Big Dream Princess

Sukma Maddi
Chapter #2

Like Father Like Daughter

Indy bangun di jam seperti biasanya, yang berbeda hanya kepalanya terasa pusing dan masih memakai pakaian yang sama kemarin sore, ia jarang begadang yang mengakibatkan kepalanya pusing dan ia juga tidak akan nyaman tidur jika tidak mengganti pakaian, tapi kondisinya sekarang menjadi tanda tanya bagi dirinya, ia berusaha mengingat apa yang terjadi kemarin tapi sekeras apapun, ingatannya terhenti saat ia keluar dari mini market setelah itu ia tak ingat apa-apa.

Ia meneguk segelas air tanpa sisa di atas nakas lalu bergegas mandi, aroma masakan Bundanya tercium membuat perutnya semakin keroncong, ia terlalu lapar saat ini.

Usai mandi dan merapikan kamar ia ke meja makan untuk sarapan. Ia melihat Ayahnya yang tengah asyik dengan segelas kopi dan nonton di iPad-nya animasi grafik komputer, Finding Nemo. Indy telah sekian kali melihat Ayahnya nonton animasi itu, sang Ayah tentu suka dan terhibur makanya ia nonton berulang-ulang.

Saga juga baru bergabung seperti dirinya, ia telah rapi untuk mengikuti sebuah ajang, Saga bilang itu padanya beberapa hari yang lalu bahwa ia berpartisipasi sebagai peserta pada ajang keterampilan, tapi ia tidak bilang detail ajang itu. Ibunya sibuk menyajikan menu sarapan di meja, ada nasi goreng dan roti bakar juga sereal serta susu coklat dan orange jus.

"Selamat pagi." Sapa Indy.

"Pagi," sahut Bunda dan Saga hampir bersamaan.

Bunda mengambil nasi goreng untuk Indy, Saga juga menyodorkan piring, tumben biasanya ia suka sarapan sereal. Indy memerhatikan Ayahnya yang dari tadi diam, biasanya Ayah selalu cerewet bertanya keseharian anak-anaknya di kampus, Indy mengode Saga dengan mata, tapi di jawab Saga dengan kedipan.

Indy benar-benar kelaparan lahap menyantap nasi goreng hingga ia tersedak, Bunda dan Adiknya sedikit panik, Saga menyodorkan segelas air, Indy meneguk hingga kerongkongannya lega lalu menatap Ayahnya yang tidak melirik sekalipun kearahnya, ia tidak panik seperti Ibu dan Saga.

Saga mengambil telur ceplok dari piringnya memindahkan ke piring Indy, ia tau Kakaknya benar-benar lapar, semalam ketika ia menggendong, perut Indy bunyi tanda lapar.

"Laper kan? Makan yang banyak."


Indy senyum mendapat telur dari adiknya, kelaparan begini sebutir telur memang tidak cukup untuknya. Usai sarapan telah habis di piring masing-masing, Ayah pamit hendak berangkat kerja.

"Ayah berangkat dulu."

Kemudian kedua anak dan istrinya bersalaman, mencium punggung tangan Ayah.

"Hati-hati Ayah," Seru Indy.

"Hm," hanya berdehem menjawab sang putri.

Usai Ayah dua anak itu hilang dari pandangan, Indy membuka pembicaraan tentang sikap Ayahnya.

"Ayah kenapa, Ga." Tanya Indy setengah berbisik sengaja agar Bundanya tidak perlu mendengar, ia menebak Ayah dan Bunda lagi bersitegang.

"Semalem lo mabuk tau."

"Gue mabuk? Nggak mungkin, gue nggak pernah minum," what the hell? Adiknya bercanda dengan menuduh yang tidak pernah mau ia lakukan.

"Tapi lo di mini market asal beli minum, nah yang lo ambil minuman dengan berkadar alkohol."

Indy terngaga tebakannya salah mengenai Ayah-Bunda, kebenarannya ia telah mabuk, terjawab sudah mengapa ia tidak ingat apapun setelah menyesap minuman yang rasanya agak pahit itu.

"Terus!"

"Terus, Arsen bawa lo pulang."

"Gue nggak bareng Arsen kemarin."

Lihat selengkapnya