orang. Dua manusia tak tahu malu ternyata ada di hadapanku. Dan aku yakin seperti apa hubungan mereka. Pasti sangat menjijikan sekali, bisik di dalam hati Aida yang mulai menerka-nerka. Dia jujur saja merasa jijik melihat apa yang tadi dipandang matanya.  

 

Sungguh dia tidak ada niat sama sekali untuk menggoda Reiko.


Karena itu…


"Maaf mbak, saya gak ada minat dengan laki-laki yang doyan perempuan gak halal."


"Gak hal– ehm, kamu menghinaku?" Saat itu Brigita emosi 


"Bukan menghina mbak, kenyataannya saya liat sendiri kok!"


"REIKOOOOO!"


"Kamu tidak diminta bicara di sini. Sebaiknya kamu diam!"


"Maaf, saya cuma–"


PLAAK! 


"AKU BILANG DIAM! KAMU TIDAK ADA HAK BICARA DI SINI!"


Senyum Brigita pun muncul setelah sentuhan menyakitkan di wajah Aida oleh tangan kiri Reiko.


"Usir dia sayang!"


"Ini rumit Bee! Biarkan dia tinggal di sini, dia tak akan bicara lagi yang melukaimu atau aku akan menghentikan aliran dana ke keluarganya."

 

"Tapi sayang--"

 

Tapi tidak dengan Brigita yang memang merasa khawatir sekali dengan keberadaan Aida di rumah itu. Tatapannya sudah seperti macan betina yang ingin menyerang mangsa.

 

"Sudahlah kita bahas ini nanti. Aku lelah. Dan kamu juga baru sampai bukan dari Singapura? Bagaimana kalau kita berendam dulu untuk relaksasi?"

 

Hahaha, apa dia pikir dengan ajakan Reiko itu membuatnya menang dariku? Ya ampun wanita ini. Justru aku bersyukur karena kalian berdua membuatku semakin muak. Mungkin dengan begini aku bisa bertahan selama limatahun dan kemudian terbebas dari belenggu ini dan melihat matahari bersinar cerah ketika adikku, Lingga, sudah berhasil menjadi pilot. Aku juga akan sangat senang sekali karena adik-adikku bisa mengenyam pendidikan tinggi. Mereka akan menjadi orang-orang yang hebat. Dan aku tak perlu lagi melihat keduanya. Hyaaaks.

 

Tak berhenti Aida mengumpat dalam hatinya ketika dia melihat bagaimana Brigita nampak senang dengan ajakan pria yang sudah terikat janji dengan Aida. 

 

"Kamu tahu aja yang aku mau, sayang. Yuk, aku juga udah rindu pijatanmu."

 

"Ya udah ayok."

 

"Tapi kakiku capek dan lebih enak kalau ada yang bawa aku sampai ke kamar."

Lihat selengkapnya