"Iya karena percuma juga saya menggantinya."
Tentu saja jawaban ini membuat Reiko ingin tahu kelanjutannya
"Mungkin kamu bisa memperjelas padaku apa maksudnya?"
"Kalau saya menggantinya makanan ini juga sudah terkontaminasi dengan bakteri, kuman dan mikroorganisme dari dalam mulut Anda yang tadi ditempelkan di sendok ini."
"Hahaha, jawaban bodoh macam apa itu? Bukankah harusnya kamu mengganti alat makannya atau menghangatkan makanan itu lagi supaya tidak ada mikroorganismenya?"
Reiko tentu saja berpikir itu yang paling masuk akal.
Tapi apakah Aida juga berpikir sama tentangnya saran tersebut?
"Saya rasa saran yang Anda berikan itu percuma, karena memanaskan nasi goreng tidak akan membuatnya dimasak di atas suhu 100 derajat, kan? Bukankah mikroorganisme yang sudah tercampur di dalamnya tidak akan mati di suhu hangat saja?"
Lalu ada sebuah senyum tipis dari Aida di saat Reiko masih mencerna ucapan wanita yang makin membuatnya kehabisan kata-kata.
"Yang paling benar itu adalah mengganti makanannya dengan makanan yang baru, Pak. Tapi memang tidak ada lagi makanan yang bisa saya makan karena di tempat nasi juga sudah habis dan tidak ada beras tambahan. Hanya ada susu dan keju. Apa saya harus puasa sampai besok? Dan belum tentu besok juga ada makanan untuk saya dan saya juga tidak tahu kapan Anda akan mengisi kulkas itu lagi."
Aida tentu saja merasa menang dan menyuguhkan senyumnya.
"Bukankah lebih baik saya memakan makanan ini supaya tidak mubazir dan susu juga kejunya itu bisa saya gunakan untuk cadangan makanan besok pagi?"
Kenapa anak ini selalu saja bicara tepat pada sasarannya sih? Dari tadi memang sebetulnya Reiko sudah kesal soal ini.
Namun kini rasa kesalnya itu tiba-tiba sedikit menghilang ketika dia melihat sesuatu di wajah Aida.
Apa lebam biru di tulang pipi kirinya itu bekas tamparanku? Justru kini jadi timbul rasa bersalah.
Reiko sendiri tak habis pikir bagaimana dia bisa menampar seorang wanita? Padahal biasanya dia bukan orang yang suka main tangan. Ini memang di luar dari kebiasaannya
Tapi tadi dia memang menyinggung Bee, aku tidak bisa mengendalikan emosiku saat itu, pikir Reiko lagi sambil berdiri menjauh dari wastafel
"Taruh piringmu dulu di wastafel lalu kemari."
Aida tidak mengerti tapi dia memang menuruti yang disarankan Reiko.
"Anda ingin menunjukkan bagaimana cara menggunakan tablet?"
Di dinding dekat jalan masuk ke arah dapur memang ada sebuah tablet yang ditanam di dinding itu.
Aida tak mengerti apa gunanya tablet itu tapi Reiko dengan jari telunjuk tangan kanannya digerakkan sebagai tanda bahwa Aida harus mendekat.
"Perhatikan ini." Setelah Aida berjarak cukup dekat, lebih dari setengah meter dari posisi berdiri Reiko, pria itu pun menunjuk pada tabletnya.
"Pin-nya sama seperti pin pintu apartemen ini, 1991," jelas Reiko sambil memasukkan juga nomor PIN itu dan dilihat oleh Aida
"Nah di sini ada grocery shopping. Kamu bisa belanja apapun yang ini pengantarannya selama 24 jam. Biasanya setelah dipesan sekitar 1 atau 2 jam maka pesanan akan datang. Katakan padaku apa saja yang mau kamu beli?"