Ia melintas dan tersenyum ke arah kawanan Indy, aroma parfum di tubuhnya seperti memikat siapa saja yang merasai, tubuh tinggi berisi, kulit putih porselen hingga siku dan buku jarinya berwarna merah pucat, keberadaan lesung pipi membuat ia sangat manis ketika tersenyum.
"Selamat malam." Sapa Ananda Juliant sopan ketika melintas.
"Malam," jawab Indy dan kawannya hampir bersamaan.
Mimpi apa semalam? Seperti Dewi Fortuna menghampiri, Indy adalah fangirl AJ ia begitu suka dengan karya AJ, dan sekarang AJ menyapa, Indy bisa melihat AJ sepuasnya tanpa penghalang. Selain penyanyi visual AJ sangat memungki untuk ia menjadi aktor.
Salah seorang personel band di kafe itu menyambut AJ, mereka tos dan berbincang sebentar lalu AJ ke meja bartender, ia duduk tenang di sana dan sekali mata Indy dan AJ bertemu seulas senyum dari AJ, Indy membalas lalu buru-buru mengalihkan pandangan.
"Siapa suruh lo liatin terus dari tadi." Bisik Yumi di telinga Indy, lalu tertawa pelan.
Indy tunduk menyembunyikan rona wajahnya. Yumi benar tak seharusnya ia melihat lekat tanpa jeda ke arah AJ, sejak masuk ke kafe mata Indy tak bisa menghindari pesona AJ hingga matanya juga tak mau lepas. Di antara mereka hanya Yumi yang tau persis jika Indy fangirl yang telah berkali-kali nongkrong di kafe ini, berharap bertemu AJ dan keinginan itu akhirnya terpenuhi.
"Mungkin ada yang mau nyanyi, boleh."
Vocalis band menawarkan pengunjung, siapa saja untuk bernyanyi.
Seketika tatapan di satu meja itu beralih ke Indy, Indy yang semula menyeruput latte lupa menjilat foam latte yang tersisa di bibirnya, ia tau maksud para sahabatnya.
"No, I'm shy, aku nggak mau."
"Come on Indy." Seru Arsen, lalu berdiri berusaha menarik perhatian vocalis agar melihat ke arahnya, dan setelah ia terlihat Arsen menunjuk-nunjuk Indy.
"Arsen no!" Indy panik karena tatapan tertuju padanya.
"Go Indy." Seru Erina menyemangati.
"Go Indy." Tambah Yumi.
"Apa-apaan sih kalian." Gerutu Indy.
"Gadis manis baju pink di sana, come on baby." Panggil vocalis itu. Indy menarik nafas, ia malu pada mata-mata yang penuh harap menatapnya, tapi ia lebih malu jika ia mematahkan harapan, akan membuatnya terlihat bodoh dan penakut. Indy menarik nafas dalam-dalam.
"Oke." Indy bangkit, lalu tepuk tangan menyambutnya. Sekali ia memandang AJ, oh matanya sama dengan mata sahabatnya yang menuntut ia bernyanyi.
Indy memegang mic, meyakinkan diri bahwa bernyanyi jauh lebih menyenangkan dari pada buku ensiklopedia kedokteran, kemudian ia terlihat berbincang sebentar dengan pianis.
"Good night, I' will sing, this song for you girl" Kemudian kepercayaan dirinya terbentuk. Ia duduk tenang dan mulai memainkan gitar.
"Hy baby, I want to be there with you
To kill your frustrations
You have too much think about
About your hair cut, your body shape, your skin colour
It's oke, don't think about it, you're still beautiful
Whether your monolid eyes, that sink when your laugh are still attractive
Whether bare face every day you're still beautiful
Don't blame a cup coffee for keeping your awake
You worry to much to sleep
Thinking of ageing future that is still a secret
Don't worry, reaching the target is not as easy as the motivator says.
Start the romance of love without tears
No stashing and flexing
Let alone benching, Caspering haunting, roasting, ghosting
Don't worry, other people's opinion
You're worth A, if other B to Z don't listen it's not your problem."
Nanana,......